Gedung berwarna putih yang terletak di samping Gedung Biro Unsyiah itu merupakan sebuah perpustakaan pusat milik Unsyiah. Perpustakaan yang telah berdiri sejak tahun 1970 ini, awalnya menempati gedung Fakultas Ekonomi Unsyiah. Baru kemudian pada tahun 1994 menempati gedung baru yang berdampingan dengan Kantor Pusat Administrasi (KPA) di Biro Unsyiah . Saat itu semua kegiatan pemberian layanan perpustakaan kepada civitas akademi dilakukan di gedung tersebut.
Namun, kegiatan tersebut terhenti sejenak di tahun 2004 ketika bencana tsunami melanda Aceh. Akibat dari peristiwa itu memang tidak begitu signifikan terhadap perpustakaan, karena gelombang tsunami tidak sampai menyapu ke daerah tempat perpustakaan Unsyiah berdiri. Kekuatan gempa yang kuat membuat beberapa bagian bangunan perpustakaan retak-retak, serta koleksi buku yang ada di rak terjatuh dan berantakan.
Setelah dilakukan pembenahan, perpustakaan Unsyiah kembali membuka layanannya terhadap para penghuni kampus, hingga sekarang. Perpustakaan Unsyiah melakukan perubahan demi perubahan untuk menjadi salah satu perpustakaan perguruan tinggi terbaik di indonesia, hal ini sesuai dengan visi dari perpustakaan Unsyiah itu sendiri.
Perubahan terbaru tersebut ditandai dengan munculnya layanan publik portal aplikasi. Di portal aplikasi tersebut tersedia 12 aplikasi yang dapat diakses oleh mahasiswa secara gratis untuk memperoleh jurnal-jurnal ilmiah internasional, yakni terdiri dari Online Public Access Catalog (OPAC), Electronik Theses and Dissertations (ETD), Open Educational Resource (OER), e-journal, e-reference, e-Repository, Unsyiah Union Catalog (UUC), Springerlink, ebrary, ProQuest, EBSCO HOST, dan INFOTRAC.
Saat ditanyai mengenai terobosan terbaru dari pustaka Unsyiah itu, Taufik Abdul Gani, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Unsyiah mengatakan bahwa layanan ini dapat digunakan dengan mudah oleh mahasiswa. “Mahasiswa tidak perlu lagi mengetikkan alamat aplikasi secara berulang-ulang, tinggal masuk ke portal aplikasi dengan alamat http://uilis.unsyiah.ac.id,” jelasnya.
Dalam mempromosikan portal aplikasi, pihak pustaka Unsyiah akan memberikan training-training pengenalan untuk mengakses dan menggunakan jurnal-jurnal elektronik di pustaka Unsyiah. Pendekatan awal akan dilakukan kepada dosen terlebih dahulu baru kemudian mahasiswanya. “Jadi kami dari pihak perpustakaan akan mendekati para dosen terlebih dahulu sebelum mahasiswa. Diharapkan nantinya dosen tersebut dapat menyuruh mahasiswanya mengikuti hal yang sama, karena mahasiswa biasanya lebih cenderung mendengarkan apa yang dikatakan dosennya daripada pihak pustakawannya sendiri,” terang Taufik.
Dalam tahun 2013, Taufik mengungkapkan dosen dan mahasiswa yang mengikuti pelatihan pengenalan portal aplikasi yang disediakan oleh pustaka Unsyiah sudah mencapai dua ribu peserta. Selain portal aplikasi, pustaka Unsyiah juga akan menerapkan prosedur sirkulasi (peminjaman) koleksi buku dari sistem berbasis barcode (kode baris) ke sistem berbasis Radio Frequency Identification (RFID) yang akan dilaksanakan pada Mei 2014 mendatang. (Selengkapnya baca : Sirkulasi Pustaka Unsyiah Segera Beralih ke Sistem RFID).
Hingga kini, pustaka Unsyiah juga tetap memperkaya koleksi buku dalam bentuk fisik. Dalam paparannya saat ditemui detakusk.com, Rabu (04/12/2013), Taufik menjelaskan bahwa setiap tahunnya bahan bacaan di perpustakaan Unsyiah bertambah. “Tahun 2011 banyak buku fisik. Di tahun 2012 terdapat buku fisik hasil sumbangan dari PT. Arun dan Malaysia. Sedangkan 2013 koleksinya campuran, namun lebih dominan koleksi buku elektronik dibandingkan buku fisik,” serunya.
Untuk tahun ini perpustakaan Unsyiah melakukan pengadaan buku dengan jumlah dana mencapai 800 juta. “Buku yang di pesan sudah sampai, tapi belum didata jadi belum bisa digunakan. Nantinya buku tersebut akan dipajang saat pameran untuk buku-buku baru di perpustakaan Unsyiah,” ungkapnya.
Kendati demikian, Taufik juga memaparkan terkait kelemahan dari perpustakaan Unsyiah akibat beberapa hal. Salah satunya mengenai masalah buku-buku lama yang belum didata ulang, sehingga membuat buku-buku baru yang ada di pustaka unsyiah tidak menonjol. “Pendataan juga akan dilakukan pada koleksi buku-buku lama yang ada di perpustakaan Unsyiah. Akan dilihat dulu buku yang mana yang masih bisa dipakai, yang sudah tua akan ditaruk ke gudang, proses penyingkiran buku-buku lama sekitar bulan Febuari atau Maret 2014,” terangnya.
Selain itu, perpustakaan unsyiah juga kekurangan komputer yang bisa digunakan oleh mahasiswa. “Untuk saat ini hanya dua komputer yang bisa dipergunakan oleh mahasiwa, kami dari pihak pustaka sudah mengusulkan untuk memperoleh komputer baru namun untuk tahun ini hal tersebut masih belum bisa dicapai,” ungkapnya.
Pada tahun 2014 mendatang, perpustakaan Unsyiah juga berencana untuk memiliki ruang belajar yang nyaman, agar mahasiwa lebih leluasa untuk belajar di perpustakaan Unsyiah. “Kami sudah mulai dari mebenahi tempat penitipan tas mahasiwa agar mahasiswa merasa lebih nyaman, ke depannya, kami pihak pustaka berencana untuk memasang perangkat audio visual seperti televisi edukasi untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa,” tuturnya.
Dengan demikian, perpustakaan Unsyiah dapat menjadi tempat learning place bagi mahasiswa. “Mahasiswa tidak hanya belajar dengan dosen di kelas saja. Para pustakawan dan pustaka juga menjadi partner dosen sebagai tempat pembelajaran,” jelas Taufik.
Ia berharap kedepannya mahasiswa banyak menulis dan membaca. “Knowledge is free at the library just bring your container,” tutupnya.[]
Koordinator Liputan : Fitria Anggraini | DETaK
Wartawan : Putri Nuzira | DETaK