Jangan Takut Jadi Pendonor
Badan bugar, daya tahan tubuh kuat adalah manfaat lain yang dirasakan Rahmat Aulia dari donor darah. Mahasiswa MIPA fisika angkatan 2005 ini adalah pendonor darah yang aktif. Ia sampai tak ingat lagi sudah berapa kali melakukaan donor. “saya tak tahu pasti, yang tercatat ada 5 kali, selebihnya ngak ingat” jawabnya saat ditanya berapa kali telah melakukan donor.
Rahmat melakukan donor pertama kali pada tahun 2006, saat itu lelaki berbadan subur ini memang sudah berniat melakukan donor darah, tapi ketika itu Ia hanya ingin melakukan donor bagi orang yang membutuhkan bukan untuk stok, dan beruntung saat itu ada orang yang membutuhkan darah ”ketika itu ada bapak – bapak yang membutuhkan darah O, dan kebetulan darah saya juga golongannya O” ujarnya. Semenjak itu Rahmat menjadi rutin melakukan donor darah.
“jadi asyik sendiri” katanya.
Rahmat mengungkapkan bahwa yang memotivasinya untuk melakukan donor adalah karena Ia mengerti betul manfaat donor darah, seperti sirkulasi darah yang lancar, anti bodi menjadi kuat, serta tidak memiliki efek samping. “pokoknya baguslah” simpulnya.
Rahmat adalah satu dari sekian orang yang mau menyumbangkan darahnya, secara medis memang banyak sekali manfaat dari donor darah. Selain membantu banyak jiwa, donor darah secara rutin juga memiliki banyak keuntungan bagi pendonor, yaitu membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung, mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh, mengurangi kekentalan darah sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah, melancarkan sirkulasi darah serta meningkatkan metabolisme dan merevitalisasi tubuh.
DR. Zafrullah Khany Jasa, SpAn, kepala Unit Transfusi Darah (UTD) Kota Banda Aceh. Menambahkan, Menurutnya donor darah juga membuat kerja ginjal menjadi lebih hemat, sebab dengan mendonor secara rutin tubuh akan terpacu untuk meproduksi sel – sel darah baru. Selain itu menurut dokter Zaf, darah itu ada usianya yaitu setiap 10 – 20 hari darah akan di ganti, artinya tanpa melakukan donorpun darah itu tetap tidak terpakai. “maka lebih baik didonorkan” ungkapnya.
Meskipun ada segudang manfaat dari donor darah, namun masyarakat masih enggan melakukan perbuatan mulia ini, menyikapi hal ini dokter Zaf menilai karena masyarakat masih takut, padahal donor darah itu aman, sebab calon pendonor diperiksa terlebih dahulu.
“kita tidak serta – merta ambil darah, harus diperiksa dahulu, jadi jangan khawatir” jelasnya. Darah yang diambilpun hanya 1,5 – 2,5 % dan itu tidak berpengaruh apa – apa terhadap tubuh.
Saat ini tingkat partisipasi masyarakat yang paling tinggi terhadap donor darah adalah kalangan TNI/Polri, bahkan untuk kalangan Mahasiswa sendiri masih kurang. Nazarullah, ketua umum PMI cabang Unsyiah sendiri mengatakan, bahwa dalam setiap kegiatan donor yang dilakukan PMI tingkat partisipasi Mahasiswa masih kurang, penyebabnya sama seperti yang di ungkapkan dokter Zaf tadi.
“mahasiswa masih takut” jelasnya.
Untuk itulah PMI terus berupaya melakukan sosialisasi serta penyuluhan untuk menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya donor darah. Biasanya PMI memberikan penghargaan khusus bagi setiap pendonor, seperti pemberian pin dan kartu pendonor, bahkan menurutnya orang yang telah melakukan donor darah lebih dari seratus kali akan mendapatkan pin emas dari Presiden.
Dokter Zaf juga mengungkapkan bahwa saat ini tingkat kebutuhan darah dengan stok yang ada sangat memprihatinkan, menurutnya paling tidak harus ada 600 kantung darah per bulannya. Untuk itu dokter Zaf menghimbau agar masyarakat mau menjadi pendonor. Apalagi menjelang ramadhan nanti, stok darah harus benar – benar aman Pasalnya, saat ramadhan orang tidak mau melakukan donor, sebab paginya mereka berpuasa dan malamnya terawih. Meskipun permintaan darah relatif berkurang di bulan ramdhan, namun stok harus tetap dalam kondisi aman. “paling tidak 400 kantong harus ada, meskipun itu masih belum aman” ujar dokter Zaf.
Stok darah yang ada di UTD saat ini 30 – 40 % dari donor pengganti atau keluarga, sedangkan 60 – 40 % nya dari donor suka relawan. Menyikapi minimnya stok darah Dokter Zaf mengatakan ada dua hal yang dilakukan UTD. Pertama, menghubungi VIA telepon pendonor aktif dan kedua, mau tidak mau keluarga harus mau mengganti darah yang diambil.
Namun, inilah yang kerap menjadi masalah, masyarakat biasanya tidak memahami hal ini. Setelah mengambil darah di UTD masyarakat tidak kembali lagi untuk mengganti darahnya. Padahal darah yang harus diganti itu tidak mesti dari golongan yang sama.
”tidak harus golongan yang sama, yang penting lemari kita jangan kosong” kata dokter Zaf.
Menyangkut sejumlah uang yang dikeluarkan bagi masyarakat yang membutuhkan darah, dokter Zaf menjelaskan bahwa uang itu adalah untuk Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD), Uang yang dikeluarkan senilai Rp.120 ribu itu bukanlah uang dalam artian menjual darah, melainkan uang tersebut digunakan untuk biaya pemeriksaan darah, agar darah benar – benar aman dari penyakit menular. Sebab bila darah tidak diperiksa terlebih dahulu itu bisa menyalahi aturan. Masyarakat tentu tidak ingin bila darah yang didonorkan itu ternyata mengandung bibit penyakit. Bahkan menurutnya, jumlah uang tersebut masih terlalu sedikit hanya cukup memeriksa 5 penyakit, di Indonesia sendiri dengan jumlah itu aceh yang paling murah.
“silakan cek, di daerah lain, tidak ada yang lebih murah dari ini” ungkapnya.
Maka dari itu, dokter Zaf mengharapkan agar masyarakat mengetahui hal ini, sehingga tidak terjadi salah tafsir, Ia juga menghimbau masyarakat untuk tidak perlu takut melakukan donor.
DETaK | Ibnu Syahri Ramadhan
Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=438