Beranda Opini Fakultas ‘Anak Tiri’

Fakultas ‘Anak Tiri’

BERBAGI
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unsyiah. (Riska Iwantoni/DETaK)

Opini | DETaK

Oleh Musanna

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) adalah fakultas yang mengajarkan tentang keberagaman ilmu sosial. Konsep-konsep kemanusiaan begitu kental dalam studi jurusannya. Berdiri sejak 2007 lalu kini FISIP telah berkembang. Sampai sekarang FISIP telah mampu menghasilkan empat jurusan dalam studi sosial.

Iklan Souvenir DETaK

Sangat ironi ketika kita berbicara FISIP yang sudah berumur sewindu, namun masih terkendala dalam hal kesesuaian ruang belajar. Ukuran sebuah fakultas yang memiliki pengaruh besar dan menciptakan manusia-manusia yang berperan penting dalam masyarakat, FISIP masih masih bergelut dengan masalah klise yaitu tidak cukupnya ruang untuk proses belajar mengajar.

Terlebih, fakultas tak berpagar itu menjadi sebutan tersendiri bagi mahasiswa lain. Tak ayal, mahasiswa yang kuliah di FISIP menjadi bahan sindiran. Tak jarang pula terlempar dari ucapan tak enak didengar dari teman-teman dari fakultas tetangga. Belum lagi gelar mahasiswa RKU yang disandang oleh mahasiswa FISIP karena terlalu lama belajar di Ruang Kuliah Umum itu menjadi bumbu pelengkap yang kian memperkeruh suasana hati mahasiswanya.

Mahasiswa terus bertambah, namun nahasnya tidak dibarengi dengan tingkat pembangunan gedung yang signifikan. Ada sekitar 1.751 mahasiswa yang sedang melakukan proses belajar di FISIP, hal ini tidak berbanding lurus dengan mahasiswa FISIP yang diwisudakan. Lambat laun, FISIP menjadi sesak dengan bertambahnya mahasiswa. Belum lagi ruang kuliah yang kian berkurang.

Ketidakharmonisan hubungan antara pejabat universitas dengan pejabat fakultas menjadi faktor lain dari ketertinggalan pembangunan FISIP. Seperti dilansir dari portal berita detakusk.com, 15 September lalu, dekan FISIP mengatakan bahwa rektor tidak punya niat dalam membangun FISIP secara keseluruhan. ‘Sepertinya rektor tidak punya visi tentang ilmu sosial dan politik’ kalimat seperti itulah yang dikatakan oleh Syarifuddin Hasyim dan sepertinya itu memang benar adanya.

Dampak tersebut jelas dirasakan oleh mahasiswa, pembangunan sekitar kampus yang terus merangkak-rangkak, meninggalkan pembangunan gedung yang berbentuk seperti huruf “L” tersebut jauh dibawah pembangunan gedung fakultas lain di Unsyiah. Apalagi bila dibandingkan dengan kampus yang sering disebut kampus ayam jantan yang letaknya persis di belakang fakultas ilmu sosial itu.  Sungguh kalah jauh.

Untuk ukuran universitas yang berakreditas A, ruang belajar mengajar sudah sepatutnya menjadi prioritas pemangku jabatan. Membuat mahasiswa betah belajar merupakan salah satu tujuan utamanya.

Lacurnya FISIP, dari Infokus sampai pedingin ruangan masih belum berfungsi maksimal. Bahkan kehadirannya seakan untuk pajangan saja tanpa bisa digunakan. Belum lagi  ketika kita berbicara tempat beribadah, mahasiswa ilmu sosial ini harus melangkah keluar kampus menuju fakultas tetangga untuk melaksanakan ibadah.

Staf pengajarmya pun masih berstatus pinjaman dari fakultas lain. Kredo ketidakpercayaan pun terus mencuat di lingkup pikiran mahasiswa. Apakah kami ini ‘anak tiri?’ Begitulah kira-kira ucapan yang dapat terangkai.

Namun kita tidak boleh berburuk sangka dengan Pak Rektor yang terhormat. Mungkin pembangunan FISIP masih belum dianggap penting oleh sang profesor itu. Semoga saja ke depan ada akademisi ilmu sosial yang menjadi rektor si Jantong Hatee ini sehingga FISIP tak menjadi ‘anak tiri’ lagi. Semoga.[]

*Penulis bernama lengkap Musanna. Ia terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala angkatan 2013.

Editor: M. Fajarli Iqbal