Eureka Shittanadi | DETaK
Darussalam – Pegiat lingkungan yang tergabung dalam komunitas Sobat Bumi Indonesia Regional Aceh atau biasa disebut SOBI Aceh melakukan aksi berupa pengutipan sampah pada sebagian wilayah Lapangan Tugu Universitas Syah Kuala, Minggu, 17 Desember 2017.
Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian perekrutan calon anggota baru SOBI Aceh setelah sebelumnya dinyatakan lulus dari tahap wawancara.
Yudi Sandi Pratama, ketua Open Recruitment SOBI Aceh, mengatakan bahwa pemilihan tempat dilakukannya aksi tersebut telah dipantau jauh-jauh hari dengan pertimbnagan terlihat banyak sampah di sekitar lapangan tugu Unsyiah, namun Yudi sangat menyayangkan perihal dominansi sampah yang mereka pungut merupakan sisa sampah aksi Kampanye calon Ketua BEM Unsyiah yang telah berlangsung beberapa hari yang lalu.
“Beberapa hari yang lalu kita baru saja melakukan rangkaian pesta demokrasi di tempat ini, dan dari kegiatan itu terlihat banyak meninggalkan sampah di lapangan Tugu Unsyiah, jadi kami dari SOBI bergerak untuk membantu membersihkan sampah yang ada,” papar Yudi saat ditanyai langsung oleh wartawan detakusk.com.
Dari aksi tersebut setidaknya terkumpul sampah sebanyak 12 karung ukuran 15 kg dan ditambah dengan beberapa kantong plastik ukuran sedang. Sampah yang dikutip terdiri atas sampah organik dan non organik mulai dari botol minuman bekas, bungkus makanan plastik, hingga kertas nomor urut calon ketua BEM Unsyiah saat acara kampanye hari Kamis lalu.
“Jadi sampah yang terkumpul itu ada sebanyak 12 karung ukuran 15 kg meskipun berat sampahnya tidak mencapai 15 kg,” tambahnya.
Seusai kegiatan tersebut, koordinator SOBI Aceh, Nanda Riwa Sukma, berpesan kepada seluruh masyarakat khususnya masyarakat dan mahasiswa Aceh tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya sebagai upaya menyelamatkan bumi sebagai warisan untuk generasi mendatang.
“Kita sebagai manusia terpilih yang berkecimpung dalam akademisi, harusnya malu untuk bertindak membuang sampah sembarangan, karena upaya selamatkan bumi dan tidak membuang sampah sudah diulang-ulang sejak kita menempuh sekolah paling dasar, tapi sayang tidak membekas,” ucap Nanda prihatin. []
Editor: Maisyarah Rita