|

Pengalaman Pertamaku

Case Study

Pagi itu, saya mempraktekkan sebuah pekerjaan yang sudah menjadi tuntutan profesi yang mungkin tak disukai orang banyak. Menjadi seorang guru membutuhkan kesabaran serta ketekunan yang penuh. Senin 19 April 2010 adalah hari pertama bagi saya melakoni sebagai seorang guru. Ya layaknya seorang guru yang memberikan materi pembelajaran untuk anak didiknya.

Sesampai di ruang kelas, saya mengamati semua siswa yang masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Saya mencoba mengajak siswa untuk meninggalkan canda dan gurau mereka. “selamat pagi anak-anak” itulah kata-kata pertama yang saya keluarkan untuk menyapa siswa.
Setelah saya menyapa mereka, situasi kelas sudah mulai terarah. Saya lansung membangun interaksi dengan siswa. Pertama sekali yang saya lakukan adalah mengajak siswa untuk masuk ke dalam materi pembelajaran. Saya member stimuluskepada siiswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada identivikasi materi yang akan saya ajarkan. Siswa pun akhirnya tahu bahwa saya akan mengajarkan materi mendengarkan syair.

Saat saya akan memasuki ke inti pembelajaran, saya mengintruksikan siswa untuk mengubah pola kelas menjadi later U yang sebelumnya mereka duduk dalam berisan kursi seperti biasanya; dua baris dan dua kolom. Setelah siswa menempati kursinya masing-masing saya membagikan syair kepada siswa yang sudah saya siapkan dari rumah.

Sebenarnya saya ingin membacakan sendiri syair yang kemudian siswa menyimaknya. Tetapi saya tak akan melakukan perbuatan bodoh itu karena saya tahu suara saya sangat tidak nyaman untuk didengarkan. Akhirnya saya pun memanfaatkan fasilitas teknologi yang ada. Saya menghidupkan MP3 yang dipadu speaker, tentu saja sudah saya persiapkan sebelumnya. Syair “Perahu” yang dinyanyikan Rafli mulai menggumam di kelas. Saya melihat siswa sangat senang dan sangat menikmati syair yang diperdengarkan.

Setelah siswa mendengarkan syair, saya meminta siswa untuk menemukan tema dan amanat yang terdapat dalam syair yang telah saya perdengarkan. Saya mengalokasikan waktu untuk siswa lima menit untuk menemukan tema dan amanat, tentu itu harus saya lakukan agar tak benyak terbuang waktu. Selang beberapa saat saya pun meminta beberapa orang siswa untuk mengungkapkan tema dan amanat yang terdapat dalam syair tersebut. Saya sangat senang karena hampir semua siswa berperan aktif untuk memberikan komentar mereka masing-masing.

Apa yang ditarakan siswa tak saya lewatkan begitu saja tetapi saya menulisnya di papan tulis. Setelah semua siswa menyampaikan komentarnya, saya pun memberikan apresiasi kepada semua siswa atas apa yang telah dilakukan. Tentu saya melakukannya agar siswa merasa dihargai atas gagasan mereka. Siswa nampak sangat happy tetapi saya tak bisa memastikan apakah mereka memang menyenangkan pembelajaran yang saya lakoni atau ada hal lain yang membuat mereka riang.

Setelah saya memastikan bahwa siswa sudah intensif mengikuti pembelajaran, saya pun memancing siswa untuk masuk ke dalam penjelasan terkait konsep syair. Sambil menuliskan di papan tulis saya tetap membangun interaksi dengan siswa. Namun, sesuatu yang tak saya inginkan akhirnya terjadi juga, hari itu saya tak sempat menjelaskan secara detail tentang konsep syair. Hal ini Karena kelalaian saya tak mempersiapkan konsep materi yang begitu mantang. Bahkan saya sempat melewatkan beberepa pertanyaan yang diutarakan siswa, tentu itu sebenarnya tak boleh terjadi. Akan tetapi itu harus saya lakukan agar tak meninggalkan kesan tak sedap dengan siswa bila saya memaksakan diri untuk menjelaskan suatu konsep yang tak saya kuasai dengan matang.
Selanjutnya saya memasuki kegiatan akhir. Saya mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru saja usai. Saya agak sedikit lega karena siswa dapat menyimpulkan pembelajaran hari itu dengan sangat baik. Meski hampir semua benar simpulan siswa, saya tetap memberikan mengutan pada beberapa aspek yang masih belum begitu sempurna dikuasai siswa.

Agar saya dapat tahu sejauh mana siswa dapat memahami materi pembelajaran, saya memberiakan beberapa instrumen dalam bentuk butir soal. Tanpa membuang-buang waktu saya pun harus segera mengakhiri pembejaran hari itu.

