Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Laporan Evaluasi Tri Wulan (ETW) PEMA menjadi tanda besar berbagai kalangan mahasiswa. Tidak terkecuali para pengurus lembaga di di Unsyiah. Sayangnya, walau banyak terdapat kekeliruan, namun PEMA menganggap ETW tersebut sudah baik dan tidak ada masalah.
Pihak PEMA tentu dapat berkata demikian. Namun, dari dua buah buku laporan ETW yang DETaK peroleh, justru masih sangat jauh dari apa yang dikatakan PEMA. Basih banyak laporan keuangan yang tidak transparan dan bahkan tidak sedikit program yang hanya menghabiskan dana tanpa tapi tanpa ada laporan keuangan.
Namun begitu, Presiden Mahasiswa (Presma), Mujiburrahman, tetap mengaku ETW yang dikeluarkan PEMA tidak bermasalah. Kepengurusan PEMA saat ini sudah sangat baik dan transparan.
Dibawah ini, DETaK mencoba memaparkan beberapa hasil laporan ETW PEMA. Yaitu, terkait pengeluaran dana untuk aksi (demo,dll), pengeluaran pulsa hingga pengeluaran dana yang tidak masuk akal (irrasional ).
Untuk dana kegiatan Aksi. Semenjak mulai bekerja dari bulan Juni hingga September 2009, PEMA telah melakukan aksi sebanyak lima kali yang telah menghabiskan anggaran sebanyak Rp. 7.710.000 (lihat table I).
Banyaknya anggaran yang di keluarkan PEMA untuk kegiatan aksi itu, mendapat kritikan dari beberapa ketua BEM di Unsyiah.
Para ketua BEM mempertanyakan aksi yang dilakukan PEMA yang telah mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Mereka menganggap, PEMA terlalu boros dalam menggunakan anggaran. Ari siregar misalnya. Ketua BEM Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) ini menganggap aksi yang dilakukan PEMA tidak rasional. “Bagaimana mungkin aksi yang hanya diikuti sekitar 50 orang, menghabiskan dana hingga dua jutaan? Apa peserta aksi di bayar?,” tanya Ari, penasaran.
Selain itu, Ari mengatakan, sebaiknya PEMA jangan sesuka hati dalam penggunan anggaran. Karena, dana PEMA dan semua lembaga mahasiswa lainnya sebagian besar berasal dari uang mahasiswa Unsyiah. Jadi, dalam pengeluaran dana, PEMA jangan seenaknya mengeluarkan dana.
Pendapat yang sama dilontarkan ketua BEM FKIP, Safruddin. Menurutnya, aksi PEMA terkesan menghambur-hamburkan uang mahasiswa. Alasan Safruddin, selama ini, berdasarkan pengalaman pihaknya melakukan aksi tidak pernah sampai menghabiskan dana sebagaimana yang di lakukan PEMA. “Untuk pengeluaran aksi biasanya kami hanya menghabiskan dua ratus ribu. Jika pun ada dana untuk minum atau makan, itu berasal dari dana saweran,” ungkap Safruddin.
Bukan hanya banyaknya dana “aneh” yang dikeluarkan PEMA untuk suatu aksi. Disinyalir, aksi yang PEMA lakukan justru mempunyai motif lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aksi gabungan yang melibatkan lembaga eksternal kampus. seperti aksi gabungan yang dilakukan PEMA dengan lembaga lain.misalnya dengan UKM FOSMA dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang menggunakan anggaran PEMA. Seperti aksi konvoi ramadhan dengan UKM FOSMA dan aksi Qanun Jinayat yang dilakukan dengan KAMMI.
Khairudin, ketua BEM Fakultas Pertanian, mempertanyakan mengapa aksi gabungan yang di lakukan dengan KAMMI menggunakan anggaran PEMA. “Apakah KAMMI adalah PEMA atau sebaliknya. Hal ini harus jelas. Jangan aksi yang KAMMI lakukan akan tetapi PEMA yang mengeluarkan dana,” sebut Khairudin.
