Cut Siti Raihan | DETaK
Darussalam- Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Aceh bersama Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Indonesia dan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), menggelar kegiatan The 28th International Conference on Literature (ICoL) 2019 dengan tema “Literature as the Source of Wisdom” di Auditorium Lt. 03 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah pada 11 s.d. 13 Juli 2019.
Kegiatan ICoL ini dimulai dengan kegiatan opening ceremony oleh Rektor Unsyiah, dilanjutkan seminar dan kelas parallel selama dua hari sebagai ajang pemaparan materi oleh peserta delegasi. Kemudian, pada hari terakhir tanggal 13 Juli 2019, peserta akan dibawa untuk mengunjungi destinasi wisata di Aceh, yaitu Kota Sabang.
Mohd. Harun, selaku Ketua HISKI Komisariat Aceh sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, mengungkapkan bahwa kegiatan ini sebagai ajang perkumpulan sastrawan dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.
“Peserta utama kita berasal dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, juga ada pemakalah atau keynote speaker dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Italia,” ungkapnya.
Sesuai dengan temanya, hal yang dibicarakan pada kegiatan ini adalah mengenai sastra sebagai sumber kearifan.
“Alasan pemilihan tema Literature as the Source of Wisdom atau sastra sebagai sumber kearifan, karena memang sastra dari dulu menjadi salah satu kebudayaan manusia yang menghasilkan berbagai nilai kehidupan. Jadi di dalamnya terdapat sumber kearifan, begitulah orang-orang berkumpul ini untuk saling mempresentasikan bagaimana sastra itu sebagai sumber kearifan,” ujarnya.
Mohd. Harun juga berharap dengan adanya kegiatan pertemuan ilmiah seperti ini dapat menghasilkan hal-hal baru atau terobosan baru yang dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat luas.
Di sisi lain, Rektor Unsyiah, Samsul Rizal, pada pidato pembukaan mengatakan bahwa salah satu hal yang dapat mendorong suatu daerah untuk maju adalah budayanya.
“Mahasiswa dan dosen sangat berperan penting dalam menjaga dan melestarikan budaya suatu daerah. Apa jadinya suatu daerah jika hanya kepala daerahnya saja yang bergerak, bekerja membangun. Aceh dulunya sempat menjadi kerajaan Islam yang berjaya itu karena pemerintahan pada masa itu sangatlah menjunjung tinggi nilai-nilai budaya islami,” pungkasnya.[]
Editor: Nurul Hasanah