Opini | DETaK
Oleh M. Maulana Rizky
Jantung adalah salah satu organ penting bagi tubuh manusia begitu juga dengan budaya dan pendidikan adalah hal penting dalam kehidupan masyarakat. Namun, hal yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah budaya dapat berkembang tanpa pendidikan?, apakah budaya lahir dari pendidikan? atau pendidikan yang lahir dari budaya?, apakah pendidikan memiliki hubungan dengan budaya?, manakah yang lebih penting budaya atau pendidikan?, manakah yang akan menjamin masa depan budaya atau pendidikan?
Semakin berkembangnya zaman, maka permasalahan yang berkaitan dengan budaya dan pendidikan akan semakin rumit dan beragam. Terlebih di era globalisasi akan banyak faktor lain yang mempengaruhi budaya dan pendidikan khususnya di Aceh.
Aceh adalah provinsi yang memiliki keistimewaan dalam budaya, pendidikan, dan agama. Akan tetapi masyarakat Aceh saat ini lebih memprioritaskan pemikiran ilmiah dan sainstis. Misalnya saja, budaya khanduri blang kini sangat jarang ditemui bahkan sudah hampir memudar dalam kehidupan masyarakat Aceh, masyarakat menganggap bahwa hasil panen hanya bergantung pada pupuk, bibit, dan kondisi tanah yang baik. Padahal, khanduri balang adalah bentuk syukur kepada allah terhadap hasil panen agar hasil panen menjadi berkah dan di tahun berikutnya hasil panen akan lebih baik, masyarakat lupa bahwa sesungguhnya hasil panen yang baik adalahh yang mendapat berkah dari Allah.
Masyarakat Aceh mulai terbawa arus globalisasi, sehinggga banyak kearifan lokal yang hilang. Generasi muda Aceh kini lebih tertarik pada budaya asing sebab mereka memiliki pengetahuan tentang budaya asing, sehingga menganggap budaya asing lebih menarik dibandingkan budaya Aceh. Sebenarnya, banyak budaya Aceh yang jauh lebih menarik tapi, karena banyak budaya Aceh yang mulai memudar generasi muda beralih pada budaya yang mereaka anggap cocok bagi dirinya.
Budaya adalah jati diri dan cermin dari kehidupan masyarakat. Budaya juga sangat berpengaruh pada pendidikan, mengingat bahwa penilaian akademik tidak hanya berdasarkan kemampuan memahami materi tapi juga sikap. Tentunya sikap individu ditentukan oleh budaya karena budaya ialah suatu kebiasaan yang akan mempengaruhi suatu individu.
Kini pelajar Aceh telah mengalami perubahan sikap, banyak pelajar Aceh yang tidak mengucapkan salam saat telat masuk kelas, tidak berpamit pada orang tua saat hendak berangkat sekolah, dan yang lebih memprihatinkan adalah pelajar tidak memperhatikan bahakan tidak mempedulikan penjelasan dari guru, mereka hanya memperhatikan guru yang mengajar pelajaran yang dianggap penting seperti matematika. Sesungguhnya inilah yang mengakibatkan penurunan terhadap mutu pendidikan di Aceh, bukan karena pelajar Aceh tidak cerdas, tapi karena tidak ada keberkahan ilmu pada pelajar Aceh.
Seharusnya pemerintah tidak hanya menilai mutu pendidikan dari rangking ujian nasional atau ujian lainnya. Sebab, tanpa adanya perhatian terhadap karakter, kecerdasan tidak dapat dibangun, adab lebih tinggi kedudukannya dari pada ilmu. Pemerintah Aceh lebih baik membangun sistem pendidikan tanpa mengabaikan budaya. Arus globalisasi memang tidak dapat terbendung tapi jika masyarakata kuat maka, Aceh akan mampu bertahan.
Kita memang harus mengikuti perkembangan zaman demi masa depan Aceh yang lebih baik, namun bukan berarti kita mengabaikan budaya aceh, kita dapat berinovasi dengan teknologi untuk memperkenalkan budaya Aceh ke seluruh dunia.
Teknologi juga mempengaruhi dunia pendidikan Aceh, pelajar Aceh kini dapat memperoleh informasi bahkan berbagi ilmu dari mancan negara dalam satu genggaman saja. Jika pelajar tidak bijak dalam penggunaaan teknologi maka dikhawatirkan budaya Aceh akan semakin memudar dan pelajar mulai menganut budaya asing yang mereka dapat dari teknologi.
Selain itu para pemuda Aceh mulai merasa gengsi berbahasa Aceh karena takut dicemooh dalam pergaulan,. Ini adalah hal yang sangat disanyangkan, jika berbicara dalam bahasa Aceh saja malu, bagaiman abudaya Aceh yang lain dapat dijaga ? pendidikan bukanlah satu-satunya hal yang paling penting di dunia ini tanpa berbudaya sesorang tidak akan dapat memperoleh pendidikan, dalam menempuh pendidikan seeorang harus memiliki sikap yang baik, berbusana yang baik, jika budaya buruk maka seseorang tidak dapat memenuhi syarat untuk mendapat pendidikan.
Sesungguhnya budaya bukan hanya lamabang kehidupan masyarakat, tapi juga membentuk karakter masyarakat. Pendidikan tidak hanya ada di lembaga-lembaga pendidikan, pendidikan sejati justru berasal dari budaya. Budaya mampu mempengaruhi kemampuan seseorang karena budaya membentuk kebiasaan seseorang. Budaya yang masuk ke Aceh telah beragam, maka beragam pula tata kehidupan suatu individu yang mempengaruhi sistem pendidikan.
Aceh kini berada di tangan seluruh masyarakat Serambi Mekkah, bukan lagi di tangan raja Iskandar Muda, tapi kita memiliki pemuda yang mampu menggoncang dunia, jangan biarkan darah pahlawan Aceh sia-sia , jadikan darah itu mengalir dalam tuubuh kita untuk terus mempertahankan detak jantung Aceh.[]
Penulis adalah M. Maulana Rizky, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah Prodi Ekonomi Islam.
Editor: Riska Iwantoni