Beranda Terkini Semnas Muswil IKAMABSII Angkat Tema MEA

Semnas Muswil IKAMABSII Angkat Tema MEA

BERBAGI
Seluruh Delegasi melakukan sesi foto bersama pemateri Semnas. (Mutia Dara Authari [AM]/DETaK

Eureka Shittanadi | DETaK

Darussalam – Seminar nasional dengan tema “Meningkatkan SDM dalam Penguasaan Bahasa Asing Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN” merupakan rangkaian acara dari MUSWIL I IKAMABSII wilayah Sumatera yang diselenggarakan sejak tanggal 24-26 Maret 2016.

Acara yang berlangsung di gedung auditorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) ini menjadikan dosen dari Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Qismullah Yusuf dan Wakil Rektor IV Unsyiah, Nazamuddin sebagai pemateri.

Iklan Souvenir DETaK

Dalam kesempatan tersebut, Qismullah Yusuf mengangkat topik mengenai peran guru dalam mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ia sangat menekankan bahwa guru harus memiliki kualitas sebagai pengajar dan setiap guru yang tidak kompeten harus segera dipensiunkan.

Selain itu, ia juga mengutarakan kekecewaannya kepada mahasiswa Aceh yang dipandangnya begitu malas, terlebih dalam urusan mempelajari bahasa Inggris. Pemerintah telah menyediakan banyak beasiswa untuk mahasiswa yang ingin mempelajari bahasa Inggris, namun  hanya sedikit yang ikut serta dalam program beasiswa tesebut. Padahal bahasa Inggris mempunyai peran sangat penting dalam MEA.

“Kalau mahasiswa Aceh masih malas belajar bahasa Inggris, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kita akan terus menerus ditindas oleh negara lain,” ucap Qismullah kecewa.

Ada banyak hal yang dapat diperoleh oleh mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi MEA, diantaranya Cross Cultural Communication yang mempelajari budaya-budaya negara lain untuk menyesuaikan diri ketika terjadi pasar bebas. Hal ini sangat diperlukan mengingat banyaknya perbedaan yang dimiliki antara negara-negara timur dan barat.

Senada dengan Qismullah, Nazamuddin juga mengutarakan pentingnya peran bahasa Inggris dalam MEA. Beberapa keuntungan jika menguasai bahasa Inggris diantaranya adalah memiliki nilai yang lebih tinggi dalam memperoleh pekerjaan.

Ia mengatakan bahwa yang perlu dipersiapkan semua orang adalah hard skills dan soft skills secara seimbang sebagai persiapan masyarakat Indonesia untuk menghadapi MEA. Masyarakat Indonesia tidak cukup jika hanya mempersiapkan dari segi soft skills saja, begitu pula sebaliknya.

Sejauh pengamatannya, sejauh ini belum ada persiapan secara sungguh-sungguh dari masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan diri menghadapi MEA ini, sedangkan negara lain telah melakukan persiapan secara matang dalam hal ini seperti mempelajari budaya dan letak geografis Indonesia.

Ketika ditanyai mengenai kesiapan Indonesia menghadapi MEA, Wakil Rektor IV ini menjawab bahwa Indonesia harus siap dan tidak boleh menyerah sebelum berusaha. Hal ini merupakan tantangan besar bagi Indonesia sebagai tempat berlangsungnya transaksi pasar bebas.

“Indonesia adalah negara yang besar. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi pasar bagi orang lain, kita harus menjadi yang terbaik di tempat kita sendiri,” ucap Nazamuddin menyemangati peserta seminar.

Meski demikian, ia tetap mengakui bahwa ada banyak permasalahan yang dimiliki Indonesia dalam hal ini, contohnya saja masyarakat yang lebih condong sebagai konsumen daripada memproduksi. Untuk mengatasinya, masyarakat Indonesia harus lebih berpikir secara kreatif untuk memproduksi sesuatu yang bernilai jual sehingga dapat diterima oleh pasar. Disamping segala permasalahan, masyarakat Indonesia juga harus tetap mengejar momen untuk memajukan negara sendiri.
“Strike the iron when it is hot,”  tambahnya.

Menurutnya, besi harus diketok selagi masih panas. Kalau  tidak, tidak akan berguna lagi. Karena masih menjadi sesuatu yang hangat, Indonesia juga harus ikut terlibat dalam MEA dengan cara mempersiapkan diri dan mengatasi segala permasalahan yang menghambat MEA.

Adapun hal yang harus dipersiapkan adalah soft skills dan hard skills secara seimbang dan harus diiringi oleh guru yang berkompeten dibidangnya agar dapat membimbing generasi muda dalam mempersiapkan diri dalam MEA.[]

Editor: Cut Meliana