M. Fajarli Iqbal | DETaK
Darussalam – Pementasan Aceh dan Kematian yang digarap Rajes Iklas Rosaguna berhasil memikat perhatian penikmat seni yang mengerumuni pementasan tersebut. Pementasan yang dihelat pada Jumat 5 Juni 2015 di halaman kampus Sendratasik FKIP Unsyiah ini juga sempat menyita perhatian pengguna jalan Inoeng Balee Darussalam yang berhenti sejenak melihat pementasan seni di alam terbuka tersebut.
Rajes mengatakan bahwa alasan ia mengambil tema Aceh dan Kematian sebagai tugas akhirnya itu karena menurutnya masyarakat Aceh sudah banyak sekali merasakan pahitnya dunia namun tetap memiliki nurani.
“Masyarakat Aceh yang mati rasa, mati hati, dan segalanya karena mereka sudah banyak sekali merasakan bencana, baik itu bencana sosial dan bencana alam. Pementasan ini sebagai gambaran masyarakat Aceh yang sudah ‘mati’ dan ingin hidup kembali,” terangnya saat dijumpai detakusk.com sesaat setelah pementasan berakhir.
Ia berharap agar otonomi dan ekonomi di Aceh lebih kuat agar budaya lokal dapat berkiprah di ranah nasional. “Kita kuatkan otonomi dan potensi daerah kita sehingga kita bisa membawa budaya Aceh dalam berbagai karakter seni,” tutur pemuda yang sempat menjabat sebagai ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan periode 2013-2014.
Pementasan teater yang mengangkat permasalahan sosial dalam masyarakat Aceh dan mengenai tradisi Aceh dalam menghadapi suatu situasi ini digarap dengan sangat apik dengan kreasi panggung yang unik. Panggung yang bertempat langsung di atas tanah dengan efek api nyata dan pencahayaan yang sesuai semakin membangun daya magis penampilan ini.
Zahran salah seoarang pemain mengaku senang bisa tampil dalam pementasan yang menggugah hati tersebut. “Keren, feel-nya dapat,” ucap dara yang ditemui seusai pementasan tersebut.
Editor: Riyanti Herlita