Beranda Cerpen Air Mata Kesembuhan

Air Mata Kesembuhan

BERBAGI
Dok. Istimewa

Oleh Elyska Mentari

Setetes rintihan hujan yang turun di malam hari, ketika itu daku sedang terbaring di tempat yang kuanggap pembaringan terakhirku. Kumbang yang hinggap padaku saja tak lagi dapat kurasakan, getaran suara yang tak lagi kudengar, berbagai peristiwa yang terjadi tidak bisa kusaksikan. Tubuh ini terbaring kaku dan lemah, seluruh badan ini terrasa kaku dan tak berdaya, dan telah mematahkan semangat jiwa.

Aku tak akan kembali lagi karena hanya setitik harapanku untuk merasakan indah dan kejamnya kehidupan dunia. Sewaktu ketika datanglah sang ahli dari dunia khayalan dari alam mimpi yang mendeteksi segala penyakit yang bergeluh di dalam tubuh ini, dokter yang cendikiawan itu begitu tampan dan lihai. Dia memeriksa ke laboratorium untuk meneliti virus dan bakteri apa yang merasuk ke dalam tubuhku sehingga begitu lama aku terbaring di tempat yang menyedihkan bagiku terlebih dengan keluargaku.

Iklan Souvenir DETaK

Selang beberaapa hari hasil lab pun keluar, dijelaskanlah virus apa yang bergelut di tubuhku. Ternyata virusnya adalah virus yang sangat lama dipendam yang membekukan hati sehingga pembuluh darah tidak berjalan dengan lancar lagi. Sang dokter begitu fasih menjelaskannya kepada keluargaku mengenai virus yang bergelut di tubuhku, keluargaku bertanya kepada sang dokter,

”Virus apakah namany dok?”

Sang dokter menjawab, “Virus blood heart,

Dengn wajah yang panik semua kerabatk terkulai lemas mendengar ternyata virus yang bergelut di tubuhku itu adalah virus yang sangat berbahaya dan sulit untuk disembuhkan, karena belum ada penawar untuk virus tersebut.

Ketika itu keluargaku hanya bisa berharap yang terbaik dari dokter itu dan menyerahkannya kepada Allah Swt. Sang dokter pun meyakinkan keluargaku bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dokter itu begitu bijak dan tegasnya meyakinkan keluargaku bahwa masih ada harapan untukku merasakan indah dan kejamnya hidup.

Hari demi hari keadaanku tidak mengalami sedikitpun peningkatan bahkan harapan untukku menghirup udara segar tidak mungkin lagi dapat aku rasakan. Rasanya tidak ada sepercik harapan untukku kembali, waktu terus berlalu sang dokter pun mulai putus harapan dan kurang yakin aku akan kembali.

Tiba-tiba datang ibu tercinta ketempatku dan memperhatikan aku yang terbaring lemah dan terkulai tak berdaya, sekalian mengelus kening dan mencium pipiku hingga meneteskan air mata yang tak terbendung lagi. Ibu menghapus air matanya sambil berlarian kecil menuju ruangan sang dokter tampan bagiku, dan harapan keluargaku. Ketika itu ibuku mengajukan pertanyaan kepada dokter.

”Apakah mungkin putriku bisa disembuhkan? Apakah mungkin penawar itu bisa diciptakan dalam waktu yang singka? Jawab dok!”

Sang dokter hanya bisa terdiam dan  menunduk mendengar pertanyaan ibu itu. Saat itu dokter menanamkan sang ibu sejenak ibu itu terdiam sambil meneteskan air mata yang terus mengalir di pipinya yang tak terbendung, sambil berkat,

“Kenapa harus putriku yang merasakan semua ini? andai aku bisa menggantikan posisinya, lebih baik aku yang terbaring disana dari pada aku melihat dia menderita dan berusaha melawan penyakit yang bergelut di tubuhnya,” ucap Ibuku.

Dokter tersebut pun berkata, “Bu, masih ada harapan untuk anak ibu kembali, ibu jangan putus asa! Ibu harus bersabar dan terus berdoa untuk kesembuhan anak ibu,” Ibu menghapus air mata nya dan keluar dari ruangan dokter itu tanpa pamit dan berjalan lesu ke mushalla rumah sakit tersebut, dan bergegas untuk mengambil air wudhu setelah itu ibu sholat dan berdoa hingga meneteskan air mata.

“Ya Allah ya tuhan ku, sembuhkanlah putri semata wayangku hanya dia cahaya kehidupanku, hanya dia warna di hidupku, hanya dialah senyumanku, dan aku bertahan hidup hanya untuk putriku tersayang,”

“Mulutku berkata aku baik, jemariku mengetik aku baik-baik saja, tapi hatiku berkata saya sakit. Sakit harus berpura-pura di hadapan keluargaku, sakit menahan apa yang tidak bisa aku sampaikan, ingin rasanya kugantikan posisi putriku agar aku saja yang melawan penyakit itu. Ya Allah sembuhkanlah ia, kembalikanlah ia padakulagi,jangan ambil dia dariku, karena hanya dia yang bisa menguatkan hati ini, tapi ia juga yang menghancurkan hati ini karena mata ini harus melihat dia terbaring lemah tak berdaya, hanya satu harapanku bisa hidup bersamanya selama sisa hidupku, amiin!”

Seusai sholat ibu berjalan seperti orang kehilang arah yang tak punya gairah hidup dan hatinya goyah, ia terus berjalan yang akhirya dia berhenti di ruangan putri semata wayangnya, sambil memperhatikan, mengelus dan menciumnya hingga ia meneteskan air mata lagi.

Air matanya berderai begitu kencang, ketika ibu menangis tanpa sadar air matanya jatuh ke pipi sang putrinya ketika air mata itu jatuh ke pipi putrinya, muncul sepercik cahaya yang memancar di hadapan sang ibu yang menyilaukannya, ketika itu hidayah da keajaiban datang, sang putri pun mulai membuka matanya dengan perlahan dan menggerakkan jari jemarinya. Dan sang ibu merasakan getaran apa yang ia rasakan, dan saat itu ia melihat ke putrinya yang telah sadar dari tidur panjangnya. Saat itu ibu tidak bisa berkata apa-apa hanya bisa terdiam dan menneteskan air mata sambil mencium dan memeluk erat sang putri. Betapa bahagianya ia karena ternyata doanya begitu cepat di jabah oleh Allah Swt.

Yakin atau tidak yakin, setetes air mata menjadi penawar blood heart yang dicari sekian lama. Ternyata air mata sang ibu lah penawar keajaiban atas kesembuhannya. Pagi pun tiba, ternyata aku berada dalam mimpi dan dunia khayalan yang terlalu tinggi, mimpi yang begitu menyakitkan dan memilukan dengan akhir yang mengesankan hingga kutemukan satu ajaran bahwa di dunia ini tidak ada yang mustahil. Ibu kau memang penolongku.[]

  • Penulis adalah mahasiswi Program Studi Ekonomi Islam, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh