Terkait ETW PEMA: Bukan Untuk Publikasi, Lalu?
Walau telah mengeluarkan Evaluasi Tri Wulan (ETW), nyatanya, PEMA menolak untuk mempublikasikan hasil laporan keuangan dan program tersebut kepada mahasiswa. Berbagai alasan dilontarkan PEMA sehingga ETW tidak di publish.
Salah satu alasan itu adalah, karena ETW ini belumlah final dan masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi, ungkap Mujiburrahman, Presiden Mahasiswa (Presma) Unsyiah, 17 Januari 2010.
Penolakan Mujiburrahman untuk mempublikasikan ETW tersebut mengundang kecurigaan banyak pihak. Beberapa Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mengaku, ETW tersebut penuh masalah dan perlu pertanggungjawaban kepada mahasiswa. “Terlalu banyak penggunaan dana yang tidak wajar,” sebut Ari Ramadhan Siregar, Ketua BEM FKH.
Berdasarkan analisa DETaK terhadap ETW tersebut, juga menemukan kejanggalan. Khususnya dalam hal pengeluaran dana yang tidak wajar. (Baca : ETW PEMA Berselemak Masalah). Begitu banyak program-program bermasalah, seperti pembayaran listrik, pemasangan internet, sampai program kerja yang telah di laksanakan namun tidak ada pertanggungjawaban kegiatan dalam ETW tersebut.
Bahkan, saat dua buah laporan ETW itu diperlihatkan, Mujib terlihat kaget. Sebab, sebagaimana pengakuan Mujib kepada DETaK, ETW itu bersifat rahasia dan tidak bisa disebarluaskan. Karena itu, Presma ini mempertanyakan kepemilikan DETaK atas dokumen “rahasia” tersebut.
Bukan hanya itu, Mujiburrahman bahkan meragukan keaslian ETW tersebut. “Bukan kami tak percaya pada teman-teman DETaK, tapi bisa saja sebelum teman-teman dapatkan dokumen ini, telah diganti bagian isi dalamnya,” kilah mahasiswa asal Aceh Selatan itu.
Ketua UKM Kempo Unsyiah, Taufik, berpendapat, selama ini PEMA sangat tertutup dalam hal keuangan. “Dana kegiatan mereka adalah uang mahasiswa, jadi mahasiswa berhak tahu kemana uang yang dipakai oleh lembaga-lembaga mahasiswa. Terlebih lagi PEMA dengan alokasi dana yang cukup melimpah di bandingkan dengan lembaga lainnya,” ujar Taufik.
Menurutnya, selama ini ia tidak pernah melihat Laporan keuangan PEMA. “Jangankan terkait laporan keuangan PEMA, program kerja mereka saja tidak sisosialisasikan kepada kita. Kita tidak pernah tahu, mana yang berhasil dan mana yang tidak,” jelas Taufik, sesaat setelah latihan mempersiapkan timnya, untuk mengikuti kejuaraan Piala Rektor Unsyiah yang di gelar UKM Kempo, pertengahan Februari lalu.
Lantas, apa benar Laporan LPJ PEMA bersifat rahasia, dan orang tertentu saja yang berhak tahu, sedangkan mahasiswa tidak perlu tahu?
Saat DETaK mencoba meminta konfirmasi terkait tidak dipublishnya ETW tersebut, berbagai alasan kembali dilontarkan Mujib.
Ketika petanyaan terkait ETW PEMA sangat tertutup, dan tidak pernah dibeberkan kepada publik khususnya mahasiswa, Mujib menjawab dengan nada tinggi; “Selama ini pihaknya tidak pernah menutup-nutupi transparansi dana. Malah kami mempertanyakan, mengapa pihaknya yang dipertanyakan terkait ETW tersebut, bukannya DPMU.”
Menurut Mujib, seharusnya pihak DPMU lah yang harus dimintai penjelasan terkait hal ini. “Jika harus mempublikasikan ETW ini, itu harusnya tugas DPMU. Kami hanya berhak mempertanggungjawabkan ETW ini kepada mereka. Kan tidak mungkin kami membagikan ETW ini kepada 25 ribu mahasiswa Unsyiah., Dan teman-temanlah (media-red) yang harus mempertanyaan itu kepada DPM,” tegas Mujib.
Tak berhenti disitu, Presma kembali berkilah, ia menegaskan pihaknya tidak pernah menutup-nutupi transparansi keuangan PEMA. Bahkan satu rupiah pun tidak pernah ditutupi. Namun, terkait dengan ETW ini, sayangnya presma belum bisa menjawab dengan alasan perlu peninjauan lebih dalam lagi.
Pendapat Mujib tersebut dibenarkan Wakilnya, Wira Winadi. Menurutnya, PEMA bukannya tidak transparan. Akan tetapi, laporan tersebut hanyalah ETW yang tidak perlu dipublikasikan.
Presma Mujiburrahman mengakui kekurangan-keurangan di masa-masa awal kepemimpinannya. untuk itu ia membuka ruang sebesar-besarnya kepada siapapun untuk memberikan kritik dan masukan.
“Silahkan kritik dengan kritikan yang konstruktif. Kami terbuka terhadap siapapun. Karena PEMA dibawah kepemimpinan Mujiburrahman, berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Dan saya telah berbicara dengan PR III (Pembantu Rektor III – red), untuk mengaudit dana-dana yang di gunakan oleh lembaga mahasiswa,” ungkap Presma, menceritakan perihal pertemuanya dengan PR III beberapa waktu lalu.
Untuk itu, Presma meminta waktu untuk mempelajari ETW tersebut serta segera berkoordinasi dengan bawahannya.
Akan tetapi hingga tenggat waktu yang telah ia tentukan sendiri, Mujib justru tidak bersedia untuk ditemui. Parahnya, Mujib menuduh DETaK tidak independen dan memiliki rencana terselubung untuk menjatuhkannya.
Bukan hanya itu, Mujib bahkan menuduh DETaK telah menempuh jalur-jalur yang tidak sewajarnya, seperti memperoleh ETW tanpa sepengatahuan pihaknya.
Namun, Riki, mahasiswa Fakultas Teknik tidak setuju dengan pendapat Mujib. Ia mengakui selama ini belum pernah mengetahui berapa anggaran yang dimiliki PEMA dalam menjalankan kegiatan. “Semua serba tertutup, padahal kami sebagai mahasiswa berhak tahu, karena kami bayar mahal untuk masuk kemari (Unsyiah-red,). Dan yang perlu diingat, uang yang digunakan PEMA itu sebagain dari uang SPP kami,” tegas mahasiswa bertubuh jangkung ini, serius.
“Kan PEMA punya media, kampus juga banyak media tapi mengapa tidak pernah dipublikasi laporan keuangan dan program-program mereka. Kalau enggan mengumumkan di koran, tempelkan aja di mading, seperti laporan keuangan Masjid setiap seminggu sekali,” ujar Riki memberi solusi.
“Kalau seperti di Masjid itu kan jelas. Tak aka nada prasangka buruk atau fitnah terhadap. Begitu juga PEMA, tempelkan saja, karena itu hak publik untuk mengetahuinya,” tambahnya lagi.
Walau bagaimanapun, Riki dan duapuluh ribu lebih mahasiswa Unsyiah masih mengharapkan PEMA membuka transparansi keuangannya. Hal ini terkait komitmennya dalam prosoes keterbukaan terhadap publik. “Sebelum kita menuntut transparansi Unsyiah, PEMA juga harus membuktikan diri sudah transparan.” Harap Riki.
DETaK | Arief Maulana
Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=242