Musanna | DETaK
Darussalam – Akademisi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Masrizal menilai bahwa sistem pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa Unsyiah melalui program KKN sebagai suatu hal yang menyalahi konsep.
“KKN hari ini masih belum membangun sebuah empati sosial. Harusnya KKN betul-betul memberikan upaya pemecahan masalah dalam masyarakat, baik yang sifatnya subsidi maupun sifatnya mandiri,” kata Masrizal kepada detakusk.com, Kamis 3 Maret 2016 silam.
Ia menyarankan, dalam menjalankan program KKN mahasiswa mampu meyakinkan masyarakat gampong untuk peduli terhadap gampongnya sendiri.
“KKN itu bagaimana kita meyakinkan orang untuk peduli terhadap gampongnya. Dan KKN yang kita lihat sekarang tidak demikian, tetapi mahasiswa yang buat progam gampong,” kata dia.
Ia juga menjelaskan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam program KKN itu sendiri. Pertama, bagaimana mahasiswa memahami kepribadian dirinya sendiri. kedua, bagaimana mahasiswa mengembangkan konteks kelembagaannya.
“Dan ketiga, bagaimana mahasiswa menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat tersebut, dan harusnya KKN betul-betul memberikan upaya pemecahan masalah,” lanjutnya.
Dosen FISIP ini berharap program KKN ke depan tidak di wilayah-wilayah yang sama saja, melainkan di wilayah-wilayah yang benar-benar terpencil dan membutuhkan seperti kepulauan, Pulo Aceh, Simeulu, Gayo dan wilayah lain yang lebih membutuhkan.
“Konsep KKN selanjutnya adalah bagaimana cara kita memberikan semangat kepada orang-orang untuk melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi, tidak hanya untuk kepentingan orang tua, masyarakat tapi juga untuk anak itu sendiri,” terangnya lagi.
Ia mengatakan bahwa yang paling penting dalam KKN adalah bagaimana cara melihat substansi sosial dari KKN itu seperti apa, bagaimana cara membangun sebuah empati sosial dalam masyarakat, dan bagaimana berbagi dengan masyarakat.
“Saran saya KKN di tahun 2016 ini benar-benar pada wilayah yang membutuhkan. Dan kedua, suvervisornya itu benar-benar berada di lapangan,” kata dia.[*]
Editor: M. Fajarli Iqbal