Maisyarah Rita | DETaK
Banda Aceh- Seruan juga turut ditujukan untuk aparat kepolisian sempat terdengar, pada saat mengawal aksi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Rabu, 28 Maret 2018 di depan pintu gerbang gedung Pertamina Aceh.
Seruan tersebut dilontarkan oleh Alfian Rinaldi selaku koordinator aksi menjelang berakhirnya aksi tuntutan yang ditenggarai oleh sejumlah perwakilan dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Universitas Muhammadiyah (Unmuha) Aceh, dan Universitas Iskandar Muda (UNIDA) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pembela Rakyat (Amper).
“Untuk para orangtua kami, semoga tetap menjadi aparat yang mengawal, mengayomi, dan melindungi aksi, jadilah aparat alat negara, bukan alat penguasa,” seru Alfian menjelang berakhirnya gerakan aksi.
Lontaran tersebut disinyalir timbul dari aksi yang terjadi sehari sebelumnya, yakni aksi penolakan revisi Undang-Undang terkait MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3), yang juga digelar di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA).
Diketahui sebelumnya, para demonstran aksi yang digelar di pelataran halaman gedung DPRA sempat bentrok dan tidak berjalan kondusif, dikarenakan saat mahasiswa yang mendesak masuk ke dalam ruang sidang DPRA, aparat kepolisian mencoba untuk melarang dan mencegat mahasiswa, sehingga terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan pihak kepolisian.
Pada saat lontaran tersebut disampaikan, tampak pihak aparat yang terlibat mengamankan situasi mafhum mendengarkan seruan tanpa komentar atau tindakan balasan. []
Editor: Herry