Beranda Artikel Waspada! Empat Penyakit Ini Dapat Dipicu oleh Stres

Waspada! Empat Penyakit Ini Dapat Dipicu oleh Stres

(Foto: Ist.)
loading...

Artikel | DETaK

Stres pasti pernah dirasakan oleh siapa saja. Anda pernah merasa mudah marah, gelisah, frustrasi, kesepian, sulit menenangkan pikiran, atau kerap berpikir negatif? Jika demikian, bisa jadi Anda mengalami stres. Namun, apa itu stres?

Stres adalah suatu situasi yang mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan ketidaksesuian antara tuntutan fisik maupun psikologis dari situasi dengan sumber daya yang berupa system biologis, psikologis, maupun sosial (Lazarus dan Folkman, 1984). Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Selye, 1956).

loading...

Stres bahkan diketahui sebagai akar dari berbagai penyakit serius yang bias menimpa Anda. Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang yang bias dipicu oleh stres:

Penyakit Jantung

Saat stres, tekanan darah meningkat. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan seseorang berisiko terkena penyakit jantung. Ketika tekanan darah tinggi, maka aliran darah tidak lancar, sehingga bisa saja menimbulkan gangguan pada kerja jantung. Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor risiko dari serangan jantung, gagal jantung, bahkan stroke. Depresi juga terbukti menjadi faktor risiko untuk penyakit jantung koroner (Kinder, Kamarck, Baum, & Orchard, 2002).

Membuat mulut ingin selalu mengunyah, bahkan di saat kenyang. Hal ini terkait dengan tingginya hormon kortisol ketika stres terjadi, dan tidak ada gairah untuk melakukan aktivitas lain.

Ketika stres, seseorang cenderung mencari pelarian dengan melakukan kebiasaan buruk. Tak hanya makanan, orang yang mengalami stres akan mencari pelarian lain yang membuat dirinya nyaman, seperti konsumsi alkohol dan merokok. Kebiasaan buruk tersebut tentu semakin meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, tak hanya penyakit jantung saja seperti:

Diabetes

Stres menyebabkan produksi berlebih pada hormon Kortisol. Kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek Insulin dan menyebabkan kadar Glukosa darah tinggi. Jika seseorang mengalami stres berat yang dihasilkan dalam tubuhnya, maka Kortisol yang dihasilkan akan semakin banyak. Ini akan mengurangi sensivitas tubuh terhadap Insulin.

Hormon Kortisol merupakan musuh dari Insulin sehingga membuat Glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan Glukosa darah. Stres dapat meningkatkan kandungan Glukosa darah karena stres menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin.

Ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati, sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam beberapa menit. Hal inilah menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah saat stres atau tegang.

Memperlambat Proses Penyembuhan Luka

Stres akan merangsang aktivitas saraf simpatis, akibatnya tubuh akan memproduksi adrenalin dan kortisol. Dua hal ini dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Kemudian adrenalin yang diproduksi tubuh akan membuat pembuluh darah menyempit, akibatnya aliran darah ke daerah yang luka.

Sementara itu kortisol menghambat pergerakan sel fibroblast serta jaringan lain untuk melakukan regenerasi. Kortisol juga menghambat fungsi sel yang bertugas untuk membersihkan luka dari bakteri, yang kemudian luka akan lebih lama terbuka dan risiko infeksi pun meningkat.

Sakit Kepala

Tubuh membaca stres sebagai sebuah ancaman. Untuk melindungi dirinya, tubuh akan melepaskan sekelompok hormon stres seperti adrenalin, kortisol, dan norepinerfin dalam jumlah banyak. Hormon-hormon ini bekerja mematikan fungsi-fungsi tubuh yang sedang tidak diperlukan, misalnya pencernaan.

Di saat yang bersamaan, hormon adrenalin dan kortisol menyebabkan peningkatan detak jantung dan pelebaran pembuluh darah untuk mengalirkan darah ke bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon secara fisik, seperti kaki dan tangan. Karena jantung memusatkan aliran darahnya ke bagian bawah tubuh,otak jadi tidak mendapatkan asupan darah beroksigen yang cukup, Akibatnya fungsi otak menurun. []

Penulis bernama Faisal Ali. Ia merupakan mahasiswa Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Editor: Herry A.