Case Study

oleh Wirduna
Pagi itu, saya mempraktekkan sebuah pekerjaan yang sudah menjadi tuntutan profesi yang mungkin tak disukai orang banyak. Menjadi seorang guru membutuhkan kesabaran serta ketekunan yang penuh. Senin 19 April 2010 adalah hari pertama bagi saya melakoni sebagai seorang guru. Ya layaknya seorang guru yang memberikan materi pembelajaran untuk anak didiknya.
Sesampai di ruang kelas, saya mengamati semua siswa yang masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Saya mencoba mengajak siswa untuk meninggalkan canda dan gurau mereka. “selamat pagi anak-anak” itulah kata-kata pertama yang saya keluarkan untuk menyapa siswa.
Setelah saya menyapa mereka, situasi kelas sudah mulai terarah. Saya lansung membangun interaksi dengan siswa. Pertama sekali yang saya lakukan adalah mengajak siswa untuk masuk ke dalam materi pembelajaran. Saya member stimuluskepada siiswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada identivikasi materi yang akan saya ajarkan. Siswa pun akhirnya tahu bahwa saya akan mengajarkan materi mendengarkan syair.

Saat saya akan memasuki ke inti pembelajaran, saya mengintruksikan siswa untuk mengubah pola kelas menjadi later U yang sebelumnya mereka duduk dalam berisan kursi seperti biasanya; dua baris dan dua kolom. Setelah siswa menempati kursinya masing-masing saya membagikan syair kepada siswa yang sudah saya siapkan dari rumah.

Sebenarnya saya ingin membacakan sendiri syair yang kemudian siswa menyimaknya. Tetapi saya tak akan melakukan perbuatan bodoh itu karena saya tahu suara saya sangat tidak nyaman untuk didengarkan. Akhirnya saya pun memanfaatkan fasilitas teknologi yang ada. Saya menghidupkan MP3 yang dipadu speaker, tentu saja sudah saya persiapkan sebelumnya. Syair “Perahu” yang dinyanyikan Rafli mulai menggumam di kelas. Saya melihat siswa sangat senang dan sangat menikmati syair yang diperdengarkan.

Setelah siswa mendengarkan syair, saya meminta siswa untuk menemukan tema dan amanat yang terdapat dalam syair yang telah saya perdengarkan. Saya mengalokasikan waktu untuk siswa lima menit untuk menemukan tema dan amanat, tentu itu harus saya lakukan agar tak benyak terbuang waktu. Selang beberapa saat saya pun meminta beberapa orang siswa untuk mengungkapkan tema dan amanat yang terdapat dalam syair tersebut. Saya sangat senang karena hampir semua siswa berperan aktif untuk memberikan komentar mereka masing-masing.

Apa yang ditarakan siswa tak saya lewatkan begitu saja tetapi saya menulisnya di papan tulis. Setelah semua siswa menyampaikan komentarnya, saya pun memberikan apresiasi kepada semua siswa atas apa yang telah dilakukan. Tentu saya melakukannya agar siswa merasa dihargai atas gagasan mereka. Siswa nampak sangat happy tetapi saya tak bisa memastikan apakah mereka memang menyenangkan pembelajaran yang saya lakoni atau ada hal lain yang membuat mereka riang.

Setelah saya memastikan bahwa siswa sudah intensif mengikuti pembelajaran, saya pun memancing siswa untuk masuk ke dalam penjelasan terkait konsep syair. Sambil menuliskan di papan tulis saya tetap membangun interaksi dengan siswa. Namun, sesuatu yang tak saya inginkan akhirnya terjadi juga, hari itu saya tak sempat menjelaskan secara detail tentang konsep syair. Hal ini Karena kelalaian saya tak mempersiapkan konsep materi yang begitu mantang. Bahkan saya sempat melewatkan beberepa pertanyaan yang diutarakan siswa, tentu itu sebenarnya tak boleh terjadi. Akan tetapi itu harus saya lakukan agar tak meninggalkan kesan tak sedap dengan siswa bila saya memaksakan diri untuk menjelaskan suatu konsep yang tak saya kuasai dengan matang.
Selanjutnya saya memasuki kegiatan akhir. Saya mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru saja usai. Saya agak sedikit lega karena siswa dapat menyimpulkan pembelajaran hari itu dengan sangat baik. Meski hampir semua benar simpulan siswa, saya tetap memberikan mengutan pada beberapa aspek yang masih belum begitu sempurna dikuasai siswa.

Agar saya dapat tahu sejauh mana siswa dapat memahami materi pembelajaran, saya memberiakan beberapa instrumen dalam bentuk butir soal. Tanpa membuang-buang waktu saya pun harus segera mengakhiri pembejaran hari itu.

VN:F [1.9.4_1102]
Rating: 1.0/10 (1 vote cast)
VN:F [1.9.4_1102]
Rating: 0 (from 0 votes)
Pengalaman Pertamaku, 1.0 out of 10 based on 1 rating

Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=534

Posted by redaksi on May 18 2010. Filed under FEATURED. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

Leave a Reply

Recently Commented

  • aneuk aceh: nyan lagee nyan lah…sama2 ta meu bantu, sama2 ta meubila… nyan bek cuma keu masyarakat...
  • ipah: I love u Ungu
  • jhonny: pedulilah pada lingkungan hidup… Krn itulalah warisan yang abadi utnuk masa depan anak cucu
  • jhonny: OK kali MApala Leuser nich 4 jempol untuk anda
  • lembu: Keadaan mahasiswa sekarang sangat memprihatinkan… kurangnya pengetahuan agama dan kepedulian orang...