Menariknya, selain masalah aksi, PEMA juga menghabiskan dana lumayan besar untuk penggunaan pulsa handhone selular (hp). Pengeluaran pulsa ini adalah untuk operasional sehari-hari. Yaitu penggunaan pulsa yang bukan untuk kegiatan yang di gunakan oleh para pengurus PEMA. Mulai dari presiden mahasiswa, wapres, sekjend dan semua mentri.
Sebagai gambaran, dana pengeluaran pulsa operasional PEMA sebesar Rp. 1.806.000,00- sedangkan dana pengeluaran pulsa untuk operasional sebersa Rp. 908.000,00-. Jika dijumlahkan secara total, maka keselurannya adalah Rp. 2.714.000,00-.
Sayangnya, masih banyak program atau kegiatan PEMA yang telah dilaksanakan namun tidak ada laporan keuangan. Bisa jadi, angka ini akan bertambah besar bila beberapa program terealisasi tersebut ada laporan keuangan.
Bisa dibayangkan, jika dalam tiga bulan kepemimpinan Mujib menghabiskan dana untuk pulsa sebesar ini, untuk setahun berapa besar dana yang harus dikeluarkan PEMA hanya untuk pulsa. “Apalagi, dana pulsa ini hanya untuk operasional belum termasuk kegiatan. Jika seluruhnya digabungkan dengan kegiatan, dananya tentu akan lebih membengkak,” kata Ari.
Tingginya pengeluaran pulsa juga menuai protes dari mahasiswa maupun dari para ketua BEM. Hendra misalnya, mahasiswa Fakultas Hukum ini sangat kecewa terhadap PEMA saat mengetahui penggunaan pulsa mereka mencapai dua juta lebih. Menurutnya, penggunaan pulsa PEMA sudah tidak wajar, apalagi, jika melihat kenerja PEMA yang belum menyentuh mahasiswa. ”Apakah kerja PEMA hanya untuk menghabiskan uang mahasiswa,” kata Hendra, ketus.
Tabel diatas merupakan kegiatan PEMA dengan menggunakan anggaran yang tidak masuk akal (irrasional). Ada yang menarik dari table tersebut, pihak PEMA ternyata mengeluarkan uang untuk pertandingan bolakaki dengan Bank BPD Aceh. Dana tersebut, sebagaimana terdapat dalam ETW, seluruhnya digunakan untuk minum dan makan-makan pemain bola.
Belum lagi dana yang dikeluarkan untuk membayar listrik hingga pemasangan internet. Menariknya, pihak PEMA sebagaimana dikatakan Mujiburrahman, justru tidak mengetahui perihal pemasangan internet.
Tabel diatas merupakan kegitan yang telah dilaksanakan oleh PEMA, sayangnya, kegiatan tersebut tidak satupun memiliki pertanggungjawaban keuangan. Berapa dana yang masuk dan berapa dana yang keluar. Parahnya lagi, pihak DPMU pun tidak melihat permasalahn ini.
Dari delapan departemen yang ada dalam struktur PEMA, hampir semuanya bermasalah kecuali Depatermen Kespem dan Sosmas. Masalahnya adalah, program kerja (kegiatan) yang terealisasi oleh departemen. namun tak ada laporan keuangannya.
Berbagai kritikan yang dilontarkan kepada PEMA, tetap ditanggapi secara santai. Kepada DETaK, Mujiburrahman member alasan, bahwa pengeluaran yang dilakukan PEMA bukanlah sebuah pemborosan, karena sudah sesuai dengan kebutuhan. ***
Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Berbagai Masalah Pada ETW PEMA
Laporan Evaluasi Tri Wulan (ETW) PEMA menjadi tanda besar berbagai kalangan mahasiswa. Tidak terkecuali para pengurus lembaga di di Unsyiah. Sayangnya, walau banyak terdapat kekeliruan, namun PEMA menganggap ETW tersebut sudah baik dan tidak ada masalah.
