Beranda Feature Cerita di Balik Berdirinya Beasiswa Striver: Beasiswa untuk Menghafal Al-Qur’an

Cerita di Balik Berdirinya Beasiswa Striver: Beasiswa untuk Menghafal Al-Qur’an

dok. pribadi
loading...

Sri Elmanita S. | DETaK

Sinar matahari sudah mulai tampak lagi setelah hujan rintik kian menghilang. Jalanan becek sisa hujan masih terlihat di sepanjang jalan menuju tempat perjanjian, kami memilih bertemu di Masjid Al-Wustha yang berlokasi di Jeulingke. Terlihat mereka bertiga duduk dengan sebuah laptop di sana, berbincang ringan.

“Banyak sekali anak-anak yang ingin menghafal Al-Qur’an tapi tidak punya biaya,” kata salah seorang di antara mereka. Kalimat tersebut terucap melihat kondisi daerah Aceh saat ini yang mengalami kesenjangan ekonomi.

loading...

Melihat kesenjangan ekonomi yang juga berdampak pada nasib pendidikan anak kurang mampu, tiga orang anak SMA Plus Al-Athiyah mencoba mencari solusi atas persoalan tersebut. Mereka bertiga, yaitu Riski Maulana, Baisal, dan Fathin Shafly Marzuki akhirnya menggagas berdirinya Striver Charity Foundation atau dikenal dengan nama Beasiswa Striver yang merupakan sebuah Badan Amal Tahfizh Al-Qur’an Asy-Syathibiyyah. Asal muasal Striver dipilih sebagai nama beasiswa ini karena mereka bertiga merupakan teman seangkatan di SMA, berawal dari itu mereka menggunakan nama angkatannya untuk beasiswa ini. Pada pertengahan Oktober 2019 yang lalu, beasiswa ini mulai terbentuk dari mencari donatur sampai perencanaan matang lainnya.

Sejarah Terbentuknya Beasiswa Striver

Saat kutanyai ide mereka mendirikan beasiswa ini. Salah seorang di antara mereka bernama Riski tampak berpikir. Ia mencoba mengenang kembali tentang awal mula mimpi ini ada. Ia mencoba memaparkan sejelas-jelasnya kepadaku.

“Kawan di masjid mengadu pada saya,” mulainya.

“Ki, ini ada seorang penjual bakso keliling, anaknya punya semangat menghafal Al-Qur’an dan punya potensi untuk menghafal Al-Qur’an tetapi terkendala oleh faktor ekonomi,” ia terlihat menarik nafas panjang sambil merenung.

Mendapat informasi dari temannya, Riski merenung dan berpikir mengenai solusi yang bisa ia lakukan dan berikan. Kemudian ia melanjutkan bahwa solusi tersebut akhirnya ia temukan, saat Fathin yang juga salah satu pendiri beasiswa ini mengajaknya untuk mendirikan sebuah program beasiswa.

“Allah kasih hidayah dengan datangnya Fathin,” ungkapnya terlihat senang sambil melirik Fathin yang duduk di sebelahnya.

Fathin mengajaknya untuk membuat program beasiswa menghafal Al-Qur’an. Di samping itu, mereka juga menceritakan bahwa dahulunya mereka juga merupakan penerima beasiswa untuk menghafal Al-Qur’an.

“Dari sinilah mulai didirikan. Ajak orang sikit demi sedikit, dan awalnya banyak yang bergabung teman kami sendiri,” lanjutnya.

Seiring berjalan waktu mereka mendapatkan tawaran menarik dari salah satu donatur yang menawarkan rumah selter dan sedikit halaman rumah donatur tersebut untuk dijadikan tempat pengajian berbentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). TPA ini berlokasi di Jalan Blang Bintang Lama KM 11,5 Desa Seupeu, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.  Persiapan untuk membuka TPA itu selesai pada bulan Januari 2020, kemudian program beasiswapun dimulai pada bulan Februari.

Baisal, salah satu penggagas berdirinya beasiswa ini, juga memaparkan tentang program-program lainnya dari beasiswa Striver. Ia memaparkan bahwa setiap hari Jumat mereka mengadakan program “Jumat Berkah”. Pada program tersebut mereka membagikan makanan gratis di masjid yang waktunya dalam seminggu bisa menjangkau satu atau dua masjid. Selanjutnya, Baisal juga memaparkan khusus di bulan suci Ramadan mereka akan mengadakan karantina menghafal Al-Qur’an dan juga membagikan takjil untuk berbuka puasa.

Para Donatur

Donatur menjadi kunci mereka dalam menggerakkan badan amal ini. Kata mereka, mulanya donatur badan amal ini adalah teman mereka. Lalu mereka mengajak orang lain lagi melalui mulut ke mulut juga via media sosial untuk menjadi donatur. Sampai pada akhirnya mereka menemukan orang-orang dermawan yang berasal dari Aceh sampai ke pulau Jawa yang bersedia menjadi donatur

“Sejauh ini sudah ada 67 orang dan semua itu tidak aktif ada yang transfer ada yang tidak. Kami tetap mengingatkan kalau dia transfer Alhamdulillah, kalau tidak ya nggak apa, karena rezeki bukan kita yang atur. Kami berupaya dengan mengingatkan setiap akhir bulan tanggal 20. Uang yang masuk perbulan hampir 4 juta,” ucap Baisal.

Murid-murid yang aktif ikut belajar secara gratis di TPA umumnya berasal dari warga sekitaran Desa Seupeu, Blang Bintang. Baisal mengatakan bahwa sudah ada sekitar lima belas orang murid dan sekarang mereka akan membuka lagi gelombang kedua. Program mengaji tersebut dijadwalkan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu setiap pukul 14.30 s.d. 17.30 wib.

Adapun guru yang mengajar anak-anak ini adalah Ustazah Irdha Magfirah. Ia merupakan salah satu teman mereka yang dahulu juga bersekolah di tempat yang sama. Sebagai satu-satunya ustazah, ia terlihat begitu dekat dengan semua anak-anak di TPA. Terlihat dari foto-foto yang ditunjukkan oleh mereka.

Riski, Fathin, dan Baisal ketiganya juga memiliki cita-cita untuk mendirikan Dayah-sebuah instusi pendidikan Islam. Tentu saja, hal tersebut tidak mudah untuk diwujudkan karena membutuhkan jangka waktu yang panjang serta donatur yang lebih banyak pula. Kepadaku, ketiganya begitu optimis menceritakan setiap mimpi yang ingin mereka capai di kemudian hari.

“Terima kasih untuk para donatur yang telah mempercayakan sedikit rezekinya untuk kami olah, dan InsyaAllah akan kami salurkan dan kami gunakan sebaik mungkin. Di dunia kerja kita saja perlu orang dalam, dari itu jangan cari di dunia aja orang dalam tapi juga di akhirat. Dengan apa? Dengan ini. Karena salah satu orang dalam di akhirat itu adalah orang penghafal Al-Quran karena dia bisa memberi syafaat untuk kita nantinya,” tutup Riski. []

Editor: Nurul Hasanah