Beranda Feature Sebuah Cerita PAKARMARU di Unsyiah

Sebuah Cerita PAKARMARU di Unsyiah

Muhammad Chalid Isra | DETaK

IMG_1004
(Rektor Unsyiah Samsul Rizal dan Kasdam IM Brigjen Rudi L. Polandi melihat pameran alutsista bersama mahasiswa baru unsyiah foto:tim DETaK)

Darussalam – Pagi itu suasana sekitar gedung AAC Dayan Dawood tampak berbeda dari biasanya. Kalender hari itu menujukan tanggal 29 Agustus 2015. Benar, Sabtu itu adalah hari pertama Pembinaan Akademik dan Karakter Mahasiswa Baru (PAKARMARU) di Universitas Syiah Kuala bagi angkatan 2015.

Tampak warna loreng mendominasi area tersebut, banyak tenda berdiri tegak dan berisi berbagai macam jenis alat tempur militer, tak tertinggal juga ada mobil lapis baja, tank, perahu karet, sepeda motor warna khas tentara dan berbagai macam peralatan tempur militer lainnya.

Kami sempat heran dengan apa yang terjadi. Selidik punya selidik, ternyata itu adalah penyambutan mahasiswa baru (MABA) tahun ajaran 2015-2016. Sangat berbeda memang dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini penuh warna loreng dan terlihat gagah memang.

Pagi itu kru detak-unsyiah.com langsung masuk ke gedung AAC Dayan Dawoed. Sebuah bangunan mewah yang namanya diambil dari salah seorang rektor Unsyiah terdahulu. Kami masuk dan ruangan telah dipenuhi oleh mahasiswa baru dari berbagai jurusan. Hari itu, kepala staf Kodam Iskandar Muda menjadi pemateri.

IMG_0989
(Brigjen Rudi sedang memberikan materi kepada mahasiswa baru di gedung AAC Dayan Dawod Unsyiah/ foto: Tim DETaK)

Kasdam yang mewakili Pangdam membakar semangat para mahasiswa dengan orasinya. Ia berpesan bahwa pemuda harus berkreatifitas karena pemuda adalah motor perubahan. Tak lupa ia juga berpesan untuk membela tanah air ini dari berbagai macam ancaman.

“Pemuda adalah motor perubahan dan pemuda pula yang harus memiliki filter dalam menerima berbagai paham yang tidak benar,” ucap Kasdam Brigjen Rudi L. Polandi di depan ratusan mahasiswa baru Unsyiah.

Rektor Unsyiah, Samsul Rizal juga mengatakan hal senada, ia mengatakan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari pengenalan kampus dan juga untuk membangun kecintaan terhadap negara kepada mahasiswa baru di kampus Unsyiah.

“Kita ingin membangun kecintaan terhadap negara, dan itu sangat penting, dengan demikian kita harapkan mahasiswa dapat menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa Indonesia,” ucapnya.

Ketua Badan Eksekutif mahasiswa (BEM) Unsyiah, Muhammad Hamzah saat ditemui detak-unsyiah.com mengatakan bahwa tujuan pameran alutsista militer adalah untuk membangun nilai nasionalisme dalam diri mahasiswa.

“Jadi pameran ini bukan untuk memasukkan militer ke kampus namun pameran ini dilakukan untuk membangun rasa cinta terhadap tanah air dalam diri mahasiswa,” ucap Hamzah.

simu2
(TNI sedang menyelamatkan sadera dalam simulasi di Unsyiah/foto: Istimewa)

Tak lama kemudian tiba-tiba terdengar suara desingan helikopter. Ratusan pasang mata pun tertuju pada helikopter hitam yang melintasi lapangan tugu unsyiah yang teletak di seberang jalan di depan gedung AAC Dayan Dawood.