Pihak PEMA tentu dapat berkata demikian. Namun, dari dua buah buku laporan ETW yang DETaK peroleh, justru masih sangat jauh dari apa yang dikatakan PEMA. Basih banyak laporan keuangan yang tidak transparan dan bahkan tidak sedikit program yang hanya menghabiskan dana tanpa tapi tanpa ada laporan keuangan.
Namun begitu, Presiden Mahasiswa (Presma), Mujiburrahman, tetap mengaku ETW yang dikeluarkan PEMA tidak bermasalah. Kepengurusan PEMA saat ini sudah sangat baik dan transparan.
Dibawah ini, DETaK mencoba memaparkan beberapa hasil laporan ETW PEMA. Yaitu, terkait pengeluaran dana untuk aksi (demo,dll), pengeluaran pulsa hingga pengeluaran dana yang tidak masuk akal (irrasional ).
Untuk dana kegiatan Aksi. Semenjak mulai bekerja dari bulan Juni hingga September 2009, PEMA telah melakukan aksi sebanyak lima kali yang telah menghabiskan anggaran sebanyak Rp. 7.710.000 (lihat table I).
Banyaknya anggaran yang di keluarkan PEMA untuk kegiatan aksi itu, mendapat kritikan dari beberapa ketua BEM di Unsyiah.
Para ketua BEM mempertanyakan aksi yang dilakukan PEMA yang telah mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Mereka menganggap, PEMA terlalu boros dalam menggunakan anggaran. Ari siregar misalnya. Ketua BEM Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) ini menganggap aksi yang dilakukan PEMA tidak rasional. “Bagaimana mungkin aksi yang hanya diikuti sekitar 50 orang, menghabiskan dana hingga dua jutaan? Apa peserta aksi di bayar?,” tanya Ari, penasaran.
Selain itu, Ari mengatakan, sebaiknya PEMA jangan sesuka hati dalam penggunan anggaran. Karena, dana PEMA dan semua lembaga mahasiswa lainnya sebagian besar berasal dari uang mahasiswa Unsyiah. Jadi, dalam pengeluaran dana, PEMA jangan seenaknya mengeluarkan dana.
Pendapat yang sama dilontarkan ketua BEM FKIP, Safruddin. Menurutnya, aksi PEMA terkesan menghambur-hamburkan uang mahasiswa. Alasan Safruddin, selama ini, berdasarkan pengalaman pihaknya melakukan aksi tidak pernah sampai menghabiskan dana sebagaimana yang di lakukan PEMA. “Untuk pengeluaran aksi biasanya kami hanya menghabiskan dua ratus ribu. Jika pun ada dana untuk minum atau makan, itu berasal dari dana saweran,” ungkap Safruddin.
Bukan hanya banyaknya dana “aneh” yang dikeluarkan PEMA untuk suatu aksi. Disinyalir, aksi yang PEMA lakukan justru mempunyai motif lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aksi gabungan yang melibatkan lembaga eksternal kampus. seperti aksi gabungan yang dilakukan PEMA dengan lembaga lain.misalnya dengan UKM FOSMA dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang menggunakan anggaran PEMA. Seperti aksi konvoi ramadhan dengan UKM FOSMA dan aksi Qanun Jinayat yang dilakukan dengan KAMMI.
Khairudin, ketua BEM Fakultas Pertanian, mempertanyakan mengapa aksi gabungan yang di lakukan dengan KAMMI menggunakan anggaran PEMA. “Apakah KAMMI adalah PEMA atau sebaliknya. Hal ini harus jelas. Jangan aksi yang KAMMI lakukan akan tetapi PEMA yang mengeluarkan dana,” sebut Khairudin.
