Rani Mauizzah | DETaK
Banda Aceh – Dinas Perhubungan (Dishub) bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh akan luncurkan angkutan massal transwisata pada Minggu, 11 September 2022 mendatang.
Program Angkutan Massal Transwisata merupakan sebuah bentuk dukungan Dishub Aceh dan Disbudpar Aceh terhadap pertumbuhan pariwisata di Aceh. Dengan tujuan agar masyarakat dapat mengeksplor dan mengenal destinasi wisata yang dimiliki oleh Banda Aceh dan sekitarnya, mulai dari sejarah hingga kuliner.
Keuntungan dari hadirnya transwisata dapat membantu memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata Aceh kepada masyarakat, serta meningkatkan aksesibiliti (memudahkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya).
Kepala UPTD Angkutan Massal Transkutaraja, M. Hanung Kuncoro, mengatakan bahwa awal terbentuknya transwisata adalah karena transkutaraja hanya melayani pemberhentian secara reguler dan tidak melayani ke tempat-tempat wisata. Oleh karena itu, transwisata dibentuk agar destinasi wisata dapat dijangkau dengan layanan angkutan massal.
“Karena pertama, koridor utama itu kan tidak melayani ke tempat-tempat wisata. Dan kita tahu ada masyarakat-masyarakat kita bahkan orang Aceh sendiri pun mungkin belum mengenal secara keseluruhan destinasi wisata. Sehingga dari kawan-kawan berpikir, kita buat aja transwisata yang khusus untuk berwisata. Jadi tidak ada yang reguler. Tempat-tempat yang disinggahi adalah tempat untuk berwisata,” ucap Hanung.
Saat ini, Bus yang akan diluncurkan tersebut masih dinamakan sebagai Transwisata.
“Sebenarnya kami berencana punya nama lain. Tapi, kami belum dapat nama khusus untuk Transwisata ni. Kami juga kepingin hasil idenya dalam Bahasa Aceh gitu, yang bisa jadi ciri khas. Saat ini belum ada, jadi kami masih menamakannya Transwisata.”
Bus yang digunakan oleh transwisata sama seperti bus transkutaraja, dengan bus sebanyak 6 unit. Untuk rute 1 terdapat 2 bus yang disediakan. Sedangkan rute 2 berjumlah 4 unit. Yang membedakan kedua bus tersebut adalah transwisata mempunyai ciri khas pada busnya berupa tulisan.
“Nanti dia ada tulisannya, kan ada rute 1 rute 2. Di rute 1 ada tulisan Masjid Raya-Ulee Lheue. Rute 2-nya tu Masjid Raya-Lampuuk. Jadi masyarakat tau, kalau gak nanti gak tau. Karena busnya sama-sama Transkutaraja,” jelas Hanung.
Transwisata tidak dipungut biaya dan dapat dinaiki oleh seluruh kalangan baik oleh mahasiswa, pekerja dan lainnya. “Semuanya boleh naik, tidak dibatasi. Untuk tarif sementara belum. Khusus untuk yang wisata, hanya bayar untuk tiket masuk sedangkan bus transwisatanya gratis.”
Hanung berharap agar masyarakat menggunakan bus dengan sebaik-baiknya dan menjaga bersama sarana dan prasarananya. “Tentunya kami menginginkan masyarakat mempergunakan sebaik-baiknya fasilitas ini. Kemudian dijaga, termasuk prasarananya. Ada halte atau shelter itu dijaga. Jangan sampai dikotori, dirusak dan sebagainya,” pungkasnya.[]
Editor: Indah Latifa