Oleh Ahmad M. Akung
Kapada pewaris peradaban, yang telah menggoreskan sebuah catatan kebanggaan di lembar sejarah manusia
Dik,
Boleh aku berkisah kepadamu?
Tentu bukan kisah 1908 tentang Soetomo yang telah lampau
Bukan pula kisah lama 1928 tentang sumpah pemuda yang mulai kita lupakan itu
Atau kisah patriotik 1945 tentang proklamasi dan perang kemerdekaan yang kini terasa usang…
Ijinkan saya hanya bertutur kisah tahun 1966 tentang Tritura dan Ampera….Belum terlalu jadul bukan???
Mengertikah engkau makna ceceran darah di jaket kuning Arief Rahman Hakim…
Ijinkan pula saya bercerita tentang kemaren sore. Ya, 1998 itu seakan baru kemarin sore.
Tidakkah kalian tahu, betapa banyak senior kalian yang bertumbangan di Semanggi
Berikhtiar membela rakyat, menegakkan reformasi?
Dik
Bolehkah aku beritahu,
Negeri tidak dicita untuk lucu-lucuan
sebagaimana stand up comedy yang kalian gandrungi
Indonesia tidak semestinya dikelola dengan cengengesan
Karena ia diperjuangkan dengan sepenuh hati
dengan darah, air mata, jiwa dan raga para pahlawan kita
Mahasiswa, kalian di mana?
Ketika subsidi BBM dibegal entah ke mana
Mungkin dialihkan ke BUMN yang tengah dahaga
Atau ke gedung DPR untuk jatah parpol berpesta
Tinggallah minyak yang kapan saja bisa naik harga
Rupiah tumbang kehilangan keperkasaannya
lalu kalian masih bicara semua baik-baik saja…
Mahasiswa, kalian di mana?
Ketika banyak orang diperdaya pencitraan
Ketika hukum dinista dengan benderang
Ditafsirkan sekenanya untuk beroleh kekuasaan
Bukan berpihak pada kebenaran
Para penegaknya disandera dan diadu laiknya domba
Lihatlah betapa KPK disandera, diperdaya dan dilumpuhkan
Mahasiswa, kalian di mana???
Ketika harga-harga melambung tak terkira
Dari beras hingga tarif kereta
Dari listrik hingga pajak yang mencekik
Dari materai hingga cabai, pun pula petai
Semua seolah berlomba untuk berganti harga…
Dik…
Bagaimana kalian tetap gembira menimba ilmutatkala rakyat kalian menimba lara???
Bagiamana kalian bisa tanpa gundah kuliah, sedang rakyatmu tengah berkalang resah??
Bagiamana kalian bisa tanpa resah kuliah, sedang rakyatmu tengah berkubang gundah???
Sungguh kami tak mengerti, karena kami tak pernah ajarkan itu kepadamu….
Dik…
Tidakkah engkau tahu….
bahwa negara mensubsidi ongkos kuliahmu?
Tidak bolehkah aku beritahu ….
bahwa rakyatmulah yang mensubsidi sekolahmu
lewat pajak yang sebagian lalu dikorupsi berjamaah itu
Ya, pajak yang dibayarkan dengan terengah-enggah, dalam sengal nafas kaum papa..
Dalam duka kaum miskin yang kian terhimpit harga-harga yang melangit….
Dalam rintih yang melirih, karena meraka tidak tahu kemana mesti mengadu(h)
Dik…
Apakah jalan terjal kuliah itu membuat idealisme kalian lantas punah???
Apakah teori-teori itu lantas membuat hati kalian menjadi mati???
Apakah peliknya skripsi membuat kalian kelu hati???
Apakah deretan angka-angka itu membuat akal sehat kalian binasa???
Apakah kurikulum yang mesti kalian tempuh membuat jiwa kalian menjadi lumpuh??
Apakah diktat-diktat yang tebal itu membuat otak kalian justru menjadi bebal???
Apakah sibuk mengejar nilai itu membuat kalian lantas kehilangan sistem nilai dan jati diri???
Apakah tugas-tugas yang besok mesti terkumpul itu membuat otak kalian menjadi tumpul???