Tepat di tengah lapangan tugu Unsyiah tampak pria-pria yang bersenjata yang berperan sebagai teroris mengelilingi sebuah lingkaran yang ditutupi oleh spanduk-spanduk bekas yang di dalamnya terdapat seorang sandera.

Ternyata itu adalah bagian dari simulasi pembebasan sandera oleh Prajurit TNI Batalyon Raider 112 Kodam Iskandar Muda, simulasi yang bertujuan untuk memperlihatkan kemampuan prajurit TNI dalam menanggulangi berbagai ancaman keamanan negara baik dari dalam maupun luar.

Helikopter pun terbang rendah mendekati lingkaran yang menyandera salah seorang peranga, dari sisi kiri dan kanan helikopter, terlihat tangga yang dilemparkan dan  para prajurit pun turun satu persatu dengan mengenakan baju hitam dan bersenjata lengkap.

Tak lama kemudian dua mobil pun masuk melalui sisi belakang lapangan dengan kecepatan tinggi, dan berbelok tajam melewati pria-pria yang berada di dekat lingkaran, semua teroris pun berhasil dilumpuhkan. Tepuk tangan meriah pun terdengar dari tenda.

Helikopter pun mendarat. Pertunjukan pun selesai.

Satu hari berselang. Hari itu Senin, 31 September 2015 hari pertama Mahasiswa Baru fakultas ekonomi diajarkan tentang hal-hal seputaran fakultasnya. Hari ini pengenalan kampus berpusat pada fakultas masing-masing. Kru detak-unsyiah.com pun melanjutkan perjalanan mengelilingi kampus jantong hate rakyat Aceh mencari sebuah cerita untuk dilukiskan dengan kata.

IMG_1120
(Seorang Revolusioner Muda menatap kamera saat pengenalan kampus di fakultas hukum Unsyiah/Foto:TIM DETaK)

Kami langsung menuju fakultas hukum, tampak masih sepi karena para mahasiswa masih berbaris di halaman mesjid jamik kampus yang terletak di dekat fakultas hukum. Warna merah terlihat mendominasi dari kejauhan.

Terlihat para pejuang rakyat wanita mengenakan jilbab merah dan yang laki-laki juga menggunakan ikat kepala berwarna merah. Mereka pun diarahkan menuju fakultas hukum dari dekat tampak tulisan “Revolusioner Muda” di ikat kepalanya, sungguh khas sekali bagi fakultas yang dijuluki kampus merah itu.

Kru detak-unsyiah.com sempat mengobrol dengan ketua panitian PAKARMARU lanjutan di fakultas hukum. Kepada detak-unsyiah.com ia mengatakan bahwa acara di fakultas hukum sangat mengedepankan pendidikan karakter.

“Tujuan PAKARMARU di FH adalah untuk meningkatkan intelektualitas mahasiswa baru dan mempererat solidaritas sesama mahasiswa hukum,” itulah yang terucap dari mulut Alfaraby  saat ditemui detak-unsyiah.com di sela-sela kesibukannya menyelenggarakan acara tersebut.

Keesokan harinya kru detak-unsyiah.com bergerak agak pagi, kami langsung menuju kampus yang dijuluki kampus tempat lahirnya pahlawan yang disebut tanpa tanda jasa itu. Ya, itu adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Sesaat setelah memarkirkan sepeda motor di parkiran belakang FKIP, tiba-tiba mobil berwarna hitam langsung menuju pintu. Tak lama kemudian lima orang panitia perempuan menggotong seorang mahasiswa baru ke dalam mobil,  saat ditanyai kepada seorang panitia, dia menjawab mahasiswa baru tersebut pingsan saat mengikuti perkenalan kampus di auditorium FKIP.

Kami pun langsung masuk di sisi kiri ada sebuah ruang yang di beri nama ruang istirahat, di dalamnya ada sekitar 5 MABA yang kurang sehat. Para pagi itu panitia sangat sibuk, ada yang mengipasi yang sakit, ada yang berjaga, ada yang mencari sesama panitia dan ada juga yang menaikan spanduk.

