Auliana Rizky [AM] | DETaK
Darussalam – Dalam rangka memperingati Milad ke-56 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengadakan kegiatan malam puncak Dies Natalis dengan tema “Bahteraku Fkip Biru” pada Selasa, 20 November 2017 pukul 20.00-23.00 WIB di Gedung AAC Dayan Dawood, Unsyiah.
Acara ini dibuka dengan serangkaian acara tarian, dan acara formal lainnya, serta dilengkapi dengan persembahan berbagai penampilan karya anak FKIP Unsyiah, diantaranya: tari Ratoh Jaro, vocal solo dari mahasiswa Bimbingan Konseling (BK) oleh salsabila, penampilan etnis modern Gayo Lues dari Sendratastik, teater dari Gemasastrin, paduan suara dari Himakdiwara, pengumuman mahasiswa berprestasi, FKIP award dan banyak penampilan seru lainnya.
Tetapi dari sisi lain, Acara ini kurang memuaskan dan beberapa mahasiswa mengatakan bahwa mereka kecewa dengan acara tersebut, dikarenakan sedikitnya mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut.
“Acara ini cukup mengecewakan, padahal kami selaku panitia sudah berusaha keras dalam acara ini, dan kami merasa bahwa kami tidak dihargai, penontonnya lama-kelamaan meninggalkan acara ini mondar-mandir dan keluar masuk,dan mengapa penutupan Dies Natalis ini tidak seramai seperti Unsyiah Fair yang mahasiswa mahasiswanya bisa menghadiri acara itu dari pertama sampai dengan selesai,” ungkap salah satu panitia kegiatan yang tidak ingin disebutkan namanya.
Kemudian Cut Julya Ressa, salah seorang mahasiswa PKK angkatan 2015 FKIP Unsyiah juga turut memberikan komentar tentang kegiatan perdana FKIP Unsyiah tersebut.
“Acara ini bagus terutama diminat dan bakat, dan acara ini adalah acara yang dilakukan yang pertama kalinya, secara keseluruhan acara ini kurang khidmat mulai dari rangkaian agenda, perlombaannya, dan dari sekian banyaknya mahasiswa FKIP Unsyiah hanya beberapa kursi yang dipenuhi oleh mahasiswa FKIP,” ujar Cut.
Cut mengatakan bahwa ia datang karena mendapat undangan dari Ketua BEM FKIP Unsyiah dan ikut serta meramaikan acara tersebut untuk memberikan semangat kepada Prodi PKK dalam dekorasi acara tersebut, namun ia menjumpai sejumlah kekurangan yang membuatnya kecewa.
“Acara ini mengecewakan di FKIP award mengapa acara ini harus di-voting gencarannya, stannya lebih jauh dari FKIP sehingga mahasiswa-mahasiswa lainnya kurang minat untuk menghadirinya, jalan acaranya kurang khidmat, publikasinya bagus tetapi lama-kelamaan kontribusi dengan himpunan-himpunan antusiasnya kurang,” ungkapnya lebih jelas.
Namun demikian, Cut berharap semoga acara ini dapat terlaksana untuk tahun kedepannya lagi, dengan sosialisasi kontribusinya yang lebih meluap, sehingga persiapan panitia dapat lebih matang setelah mendapat pengalaman dari pergelaran tersebut. []
Editor: Maisyarah Rita