Siaran Pers | DETaK
Darussalam – Fakultas Pertanian (FP) Unsyiah mengadakan Simposium Pangan dengan tema “Mengembalikan Aceh Sebagai Lumbung Pangan Nasional” Kamis pagi, 17 April 2014, di ruang MPR (Multi Room Purpose) Fakultas Pertanian. Simposim ini diadakan untuk menyambut ulang tahun ke-50 tahun Fakultas Pertaian.
Simposum Pangan yang berlangsung dari pagi hingga sore hari ini menghadirkan beberapa pembicara yaitu Bupati Aceh Timur, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Wakil DPR Aceh, Kementerian Pertanian, perwakilan PT. Sygenta Indonesia dan Bank Mandiri.
“Kami mengundang stakeholder terkait disimposum ini yaitu Pemberi Kebijakan, Pemberi Anggaran dan Pelaksana. Sehingga nanti akan jelas bagaimana solusi untuk mengembalikan Aceh sebagai lumbung pangan,” jelas Yuliani Aisyah, selaku ketua panitia.
Aceh dalam 10 tahun terakhir ini mengalami penurunan dalam hal pembangunan pertanian dan kontribusinya terhadap nasional yaitu 3,79% di tahun 2004 menjadi 2,18% di tahun 2012. Aceh bukan lagi menjadi lumbung pangan karena banyak hasil produksi didistribusi ke luar daerah. Namun sebenarnya Aceh memiliki potensi ini, terutama jika lahan yang ada benar-benar di optimalkan untuk pertanian. Aceh Timur merupakan kabupaten yang diharapkan menjadi lumbung pangan untuk komoditi Jagung, Padi dan Kedelai.
“Kita butuh lahan produktif, yaitu lahan abadi yang berfungsi untuk mencipkana benih-benih unggul nantinya. Lahan tersebut bisa kita tanami dengan tanaman palawija. Jadi, ketersedian lahan adalah hal yang terpenting saat ini,” terang Hasballah Bin M. Thaib, Bupati Aceh Timur dalam penyampaiannya.
Mengembalikan Aceh sebagai lumbung pangan dapat dengan cara mengoptimalkan areal dan membuka areal baru untuk tanaman yang berpotensi baik untuk ekonomi rakyat. Meskipun banyak faktor hambatan seperti varietas benih, dan batuan anggaran, namun tantangan ini harus dihadapi oleh setiap stakeholder agar mendapatkan solusi. Harapan menjadikan Aceh sebagai lumbung pangan tidak akan terwujud jika mekanisme antar stakeholder selama ini tidak diperbaiki. Baik pemeritah pusat, provinsi maupun kabupaten.
“Kami dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh berharap segera ada penangan terhadap benih dan ketersedian air dapat diperhatikan,” tambah dia.[]
Editor: Murti Ali Lingga