Cek dan ricek ternyata itu adalah mahasiswa yang tidak mengindahkan himbauan panitian untuk sarapan di pagi hari. Yah, pantas saja tumbang kamu dek!

IMG_1309
(Mahasiswa baru FKIP Unsyiah menampilkan dramatisasi puisi saat pendididkan karakter di kampus pahlawan/foto: Tim DETaK)

“Sehari sebelum acara panitia sudah mengingatkan agar para peserta tidak melupakan sarapan supaya tidak lemas dan pingsan saat acara,” ucap Reza selaku ketua panitia bagian kesehatan.

Kami berdecak kagum dengan kecekatan panitia menangani adik-adik yang lemah secara fisik. Kesigapan panitian patut diancungi dua jempol.

Langkah kami pun menuju ke auditorium yang ada di lantai tiga, kami harus melewati tangga yang melingkar untuk sampai di atas. Di depan pintu auditorium sudah ada panitia yang berjaga, kami langsung masuk.

Ruangan penuh dengan para mahasiswa baru dari berbagai jurusan di FKIP. Semua mahasiswa baru mengenakan baju biru, Cuma beberapa orang yang mengenakan pakaian putih. Semua wajah terlihat semangat mendengarkan materi yang dibawakan dekan fkip.

““Menjadi bangsa yang besar itu dimulai dari seorang guru, siapa yang bisa jadi polisi, jaksa, dan profesi lainnya jika tidak ada guru,” ucap dekan FKIP, Djufri.

Setelah itu kami meninggalkan FKIP menuju Fakultas Kedokteran (FK). Setelah berkeliling kami pun berhenti di jurusan kedokteran gigi, dua mahasiswa berbaju hitam pun menegur kami dan setelah mengenalkan diri kami di persilahkan masuk ke dalam ruangan, di dalamnya sudah ada mahasiswa baru yang sudah dibentuk berkelompok-kelompok membentuk lingkaran.

IMG_1255
(Calon dokter gigi sedang menjalani PAKAEMARU di kampusnya didampingi mentor tiap satu kelompok/foto: Tim DETaK)

Mereka sedang membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan jurusannya. Suasana sangat tenang. Mereka mendengarkan semua yang di sampaikan oleh seniornya. Setelah mengambil gambar dari berbagai sudut ruangan. Kami pun meninggalkan FK dan kembali berkeliling.

Tujuan kami selanjutnya adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Peengetahuan Alam (MIPA), fakultas yang tedapat pohon besar didepannya ini sangat sepi terlihat dari depan. Kami pun masuk dan melihat para MABA sedah menunggu giliran masuk ke laboratorium, di sini MABA di kenalkan tentang alat, hasil praktikum dan segala sesuatu yang berhubungan dengan laboratorium.

IMG_1269
(Ilmuan muda sedang melihat-melihat laboratorium di fakultas MIPA/ foto: Tim DETaK)

“Acara ini bertujuan untuk mengenalkan jurusan dan fakultas,” kata Yudi Gebri Foenna salah seorang panitia saat berbincang dengan kru detak-unsyiah.com.

Akhirnya hari pun sudah sore dan laporan pun harus diselesaikan. Namun sayangnya perjalanan kami dan tidak sempat melihat pendidikan karakter yang paling legendaris, yaitu PAKARMARU di fakultas teknik atau akrab disebut SIKAT.

Kami  ingin masuk untuk melihat langsung SIKAT. Ternyata sudah ada peraturan tentang larangan masuk orang asing. Dengan perasaan kecewa kami pun harus pulang dan menulis laporan tanpa sempat melihat bagaimana pendidikan karakter dalam kampus engineer itu. Salam teknik yang dilakukan mahasiswa baru pun tak sempat kami lihat. Ya, mungkin lain kali kami bisa melihatnya.[]

Editor: M. Fajarli Iqbal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here