Mulya Rizki Nanda | DETaK
Darussalam – Sistem Polling di Unsyiah Award 2014 banyak menuai kritik. Kritikan itu terutama ditujukan untuk kategori media kampus terbaik yang nominasinya adalah DETaK Unsyiah, Suara Komunikasi FISIP Unsyiah, Industrial Times Fakultas Teknik Unsyiah, dan Perspektif dari Fakultas Ekonomi Unsyiah.
Kritikan pertama datang dari wartawan Okezone, Salman Mardira. Peraih penghargaan karya jurnalistik terbaik di ajang FCTC tingkat nasional ini menilai penentuan media terbaik harus berdasarkan kredibilitas, independensi, sajian pemberitaan, aspek kontinuitas dan konsistensinya. Selain itu sebuah media juga harus punya manajemen yang baik sampai pada tingkat wartawan.
“Kalau hanya dengan polling itu kacau!” tegasnya.
Tidak hanya Salman, sistem polling ini juga dinilai negatif oleh Ifdhal, wartawan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara. Sistem ini menurutnya, menghilangkan esensi sebuah karya yang dihasilkan.
Kiprah media kampus harus dilihat dari karsa dan karyanya. “Award itu bukan didapat dari hasil polling, tapi dari karya yang dihasilkan,” katanya di sebuah milis wartawan, Senin, 10 November 2014.
Dia menyanyangkan jika Unsyiah Award 2014 hanya dimenangkan oleh nominasi dengan polling terbanyak.
Menanggapi hal itu, Emi (20), salah seorang panitia penyelenggara Unsyiah Award 2014 mengatakan, polling yang dikirimkan hanya 30 persen dari penilaian.
“70 persen adalah penilaian dewan juri,” katanya kepada detakusk.com dalam sebuah pesan singkat, Senin, 10 November 2014. Namun Emi enggan menyebut identitas dewan juri tersebut. “Itu masih rahasia he-he-he,” tuturnya.
Untuk diketahui, Unsyiah Award 2014 adalah serangkaian agenda yang ada di Unsyiah Fair ke-IX yang dibuka Minggu, 9 November 2014 kemarin malam.[]
Editor: Riska Iwantoni