Karya: Lukyana Arsa*
Jangan bermain hati
Jika tak sanggup berjanji
Jangan beri secercah harapan
Jika yang kau punya hanyalah segudang kepalsuan
Dengarkanlah…
Rasakanlah cerita pilu ini…
Cerita tentang negeri terkasih
Negeri yang penuh misteri
Negeri yang penuh ilusi
Bak kerajaan kahyangan yang tak pernah bisa didapati
Pak! Bu!
Kami para anak negeri
Yang haus akan seteguk ilmu
Yang lapar akan sesuap pengetahuan
Dan..
Yang mencari sepotong keterampilan
Biarkanlah kami tetap bermain dengan awan
Mengibarkan sepercik harapan masa depan
Yang akan membawa kami pada kemenangan
Yang akan membawa kami pada kebahagiaan
Rentetan jalan pelik telah kami lewati
Jutaan lapak-lapak pahit pun telah kami lalui
Pahatan syair luka juga telah disematkan
Dan… Ribuan melodi kabut telah dinyanyikan
Namun…
Pernahkah mereka membuka matanya?
Pernahkah mereka keluar dari sangkar tanpa menutup telinganya?
Pernahkah mereka mendengar dengan hati semua jeritan-jeritan kami?
Setiap harinya kami hanya bisa menangis
Melihat negeri yang tak lagi etis
Dengan pedis, penuh teriris
Gemuruh angin enggan berhembus lagi
Pelita pun enggan bersinar
Menyinari hati kami yang kelam, mencekam!
Korupsi! Kolusi! Nepotisme!
Itulah makan pagi yang kami santap setiap hari
Tak pernah mereka iba dengan penderitaan kami
Tak pernah mereka kasihan dengan busung lapar, cacingan, dan kurang gizi
Yang terus menggerogoti tanah air ini
Negeri ini terus bergoyang!
Goyah, dengan jutaan perilaku menyimpang
Enggan menjadikan pancasila sebagai penyokong
Enggan meresapi pengorbanan seorang pejuang
Kami hanyalah anak-anak kolong
Yang mengharapkan sebuah mimpi
Walau hanya sebesar biji polong
Maka jadilah bapak dan ibu sebagai malaikat penolong
Jangan hanya omong kosong
Ya tuhan….
Dimana pemimpin kami yang arif?
Bersemayam dimanakah raja bijaksana itu
Ya tuhan….
Berilah apa yang ingin kami cicipi
Ilmu mahal yang sulit dicari
Ya tuhan…
Bukanlah hati nurani pemimpi kami
Yang selama ini terkunci rapi
*) Penulis adalah siswa kelas XII SMAN 1 Sabang