Siaran Pers | DETaK
Banda Aceh – Forum Lintas Komunitas Kota Banda Aceh akan memperingati Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 desember ini. Kegiatan yang bertemakan “kreasi dan refleksi delapan tahun tsunami aceh” akan di pusatkan di museum tsunami.
Peringatan ini ditujukan untuk mengenang tragedi 26 desember 2004 lalu. Selain doa dan zikir, kegiatan ini di isi oleh seorang sosok Korban tsunami yang bernama Delisa. Dia merupakan seorang anak kecil di delapan tahun silam. Sekarang, delisa sudah berumur 15 tahun. Umur boleh bertambah, tapi kaki sebelah kirinya masih seperti semula, puntung di musibah mahadasat yang menimpa Aceh. Tsunami, telah memberikan sebuah spirit baru bagi pertumbuhan Delisa, dia lebih kuat walau kaki sebelah kirinya harus di pasangkan kaki palsu untuk membantu langkahnya dalam meraih cita-cita.
Selain Penuturan Kisah dan Permainan Piano oleh Delisa, acara yang diselenggarankan oleh 39 komunitas tersebut juga diisi dengan Seni pertunjukan dan Pemutaran Film. Puluhan pergelaran Band Religi, Musikalisasi Puisi, serta Pemutaran Film Tsunami. Sejak pagi hingga sore, Musium Tsunami di isi oleh beragam kegiatan yang membangkitkan spirit pembangunan serta solidaritas yang bertemakan “ Kreasi & Refleksi Delapan Tahun Tsunami Aceh”. Kegiatan sederhana ini tidak melibatkan banyak orang, akan tetapi berlangsung dari pagi hingga sore dengan rangkaian kegiatan yang berbeda-beda.
Sosok Fiksi Delisa.
Hafalan shalat Delisa, itu judul sebuah film yang pernah membuming di dalam bahkan di luar negeri. Dalam film fiksi tersebut, delisa merupakan korban tsunami Aceh yang kakinya puntung. Gadis kecil 7 tahun itu hanya punya satu kaki. Selain itu, ia juga kehilangan ibunya dan tiga kakak perempuannya.
Hidup berdua dengan sang ayah, Delisa jarang mengeluh. Ia juga tak larut dalam kesedihan. Senyum selalu mengembang dari wajahnya. Ia tetap hangat, jahil, dan riang bermain. Bahkan, dengan satu kaki, Delisa tetap bermain bola.
Tak ayal, keceriaan Delisa menyebar ke orang-orang di sekitarnya. Para orang dewasa belajar dari ketabahan dan keceriaan Delisa hidup di daerah pasca bencana yang penuh keterbatasan.
Namun, Delisa pada akhirnya juga seorang anak kecil yang merindukan kehidupan yang lebih baik seperti sebelum bencana melanda. film karya Sony Gaokosak dari novel Tere Liye ini tak hendak mengumbar air mata. Kisah Delisa yang berusaha bangkit menjadi inspirasi bagi penonton.
Sosok Asli Delisa
Itulah sekilah tokoh fiksi yang dibangun dalam sebuah film yang berjudul “Hafalan Shalat Delisa” ini memberikan semangat bagi banyak orang dalam menyikapi musibah.
Walau di film tersebut adalah kisah fiksi tapi ada seorang anak yang bernama Delisa yang mengalami hal yang sama dengan sosok fiksi dalam film itu. Delisa yang akan hadir di peringatan tsunami nanti itu adalah seorang sosok perempuan kecil yang dulunya masih berumur 7 Tahun dan sekarang dia sudah meranjak dewasa. Tak terasa, umur delisa sudah 15 tahun.
Selama delapan tahun, delisa telah melalui masa-masa sulitnya dengan sebilah kaki palsu. Sebelum tsunami Delisa tingal di ule lhee, dusun tongkol Kecamatan Meuraksa Banda Aceh. Sekarang, dia beserta ayah dan mamak tirinya terpaksa tinggal di Neuhen Aceh Besar. Delisa mengaku tidak mendapat bantuan rumah di ule lhee sehingga terpaksa harus pindah dan menetap di Neuhen.
Sekarang kondisi delisa tetap seperti biasa, periang dan ceria walau kaki palsunya sudah tak muat lagi dan mulai pendek. Hal itu mengakibatkan tulang belakang delisapun sering nyeri bila banyak berjalan.
Bagaimana kisah Delisa paska tsunami, mari hadir jam 2 di musieum tsunami pada tanggal 26 Desember 2012 nanti. Dia akan main piano untuk memberikan semangat bagi kita semua. Selain itu, Delisa akan mengisahkan perjalanan hidupnya selama ini kepada kita.[]