Maisyarah Rita | DETaK
Darussalam- Diskusi sosialisasi Empat Pilar Bangsa yang disampaikan oleh M. Nasir Djamil sebagai salah satu anggota komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Fraksi Partai Kesejahteraan Sosial (PKS), sukses terselenggara di ruang seminar Flamboyan lt.III Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Kamis, 23 Februari 2017.
Acara yang dimotori oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Banda Aceh ini bertujuan untuk mensosialisasikan empat pilar kebangsaan kepada khalayak umum, agar dapat memahami ketatanegaraan dan mengadirkan sikap tanggung jawab akan Negara Indonesia.
”Sosialisasi ini merupakan bagian untuk menghadirkan satu sikap masyarakat, agar mereka memiliki komitmen kebangsaan, bisa memahami ketatanegaraan dan diharapkan akan hadir satu sikap bagaimana seorang warga negara memiliki rasa tanggung jawab untuk membela negaranya,” sebut Nasir mengawali diskusi.
Dalam pemaparan materi empat pilar kebangsaan, Nasir menyatakan bahwasanya bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada kondisi turbulensi terkait kasus empat pilar tersebut.
“Kalo kita membaca berita di media-media massa, kita saat ini dihadapkan pada kondisi keprihatinan bangsa yang mendalam. Negara kita sedang mengalami turbulensi, empat pilar Negara kita sedang diuji,” luap Nasir menambah riuh suasana diskusi interaktif sore itu.
Berdasarkan pemaparan Nasir, Ada empat pilar kebangsaan Negara Indonesia, yakni pancasila sebagai dasar dan Ideogi Negara yang saat ini gembor dengan kasus Habib Reziq yang dianggap melecehkan pancasila, kemudian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dinilai sangat liberal, selanjutnya kasus Ahok dan Habib Reziq yang dipandang tidak lagi memiliki rasa ke-Bhinneka Tunggal Ikaan, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan akan perpecahan.
“Jadi memang hari ini, keempat hal ini sedang diuji, sehingga banyak dari berbagai komponen masyarakat meluapan aksi kekecewaan, yang ditunjukkan terkait pelaksanaan pancasila yang tidak sesuai, kita lihat mulai dari plesetan Pancasila menjadi Pancagila, demo dimana-mana. Namun begitu, di tengah keprihatinan tersebut, kita sebagai generasi muda Indonesia harus tetap optimis untuk kondisi perbaikan kedepannya,” pungkas Nasir.
Pelaksanaan sosialisasi semacam ini disambut dan dinilai baik oleh para peserta yang antusias mengikuti acara tersbut.
“Kegiatannya serulah, diskusinya interaktif gitu, materi yang disampein juga pas ke point-pointnya, walaupun banyak dari materi slide yang terpaksa dilewati karena alsan waktu, jadinya sedikit mengambang,” ulas Ichlasul Amal, salah seorang peserta diskusi dari FISIP Unsyiah. []
Editor: Dinda Triani