Menariknya, selain masalah aksi, PEMA juga menghabiskan dana lumayan besar untuk penggunaan pulsa handhone selular (hp). Pengeluaran pulsa ini adalah untuk operasional sehari-hari. Yaitu penggunaan pulsa yang bukan untuk kegiatan yang di gunakan oleh para pengurus PEMA. Mulai dari presiden mahasiswa, wapres, sekjend dan semua mentri.
Sebagai gambaran, dana pengeluaran pulsa operasional PEMA sebesar Rp. 1.806.000,00- sedangkan dana pengeluaran pulsa untuk operasional sebersa Rp. 908.000,00-. Jika dijumlahkan secara total, maka keselurannya adalah Rp. 2.714.000,00-.
Sayangnya, masih banyak program atau kegiatan PEMA yang telah dilaksanakan namun tidak ada laporan keuangan. Bisa jadi, angka ini akan bertambah besar bila beberapa program terealisasi tersebut ada laporan keuangan.
Bisa dibayangkan, jika dalam tiga bulan kepemimpinan Mujib menghabiskan dana untuk pulsa sebesar ini, untuk setahun berapa besar dana yang harus dikeluarkan PEMA hanya untuk pulsa. “Apalagi, dana pulsa ini hanya untuk operasional belum termasuk kegiatan. Jika seluruhnya digabungkan dengan kegiatan, dananya tentu akan lebih membengkak,” kata Ari.
Tingginya pengeluaran pulsa juga menuai protes dari mahasiswa maupun dari para ketua BEM. Hendra misalnya, mahasiswa Fakultas Hukum ini sangat kecewa terhadap PEMA saat mengetahui penggunaan pulsa mereka mencapai dua juta lebih. Menurutnya, penggunaan pulsa PEMA sudah tidak wajar, apalagi, jika melihat kenerja PEMA yang belum menyentuh mahasiswa. ”Apakah kerja PEMA hanya untuk menghabiskan uang mahasiswa,” kata Hendra, ketus.
Tabel diatas merupakan kegiatan PEMA dengan menggunakan anggaran yang tidak masuk akal (irrasional). Ada yang menarik dari table tersebut, pihak PEMA ternyata mengeluarkan uang untuk pertandingan bolakaki dengan Bank BPD Aceh. Dana tersebut, sebagaimana terdapat dalam ETW, seluruhnya digunakan untuk minum dan makan-makan pemain bola.
Belum lagi dana yang dikeluarkan untuk membayar listrik hingga pemasangan internet. Menariknya, pihak PEMA sebagaimana dikatakan Mujiburrahman, justru tidak mengetahui perihal pemasangan internet.
Tabel diatas merupakan kegitan yang telah dilaksanakan oleh PEMA, sayangnya, kegiatan tersebut tidak satupun memiliki pertanggungjawaban keuangan. Berapa dana yang masuk dan berapa dana yang keluar. Parahnya lagi, pihak DPMU pun tidak melihat permasalahn ini.
Dari delapan departemen yang ada dalam struktur PEMA, hampir semuanya bermasalah kecuali Depatermen Kespem dan Sosmas. Masalahnya adalah, program kerja (kegiatan) yang terealisasi oleh departemen. namun tak ada laporan keuangannya.
Berbagai kritikan yang dilontarkan kepada PEMA, tetap ditanggapi secara santai. Kepada DETaK, Mujiburrahman member alasan, bahwa pengeluaran yang dilakukan PEMA bukanlah sebuah pemborosan, karena sudah sesuai dengan kebutuhan. ***
DETaK | Alhadi Habibi
Related posts
» Aktivasi KTM, Mahasiswa Setor 100 Ribu
» BNI jadwalkan pembagian KTM 2013
» Gandeng University of Vienna, Unsyiah Adakan Seminar Internasional
» Pelantikan Himmat FKIP Unsyiah Periode 2014/2015
» Mendikbud Lantik Rektor Unsyiah Periode 2014-2018
» Kemensos BEM Adakan Aksi Peduli Lingkungan