Dik…
Lalu, kalian bertumbuh menjadi generasi rapuh
Belajar berdiskusi perihal rakyat di kafe-kafe mewah
Belajar problem solving di tengah hingar bingar musik diskotik yang hedonis
Belajar soal kebangsaan di mal-mal kota yang kapitalis
Belajar perihal cinta bangsa dari drama-drama korea yang sok romantis
Belajar nasionalisme sekedar dari menyusuri luasnya lapangan futsal
Dik,
Indonesia kembali memanggilmu
Rakyat kembali merindumu
Nusantara mendamba hadirmu
Pertiwi mengundang baktimu
Dik,
Kalian tidak lagi berperang angkat senjata
Kalian tidak berperang melawan Belanda
Tapi, sempatkan sedikit waktu untuk belajar berperang
belajarlah tentang perang asimetrik
Ketahuilah bahwa negeri ini diincar dari segala penjuru
bukan sekedar belajar perang-perangan ala Clash of Clans itu
Dik
Sempatkan diri untuk lebih serius berlajar
Belajarlah berempati pada rakyatmu yang tengah sekarat
Bukan sekedar bermain PS empat
Belajarlah cerdas berorasi
Bukan sekedar hingar-bingar musik pensi
Belajarlah tajam menganalisis
Bukan sekedar berfoto narsis
Belajarlah tampil menginspirasi
Bukan bangga dikerjai jadi penonton acara live di studio TV
Dik,
Bagaimana kalian akan bertumbuh menjadi pribadi kebanggan bangsa
jika kepada dosenmu kalian telah tanggalkan etika dan tatakrama
Bagaimana kalian akan bertumbuh menjadi mahasiswa juara,
jika bangunmu masih saja kesiangan karena begadang nonton bola…
Bagaimana kalian akan menjadi hebat jika kalian telah tanggal semangat
Bagaimana akan menjadi benteng kokoh rakyat jika hatimu masih saja rapuh
Bagaimana pula menjadi pembela jika hatimu masih saja lara tersebab asmara
Bagaimana kalian akan menjadi mahasiswa dengan prestasi kemilau jika hatimu masih saja galau
Dik….pintaku
Kenakan kembali jas almamater kebanggaanmu
Apapun warnanya, bersatu padulah
membisikbangun kekuatan moral intelektual
Buang jauh-jauh tongsismu
Kantongkan sejenak gadgetmu
Bubarkan klan CoC mu
Tanggalkan PS mu
Campakkan PB mu
Tinggalkan medsosmu
Shutdown-kan games online mu
Sesaat saja….kali ini saja….
Senyampang masih ada waktu,
Kenakan jas almamatermu
dengan bangga dan sukacita, apapun warnanya
Dik,
Jaga amanah Tuhan bernama status muliamu sebagai mahasiswa
Karena ia tidak Tuhan sematkan pada semua manusia
Ingatlah bahwa agen of change bukan sekedar mantra-mantra berbusa
Social kontrol bukan sekedar soal omong kosong yang tolol belaka
Iron stock bukan sekedar cerita gagah-gagahan yang dusta
Cerdas cendekia bukan bukan di otak semata, tetapi di laku yang mulia
Dik,
Cerdaslah, pandailah, kritislah, bijaklah dan beranilah!!!
Toyor pemerintahmu jika kalap menaikkan pajak dan upeti
Tegur pemerintahmu jika mereka merampok dan membegal kekayaan negeri ini
Tampar pemerintahmu jika mengobral kekayaan negara kepada kapitalis asing….
Bela rakyatmu, bela negaramu, bela bangsamu, dan bela tanah airmu…..
Kritisi pemerintahmu jika berlaku tidak amanah, culas dan menipu saudaramu
Berdirilah gagah di barisan terdepan menjaga Indonesia, Anak Muda
Hadapi dengan watak ksatria para penjajah dan para pengkhianat bangsa
Karena, pada pundak kalian lah, kelak negeri ini akan dititpsejahterakan
Di jiwa dan raga kalian, Republik ini akan dipertaruhkan
Mana darah juangmu, intelektual muda?!?!
Mestinya kalian di sini, Mahasiswa
Membersamai saudaramu, rakyat Indonesia..
Penulis adalah Ahmad M. Akung, Dosen di Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang.
Editor: Riska Iwantoni
Comments
comments