Raihan Nusyur [AM] I DETaK
Darussalam – Berbagai tanggapan diutarakan oleh mahasiswa Unsyiah pasca terjadinya aksi boikot pemira oleh Forum BEM dan DPMF se-Unsyiah pada Rabu 5 Desember kemarin. Ada yang pro dan ada juga yang kontra.
Tia misalnya, mahasiswa fkip ini tidak sepakat dengan aksi pemboikotan pemira yang dilakukan oleh Forum BEM dan DPMF itu. “Sangat disayangkan ya, kalau memang sudah dijadwalkan seperti itu, mengapa harus diboikot? Kalau memang tidak setuju, kenapa harus gitu? Kan ada jalan musyawarah!,” ujar Tia, Kamis (6/12/2012).
Tia juga berharap untuk presiden mahasiswa ke depan bisa menjadi pemimpin yang benar, “yang bisa mewakili aspirasi mahasiswa,” harapnya.
Hal senada juga diutarakan Iqbal, mahasiswa Fakultas Hukum ini juga tidak sepakat dengan pemboikotan tersebut. Ia menganggap tidak seharusnya seorang mahasiswa menunjukkan sikap yang tidak objektif terhadap pemira kemarin. “Mereka anarkis, kotak suara dibakar, tawuran antar fakultas. Walaupun ada istilah mahasiswa itu harus kritis, tapi tidak pada kejadian pemira yang seharusnya diekspos. Kenapa tidak pada saat sidang umum?” Kata Iqbal.
“Untuk capresma (calon presiden mahasiswa), semua orang bisa calon asalkan kalau tidak sanggup siap turun,” tambahnya.
Berbeda dengan Tia dan Iqbal, Munawar, mahasiswa FISIP ini setuju dengan boikot pemira yang dilakukan Forum BEM dan DPMF kemarin. “Ya bagus, dikarenakan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan aturan, dalam artian cacat hukum. Jadi, SU (sidang umum) harus diulang,” ungkapnya.
Kemudian, ia juga menyarankan untuk pemerintah mahasiswa ke depan harus lebih transparan terhadap mahasiswa. “Lebih mengutamakan permasalahan kampus ketimbang hal yang terjadi di luar. Untuk ketua pema, mesti jadi contoh teladan bagi mahasiswa dan juga harus bisa menetralisir setiap konflik yang terjadi di kampus (Unsyiah),” tutupnya.[]