Neni Ralulita Br. Siregar [AM] | DETaK
Darussalam – Dalam kegiatan kuliah yang berlangsung Rabu, 16 Maret 2016, Srinita selaku dosen Study Kelayakan Bisnis di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengatakan, bahwa sebenarnya Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah. Hanya saja, masyarakat Aceh kurang menyadari dan kurang memiliki kreatifitas.
“Kita terlena dengan masa lalu. Emas di Monas kita yang kasih. Pesawat kita yang kasih. Kita kan kaya, dulu,” kata Srinita.
Lebih lanjut Srinita yang juga menjabat sebagai wakil ketua Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER) se-Indonesia memaparkan bahwa berbagai sumber daya alam potensial dapat diperoleh secara bebas di Aceh.
“Di Banda Aceh ini sangat banyak pohon kelapa dan kelapa itu batoknya bisa dibakar jadikan arang, dijual. Selain itu apa lagi? Sabut kelapa, itu bahan utama pembuatan Coco Fiber yang dijadikan untuk isi jok mobil BMW. Debu sabutnya bisa dijadikan Coco Peat, media tanam. Itu sudah terkenal sekali di Jepang,” paparnya.
Selama ini daerah yang banyak mengekspor Coco Fiber adalah Lampung. Menurut Srinita, Banda Aceh juga berpotensi untuk itu. Jika saja di Banda Aceh juga dibangun pabrik pengolahan sabut kelapa menjadi Coco Fiber, tentu akan menyerap banyak tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran di Aceh. Selain itu, tingkat ekspor di Aceh juga akan meningkat dan tentunya akan menambah pendapatan daerah.
“Untuk itu, cobalah kalian sebagai mahasiswa ajukan konsep kepada pemerintah untuk membangun pabrik pembuatan Coco Fiber,” tambahnya di akhir proses perkuliahan.[]
Editor: Eureka Shittanadi