Siaran Pers | DETaK
Darussalam – Mahasiswa Universitas Syiah Kuala kembali menciptakan inovasi baru dalam bidang teknologi, yang diberi nama RoPo, singkatan dari Robot Pointer yang berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi Tim SAR (Search and Rescue) dalam pencarian korban bencana. Pembuatan RoPo yang kurang lebih memakan waktu selama tiga bulan ini dilakukan di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas Teknik. 6 Juni 2017.
RoPo merupakan hasil penelitian dari Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Fakultas Teknik. dibimbing oleh Mohd. Syaryadhi, dan diketuai Bima Sakti, yang beranggotakan empat orang diantaranya Syadza Sausan, Achmi Yuliani, Intan Permatasari, dan Hendrik Leo.
Data dari United State Geological Survey (USGS) menunjukan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat kegempaan tertinggi di Dunia.
Bima Sakti mengatakan bahwa RoPo ini dibuat dengan latar belakang permasalahan bencana yang sering melanda Indonesia. Paska terjadi bencana, evakuasi korban yang masih hidup harus segera dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan. Dalam hal ini Tim SAR berperan sebagai orang yang melakukan evakuasi terhadap korban bencana. Namun, dalam proses evakuasi Tim SAR tidak melakukan peninjauan langsung mengenai lokasi bencana, sehingga sering membahayakan keselamatan Tim SAR sendiri. Saat bencana terjadi RoPo akan langsung diturunkan pada lokasi bencana, sehingga Tim SAR dapat menerima informasi mengenai rute teraman dan detail letak posisi korban yang dikirimkan oleh RoPo.
Penggunaan RoPo sendiri masih dibatasi hanya pada bencana alam gempa bumi. Hal ini dikarenakan RoPo merupakan robot beroda, sehingga tidak memungkinkan digunakan pada bencana alam banjir, longsor dan lainnya.
“Dengan adanya alat ini, menjadi suatu terobosan baru dalam mitigasi bencana, mengingat Indonesia sendiri merupakan negara yang sangat sering mengalami bencana,” Jelas Bima
Diharapkan dengan terciptanya alat ini, dapat digunakan dalam proses mitigasi bencana. Kedepannya RoPo akan terus dikembangkan agar penggunaannya tidak dibatasi hanya pada bencana gempa bumi. Sehingga, dapat meminimalisir terjadinya pertambahan korban bencana baik dari pihak Tim SAR sendiri maupun korban. []
Editor : Dinda Triani