Roza Zulfira [AM] | DETaK
Banda Aceh – Bagi sebagian orang, sabut kelapa mungkin hanya akan menjadi sampah belaka. Tapi tidak bagi Khairul Rizki dan Khairun Amala. Untuk dua mahasiswa Universitas Siah Kuala (Unsyiah) ini, sabut kelapa malah menjadi berkah tersendiri. Berkat “sampah” itu, kedua mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu bisa meraih sukses hingga di olimpiade sains nasional.
Selasa, 4 Desember 2012 lalu, detakusk.com berhasil mewawancarai mahasiswa berprestasi itu, Khairun Amala (FMIPA Matematika) dan Khairul Rizki (FMIPA Kimia). Di sela-sela rutinitasnya di kampus, mereka berhasil menciptakan alternatif mutakhir pengganti bahan bakar.
Adalah Kompor Sabut Kelapa (Kosapa) sebagai alternatif penggunaan energi terbarukan, inilah inovasi mahasiwa FMIPA itu, “kami mencoba mendesain kompor yang bahan bakarnya dari sabut kelapa,” ujar Amala kepada detakusk.com, di Fakultas MIPA.
Di luar dugaan, sabut kelapa yang selama ini berserak dan seringkali menjadi sampah di sekitar kita, ternyata bisa diolah menjadi solusi alternatif bahan bakar. “Dengan proses kimiawi ternyata sabut kelapa bisa menghasilkan gas cair sebagai pengganti bahan bakar,” lanjut Amala.
Kolaborasi mahasiswa FMIPA Unsyiah terseuit berhasil memukau dewan juri dan meraih kategori terbaik di regional satu area Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Mereka berhasil menyisihkan banyak pesaing di tingkat nasional, perlombaan itu berlangsung di Universitas Indonesia (UI), Depok.
Hasil ini, berkat bimbingan Ketua Prodi Instrumentasi dan Komputasi (InsKom) MIPA Unsyiah, Surahwadi Ilyas, yang selalu menemani dan membimbing proses penciptaan kompor sehingga diakui di tingkat nasional.
Untuk juara pertama diraih oleh Grandprix Thomryes Marth Kadja, dari Universitas Indonesia, dengan proyek Aplikasi Zeolit Alam Indonesia dan Na-Zeolit Alam Indonesia sebagai Katalis Rengkah Polietilena Menjadi Fraksi Minyak Bumi, serta Agung Heru Yatmo dari Universitas Brawijaya, dengan proyek REBICHA (Reaktor Biogas Chorella) Alat Pemurnia Biogas Portabel berhasil meraih juara ketiga.
Ketua tim, Khairul Rizki menjelaskan proyeknya itu multiguna, dari asap cair yang dihasilkan sabut kelapa tersebut. “Sabut kelapa itu bisa menghasilkan produk sekunder yaitu asap cair sebagai bahan bakar baru, dapat mereduksi pencemaran lingkungan akibat emisi dan pengganti formalin” kata Rizki.
Alternatif yang berdayaguna ini bisa dikomersilkan dan diciptakan secara massal di pasaran, bisa dibanderol mulai harga ribuan sampai jutaan rupiah per liternya.
“Asap cair ini juga bisa dijual ke masyarakat, harganya mulai ribuan hingga jutaan rupian per liter,” terang Rizki.
Karya mereka, kosapa memiliki bentuk kotak persegi dengan tinggi 40 sentimeter dan lebar 30 sentimeter dengan bahan material besi. Di dalamnya terdapat tempat pembakaran, di atasnya ada bagian pemanas.
Kompor itu memiliki pipa untuk pembuangan, lalu asap yang dibuang itu didinginkan dan disaring sehingga menjadi asap cair yang bentuknya seperti minyak, warnanya kekuningan bening, dan panas yang dihasilkan pun mencapai 370 derajat.
Hasilnya, asap itu mampu mengawetkan makanan, obat pengering luka, pengawetan kayu dan beberapa bahan dasar pangawetan daging, “pada tahap percobaan, kita pernah mengolesi minyak asap itu pada ikan sengar, hasilnya ikan tersebut mampu bertahan selama empat hari,” ujarnya.
Begitulah. Di tangan mahasiswa-mahasiswa kreatif, “sampah” sabut kelapa pun menjadi teknologi terbarukan. Darinya, kedua mahsiswa itu mendapat berkah yang luar biasa. Selain hadiah puluhan juta rupiah, tropi juara, mereka juga kelak dijanjikan akan bekerja di Pertamina begitu menyelesaikan studinya. Membanggakan!.[]