Beranda Headline Mahasiswa Unsyiah Luncurkan PETRI Sebagai Agen Pengendalian Hayati.

Mahasiswa Unsyiah Luncurkan PETRI Sebagai Agen Pengendalian Hayati.

BERBAGI
Tim PKM pembuatan Pelet Trichoderma. (15/06/17) Dok. Pribadi

Andi Fahreza | DETaK

Darussalam – Mahasiswa Fakultas Pertanian (FP), Universitas Syiah Kuala mengembangkan terobosan terbaru dalam bidang pertanian, yaitu Pelet Trichoderma (PETRI) yang digagas oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017 yang terdiri dari 4 orang mahasiswa FP diketuai oleh Yulfa Sari Tarigan dan beranggotakan Cut Diah Permata Syibrah Noera, Ilham Syahputra dan Ayu Sahfitri  dibawah bimbingan Dr. Ir. Rina Sriwati . M.Si. mengembangkan penggunaan PETRI sebagai agen pengendalian hayati dalam mengatasi penyakit hawar daun pada bibit kakao.

Trichoderma merupakan cendawan antagonis atau jamur antagonis yang dapat digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman. Hanya saja, dalam penggunaan yang efektif dan aplikatif untuk petani, tentunya diperlukan cara yang mudah dengan komposisi yang tepat. Ini yang menjadi landasan dalam pengembangan Trichoderma sehingga dibentuk menjadi pelet guna memudahkan pengaplikasiaannya dilapangan.

Iklan Souvenir DETaK

Kakao merupakan tanaman yang menjadi salah satu komoditi andalan Petani Aceh dengan luas lahan kakao mencapai 102.034 Ha.  Akan tetapi, data dari International Cocoa Organization (ICCO) menunjukkan bahwa kerugian yang dialami petani kakao mencapai 20 – 30% dengan kematian tanaman 10% pertahunnya yang disebabkan oleh patogen Phytopthora palmivora penyebab penyakit hawar daun pada bibit kakao. Sehingga penggunaan PETRI menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini.

Penelitian yang digagasan oleh yulfa dan kawan – kawan dilaksanakan di Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala terhadap bibit kakao yang telah terinfeksi penyakit hawar  daun. Bahan dasar dalam pembuatan PETRI memanfaatkan limbah pertanian yaitu dedak, daun katuk, molase dan aquades dengan komposisi tertentu sesuai dengan kebutuhan. Trichoderma kemudian dikemas menjadi pelet. Pengaplikasian PETRI yang menjadi biofungsida ini cukup sederhana, yaitu dengan cara disemprotkan kebagian tanaman yang terkena penyakit.

“Harapannya dari saya, PETRI ini mampu memecahkan masalah  penyakit yang menyerang tanaman terutama bibit kakao, dan PETRI ini nantinya bisa digunakan oleh petani dalam penanganan penyakit hawar daun“ Ujar Yulfa. Selain itu, dia juga mengharapkan dukungan dari semua pihak dalam pengembangan PETRI kedepannya, agar mampu menjadi biofungsida yang dapat di produksi secara massal.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Dimana penelitian sebelumnya bertujuan untuk menemukan komposisi yang tepat dan efektif dalam pembuatan pelet sebagai media perkembangbiakan Trichorderma. []

Editor: Dinda Triani