Beranda Feature Dinamika Kehidupan Mahasiswa Selama Liburan

Dinamika Kehidupan Mahasiswa Selama Liburan

BERBAGI

Beberapa minggu lalu, suasana kampus yang biasanya hingar bingar, dipenuhi oleh berbagai aktivitas belajar mengajar dan dihiasi oleh canda tawa mahasiswa mendadak menjadi sepi. Setelai ujian final selesai, sebagian mahasiswa langsung beres-beres, menyelesaikan urusan-urusan yang masih terbengkalai, mengepak baju kedalam koper, lalu pamit kepada teman-teman satu kos-an dan langsung melesat ke kampung halaman guna melepas rindu bersama keluarga dan orang-orang yang dicinta.

Akan tetapi tidak seluruhnya mahasiswa berlaku demikian. Sebagian besar masih bertahan di kerasnya kehidupan Banda Aceh. Mereka mempunyai aktivitas dan kesibukan tersendiri selama liburan, oleh karena itu mereka memilih tidak pulang kampung, baik dengan alasan ekonomi maupun karena mengikuti berbagai kegiatan organisasi mahasiswa yang masih tetap aktif meskipun di saat liburan.

Salah satu contohnya adalah Rahmad, mahasiswa Fakultas Hukum asal Bireuen yang memilih menghabiskan waktu liburannya di Banda Aceh dengan menjaga usaha rental komputer miliknya. Usaha rental komputer milik lelaki berusia 23 tahun dengan postur tubuh tinggi, hidung mancung dan rambut tegak lurus itu telah dirintisnya sejak delapan bulan yang lalu.

Iklan Souvenir DETaK

Setiap harinya Rahmad membuka rentalnya yang juga bergerak di bidang usaha fotokopy serta menjual berbagai alat tulis menulis itu mulai pukul 8.00 pagi hingga 12.00 malam. Rahmad tidak sendiri, ia dibantu oleh ketiga rekannya yang juga masih kuliah yakni Yanti, mahasiswa FKIP Matematika, Aruel, dan joule, mahasiswa IAIN. Mereka biasanya menjaga bergantian dan Rahmad lah yang mengontrol kelancaran usahanya.

Lelaki yang tinggal di Jl.Lingkar kampus Darussalam itu juga menyewakan jasa pengetikan untuk makalah, skripsi, laporan dan sebagainya dengan biaya Rp 2000 per lembar. Rahmad sangat bersyukur dapat membuka usaha rental tersebut. Setiap harinya Rahmad dapat memperoleh keuntungan lebih kurang Rp 100 ribu. Dan uang itulah yang digunakan Rahmad untuk membiayai kuliahnya dan ia juga bisa membantu rekan-rekan yang bekerja di rentalnya.

“Makanya bagi teman-teman yang membutuhkan jasa pengetikan, atau mau ketik sendiri plus langsung print dan fotokopy datang saja kesini, murah meriah kok” ujarnya sambil tertawa sementara tangannya asyik mengotak-atik keyboard dan matanya menatap tajam layar komputernya, ternyata ia tengah menyelesaikan ketikan makalah orang yang memesannya.

Disamping itu selama liburan Rahmad juga aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi seperti HIMAPA (Himpunan Mahasiswa Pembag), HIMABIR (Himpunan Mahasiswa Bireuen), itulah alasannya mengapa Rahmad betah di Banda Aceh.

Hal serupa juga dilakukan oleh Rian, mahasiswa FKIP Fisika asal simeulue yang juga menghabiskan waktu liburan dengan bekerja. Lelaki berusia 19 tahun itu bekerja membantu Pamannya menggali sumur di kawasan Mataie. Setiap harinya Rian digaji Rp 50 ribu. Ketika ditanya mengapa tidak pulang kampong Rian menjawab
”Ongkos ke Simeulue lumayan mahal, perjalanannya juga cukup jauh, lebih baik saya bekerja dan liburan disini, lumayan buat tambahan uang kuliah, pulang kampung nanti bisa waktu lebaran saja. Rindu juga sih…, tapi kan bisa ditahan, ya namanya juga mahasiswa, harus berjuang demi cita-cita.“ Ujar Rian penuh semangat.
Banyak mahasiswa yang melakukan hal serupa seperti Rahmad dan Rian selama liburan,yakni bekerja, baik sebagai penjaga toko, pelayan di warung atau di café-café, menjadi tukang bangunan, tukang cuci, menjajakan kue dan lain-lain sebagainya.

Lain halnya dengan Hamdi Fitriani, mahasiswi PSIKA angkatan 2005 dan asli Banda Aceh yang tengah menyusun skripsi. Bagi Hamdi dan mahasiswa tingkat akhir lain seperti dirinya, libur atau tidak libur tidak ada bedanya. Gadis jilbaber itu lebih sering menghabiskan waktunya di perpustakaan, membaca buku dan mengotak-atik leptop, berselancar di dunia maya guna mencari bahan atau informasi-informasi yang berguna untuk penyusunan skripsinya.

“Selain itu saya juga meluangkan waktu untuk mengajari anak-anak mengaji di TPA Desa Blang Krueng, gampong saya, ” tambahnya lagi.

Jadi ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa selam liburan.. Liburan bukan berarti bersantai-santai dan keluyuran dengan tujuan yang tidak jelas. Selain bekerja kita juga dapat mengisinya dengan membaca-baca buku di perpustakaan, mengikuti berbagai kegiatan organisasi dan hal-hal positif serta bermanfaat lainnya agar liburan tidak sia-sia.

Saat ini di Unsyiah, masa liburan masih berlangsung. Akan tetapi tidak di beberapa tempat seperti BNI, PUSTAKA, dan Gelanggang Mahasiswa. Di BNI mahasiswa sibuk mengabtri untuk membayar uang SPP, di gelanggang dan UKM-UKM, mereka masih sibuk berkreativitas dan di Pustaka Unsyiah-lah pusat keramaiannya. Mahasiswa datang berbondong-bondong bukan untuk membaca, akan tetapi melihat tanskrip nilai yang mereka peroleh di semester ini.

Di depan komputer lantai dua pustaka itulah mereka berkerumun dan tiba-tiba menjerit kegirangan melihat IP nya bagus, dan sebaliknya pulang dengan wajah merengut melihat nilainya dihiasi oleh bayak huruf D dan E. Beginilah dinamika kehidupan mahasiswa Universitas Syiahkuala.

Namun begitu, sebagian besar mahasiswa tetap memilih bertahan di Banda Aceh karena mengikuti perkuliahan semester pendek (SP). Tujuan mahasiswa juga berbeda-beda, selain untuk memperbaiki nilai, beberapa mahasiswa mengaku terpaksa mengambil SP karena tidak ingin pulang kampung.

Amri, misalnya, dia mengaku sengaja mengambil SP karena jika dikampung tidak ada aktifitas yang dapat dikerjakan. “Yah daripada duduk tidur dikampung, mending saya mengambil sp saja. Hitung-hitung untuk mempercepat kuliah,” ungkap mahasiswa Fakultas Hukum ini.

DETaK | Rini Susanti dan Zurriyati