Puisi | DETaK
Karya Mhd. Saifullah
Suara kami mungkin tidak senyaring
tiupan seruling dikesunyian alam
Suara kami mungkin tidak sebanding
para negarawan dalam berkalam
Suara kami mungkin saat ini engkau abaikan
Suara kami dianggap subversif
dalam kerajaan kampus yang dikatakan proaktif
namun dalam konkretisasinya adalah pasif
Bibit-bibit intrik polemik disebarkan penguasa tiada arah
Di tanah hampa si awam ditanam pemikiran apatis
agar semakin lemah dan semakin mengikis para pengkritis
Dan dengan mudah sang penguasa memaksa mereka
memakan titah
Kami digenggam otoriter sang rektorat
Kami dibungkam dengan tipu muslihat
Kami diikat, lalu ditindas, dan dijadikan boneka
untuk kepentingan tahta semata
Tidak, tidak
Kampus ini bukan sedang reformasi
Kampus ini bukan sedang revolusi
Kampus ini bukan sedang menjalani predestinasi
Tetapi kampus ini sedang membuat jabatan abadi
Sedang menjalani predasi
dengan memakan anak-anaknya sendiri
agar kekuasaan mudah dijalankan kesana-kemari sesuka hati
Sang raja bertajuk angkuh
Takut dilambai tahta yang membaju
Hingga anak sendiri dianggap musuh
Bungkamkan rasa dengan mendidik kuasa tirani
Lebih utama gengsi dari pada membina kami
Suara kami mungkin tidak senyaring
tiupan seruling di kesunyian alam
Suara kami mungkin tidak sebanding
para negarawan dalam berkalam
Suara kami mungkin saat ini engkau abaikan
Namun suara kami akan menjadi momok menakutkan
Sebab membungkam bukan jalan kepastian
Tetapi jalan menuju kehancuran
Banda Aceh, 15 Oktober 2015
Penulis adalah Mhd. Saifullah, warga Himpunan Mahasiswa Sejarah (Himas) FKIP Unsyiah.
Editor: Riska Iwantoni