|

Bumi dan Keteladanan Manusia

Bumi menua dengan segala konsekuensi serta kompleksitasnya. Isu pencemaran pun menjadi topik yang tak habis dibahas untuk mengupas permasalahan lingkungan di bumi ini. Berbagai kelompok manusia datang mengancam keselamatan lingkungan, seiring dengan kehadiran kelompok-kelompok manusia lain yang peduli lingkungan serta menggugat kelompok manusia pertama yang merusak lingkungan.

Contoh pencemaran lingkungan yang paling kecil namun justru paling sering luput dari perhatian adalah masalah buang sampah sembarangan. Memang hal ini hanya perkara remeh dan sering diabaikan. Tapi fakta di lapangan menunjukkan, hal ini “menyumbang” bencana alam yang kerap melanda Indonesia, seperti banjir, sungai meluap, tanah longsor dan bencana alam lainnya.

Menapaki umur bumi yang semakin menua dengan sensasi bencananya, tentunya butuh refleksi mendalam serta komitmen yang kuat untuk terus menjaganya dari pencemaran lingkungan di masa kini dan masa yang akan datang. Refleksi dan komitmen ini tidaklah muncul secara instan, namun butuh waktu dan proses yang panjang.

Tapi bukan berarti hal ini tak bisa diaplikasikan dalam masyarakat. Saya teringat dengan kisah seorang profesor di lingkungan kampus saya kuliah, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Sehabis mengajar mahasiswa di salah satu ruang kuliah, sang profesor berniat hendak bergegas pulang. Tiba-tiba, langkahnya terhenti setelah melihat salah seorang mahasiswa di depan ruang kelas yang sedang merokok dan kemudian menjentikkan puntung rokoknya begitu saja di pekarangan kampus.

Melihat hal tersebut, dengan bergegas profesor itu beranjak ke pekarangan dan memungut puntung rokok sang mahasiswa dengan tangan kanannya. Lalu, ia menghampiri si mahasiswa dan bertanya, “Maaf, ini puntung rokok Saudara?” sembari menunjukkan puntung rokok yang masih menyala di tangan kanannya.

Sang mahasiswa mulai gemetar ketakutan seraya mengangguk ragu-ragu. Kemudian, sang profesor terus berlalu menuju tong sampah dan membuang puntung rokok tersebut tanpa memedulikan sang mahasiswa yang masih tak tahu harus bersikap seperti apa atas keteledorannya. Semua mata yang ada di kampus itu tertuju pada mahasiswa tersebut. Sementara profesor itu langsung pulang dengan mengendarai sepeda motor bututnya.

Apa yang menjadi hikmah dari cerita di atas adalah keteladanan yang ditunjukkan oleh sang profesor dengan sikap ksatria. Ia tak malu memungut puntung rokok mahasiswanya sendiri, karena ia hanya ingin mengajari sang mahasiswa tentang kepedulian terhadap lingkungan kampus tanpa bermaksud menggurui (show, don’t tell). Namun, justru dengan cara itu membuat sang mahasiswa malu, jera, serta menyadari kekhilafannya dan kecenderungan berbuat hal yang sama di masa yang akan datang menjadi lebih kecil.

Dengan sikap seperti itu, kita tidak harus menyeru orang lain untuk berbuat sebagaimana kehendak kita, walau untuk kebaikan lingkungan sekali pun. Kita hanya perlu menunjukkan bagaimana dan apa yang harus dilakukan orang lain dengan sikap dan perilaku kita sendiri.

Hal ini sejalan dengan konsep belajar sosial (social learning) yang digagas Albert Bandura. Teori belajar sosial ini lebih menekankan kepada tingkah laku manusia yang sebagian besar berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar dari lingkungan cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku itu berkembang dan menetap. Selain itu, sebagian besar hal yang dipelajari manusia dalam kehidupannya adalah melalui proses peniruan (imitation) serta penyajian contoh perilaku (modelling) dari orang lain.

Keteladanan sikap dan perilaku kita dalam menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan menjadi niscaya. Hal ini akan menjelma dalam diri dengan adanya refleksi dan komitmen yang tinggi dari seluruh elemen masyarakat. Semoga momen Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap 5 Juni meningkatkan kesadaran terhadap hal-hal kecil dalam menjaga bumi. Semoga contoh yang ditunjukkan sosok seorang profesor di atas menjadi inspirasi bagi kita semua untuk berbuat lebih baik dan lebih banyak terhadap kelestarian lingkungan demi eksistensi bumi, kini dan nanti. Talk less, do more!

Sammy Khalifa
Mahasiswa Program Studi Psikologi
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
Pemimpin Redaksi LPM DETaK Unsyiah
Okezone.com

VN:F [1.9.4_1102]
Rating: 0.0/10 (0 votes cast)
VN:F [1.9.4_1102]
Rating: +1 (from 1 vote)

Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=2492

Posted by redaksi on Jun 6 2011. Filed under HEADLINE, OPINI / Artikel. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Leave a Reply

Recently Commented

  • jhonny: pedulilah pada lingkungan hidup… Krn itulalah warisan yang abadi utnuk masa depan anak cucu
  • jhonny: OK kali MApala Leuser nich 4 jempol untuk anda
  • lembu: Keadaan mahasiswa sekarang sangat memprihatinkan… kurangnya pengetahuan agama dan kepedulian orang...
  • Agam: Salam Teknik!!
  • Arif: udah bisa dijadiin TGA tuh buat, informatika MIPA, matematika MIPA dan Teknik elektro judulnya “Optimasi...