Oleh : Ilham Fonna
Pemilihan Raya (Pemira) Unsyiah yang akan memilih Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU) Unsyiah akan dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2013. Melihat calon ketua BEM yang berjumlah 10 orang dan calon DPMU yang berjumlah 54 orang membuat saya berpikir kalau pemira kali ini akan sangat menarik untuk diikuti. Pemira kali ini juga lebih terbuka dan tahapannya lebih lama dibandingkan tahun lalu yang sempat ricuh dan gagal terlaksana akibat tidak transparannya Sidang Umum (SU) dan proses-proses pemira.
Semua calon ketua BEM Unsyiah akan berkompetisi untuk menjadi mahasiswa nomor satu di Unsyiah dan calon DPMU akan memperebutkan 32 kursi di ajang pemira nantinya. Para kandidat tentunya akan mencari dukungan dan mempromosikan diri pada masa kampanye yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Raya (KPR) Unsyiah, yaitu 21-26 Oktober 2013. KPR pun sudah memperingatkan para kandidat untuk mengikuti tahapan pemira secara teratur dan damai. Kita berharap pemira kali ini tidak terjadi keributan lagi karena ini menyangkut nama baik Unsyiah di mata masyarakat. Kita selaku mahasiswa Unsyiah harus mendukung pemira Unsyiah agar dapat terlaksana secara damai.
Mengingat tidak mudahnya menjadi mahasiswa nomor satu di Unsyiah dan anggota DPMU, maka tidak tertutup kemungkinan ada oknum kandidat ataupun Tim Sukses (TS) yang melakukan berbagai cara untuk meraih kemenangannya. Berkaca pada dua kali pemira yang sudah pernah dilaksanakan sebelumnya, saya melihat ada hal yang menarik untuk dibahas dan didiskusikan bersama. Salah satunya yaitu menjual nama lembaga Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI) untuk meraih kemenangan di pemira yang lalu, walaupun hal ini tidak dilakukan secara kelembagaan. Ada oknum tentor UP3AI yang menyuruh peserta didiknya untuk memilih kandidat dari kelompoknya dengan ganjaran akan diluluskan program Iqra’ ataupun Praktek Ibadah (PI). Ada juga yang menjelekkan kandidat lawannya dengan mengatakan “kalau si A terpilih, UP3AI akan dihapuskan”, padahal kebijakan mendirikan dan menghapuskan UP3AI adalah kebijakan rektorat Unsyiah. Sungguh miris melihat fenomena tersebut karena dapat mencoreng proses demokrasi di pemira. Seharusnya sebagai tentor mengarahkan peserta didik untuk memilih kandidat yang sesuai dengan hati nurani. Kita semua harus mendukung pemira damai demi Unsyiah yang lebih baik. Dukung pemira damai! Salam mahasiswa![]
Ilham Fonna
Mahasiswa Biologi FMIPA Unsyiah
Email : [email protected]