Kuala Langsa, Wisata Bakau Yang Menjanjikan
Bustami, tanpa rasa takut, mengulurkan tangan kanannya dan menyodorkan sekeping roti kepada seekor kera yang telah menunggunya. Dengan sigap, sang kera pun menyambar roti tersebut dan memakannya. Sedangkan beberapa kera lainnya terlihat bersabar menanti giliran roti lainnya yang masih ada di tangan Bustami.
Melihat tiga ekor kera yang mengantri, Bustami pun melemparkan sisa roti yang ada ditangannya. Sontak roti tersebut menjadi rebutan tiga kera tersebut.
Itulah salah satu suasana yang sempat saya lihat saat mengunjungi lokasi wisata Kuala Langsa, Minggu, 13 Sepetember 2010. Ratusan pengunjung selalu memadati areal wisata itu. Kondisi ramai akan semakin terlihat pada hari-hari libur, seperti libu nasional dan libur lebaran seperti ini.
Selain muda mudi, Kuala Langsa memang menjadi incaran keluarga untuk bersantai. “Kami sering kemari. Paling tidak, dua bulan sekali kami akan menyempatkan ke sini. Selain untuk represing juga bisa menjadi hiburan bagi anak-anak,” kata Bustami (32).
Bustami tidak sendiri, ia datang bersama istri dan ketiga anaknya. “Anak saya yang berusia satu tahun masih takut bila melihat kera. Karena itu, saya sering membawanya kemari agar ia terbiasa dengan alam, dan mengenal alam lebih jauh,” sambung warga Peureulak, Aceh Timur ini.
Apa yang dikatakan Bustami memang benar. Wisata Bakau Kuala Langsa, selain sebagai ajang rekreasi juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk belajar dan mengenal alam bagi anak-anak. Jadi jangan heran, bila Anda berkunjung ke Kuala Langsa, maka Anda akan melihat banyak anak-anak yang sengaja diajak orang tuanya untuk melihat berbagai berbagai aktifitas kera tersebut.
“Anak-anak saya sangat suka bila melihat kera yang sedang menggendong bayinya. Anak-anak bingung, mengapa anak kera tidak jatuh, padahal induknya loncat-loncat di atas pohon,” ungkap Rusmi (44), warga Kuala Simpang.
Selain itu, sebut Rusmi, pertanyaan-pertanyaan itu menjadi sebuah pembelajaran yang sangat baik untuk anak-anak. Apalagi, hal-hal seperti ini kan tidak ada dijelaskan di bangku sekolah.
Selain kera, wisata bakau ini semakin menarik dengan adanya cafe-cafe terapung di dalam areal lahan bakau.
Walau sebagian besar cafe-cafe tersebut berada di dalam areal bakau yang yang tinggi, namun para pengelola sangat memperhatikan dan menjaga kondisi lahan bakau tersebut. Hal ini dapat dilihat bagaimana para pengelola mengatur cafenya dengan berbagai cara agar tidak merusak lahan tersebut.
Menurut salah seorang pengelola cafe, Amin (30), hutan bakau itu memang harus kamin prioritaskan. Karena, jika bakaunya tidak ada, tentu cafe-cafe tersebut menjadi tidak menarik. “Inilah salah satu daya jual cafe disini, hutan bakaunya”. Jelas Amin.
Sebagaimana penuturan Amin, banyak juga pengunjung dan memintanya untuk menjaga hutan bakau didaerah tersebut untuk dijaga. Karena, jika hutan bakau tersebut rusak, tentu masyarakat sendiri yang susah terutama dalam hal melangsungkan usahanya.
Disinilah peran Pemerintah Kota Langsa diperlukan guna melakukan sosialisasi pentingnya hutan bakau demi kelangsungan hidup. Agar masyarakat dan pengelola cafe, khususnya, dapat menjaga hutan bakau tersebut.
Letak Kuala Langsa yang bisa ditempuh selama 15 menit dari pusat Kota Langsa, menjadikan daerah ini sebagai salah satu tempat yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Sebagaimana diketahui, daerah ini sebagian merupakan kawasan hutan lindung sebesar 2706,62 Ha (10,31 %), sedangkan untuk kawasan budi daya kehutanan 5879 Ha, budi daya pertanian 10399,20 Ha. Dan budidaya perkotaan 7256,2 Ha.
Sebenarnya, selain wisata bakau dengan kera-nya itu, Kuala Langsa juga menyajikan berbagai wisata alam lainnya yang sangat menarik. Wisata laut adalah salah satunya. Saat lebaran tiba, begitu banyak masyarakat yang antri hanya untuk berjalan-jalan menggunakan kapal kecil atau bot.
Begitupun hadirnya rumah makan dengan menyediakan menu-menu khas laut seperti kepiting, udang, menjadikan daerah ini sangat menarik untuk dikunjungi.
Belum lagi kondisi pemukiman penduduk yang sangat unik dan menarik, sebenarnya Kuala langsa benar-benar potensial untuk dijadikan sebagai daerah wisata terpadu Kota Langsa.
Jika Kuala Langsa dikelola secara lebih baik dan profesional, maka keuntungan itu buan hanya dirasakan oleh masyarakat, akan tetapi juga pemerintah Kota Langsa mendapat banyak keuntungan. Wilayah ini dapat dijadikan sebagai daerah pemasok Pendapatan Daerah (PAD) dan menjadi alternatif bagi lapangan kerja.
Nah, daripada harus memikirkan menjadikan Kuala langsa sebagai pelabuhan internasional, bukankah menjadikan Kuala Langsa sebagai daerah wisata alam, wisata ilmiah dan wisata pendidikan lebih bermanfaat. Bukan hanya untuk jangka pendek, melainkan juga untuk ajangka panjang.
Karena, alam Kuala Langsa sangat penting bagi Kota Langsa itu sendiri. Apalagi, umumnya, bila terlalu banyak program untuk pembangunan seperti pelabuhan internasional, justruu akan merusak keaslian Kuala langsa itu sendiri. Akan banyak areal bakau yang harus ditebang, dan tentunya, margasatwa yang selama ini masih bertahan akan juga lenyap karena alam mereka musnah.
Bila ini terjadi, tentu yang rugi bukan hanya masyarakat yang haus tempat untuk rekreasi, anak-anak sekolah yang membutuhkan ilmu, melainkan juga (pastinya), Pemerintah Kota Langsa juga akan rugi.
Semua terpulang kepada pemerintah Kota Langsa, menjaga Kuala Langsa dan imbal kelestarian lingkungan, lapangan kerja dan wisata ilmiah atau untuk menjadikan sebagai pelabuhan internasioanl dengan konsekuensi hutan bakau rusak? Kita tunggu saja!
Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=1338
mantap….
blog myun