Beranda Artikel Mengapa Perilaku Merokok pada Remaja Semakin Meningkat?

Mengapa Perilaku Merokok pada Remaja Semakin Meningkat?

(Foto: Ist.)

Artikel | DETaK

Bukan hal yang mengejutkan lagi di zaman sekarang ini kita menemukan siswa SMA dan SMP, bahkan SD sudah mulai merokok.

Hasbullah Thabrany, Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Indonesia dari harian Kompas menyebutkan angka usia pertama kali merokok pada kelompok umur 15-19 tahun meningkat dari 33,1 persen pada tahun 2007 menjadi 43,3 persen pada tahun 2010. Begitu juga pada kelompok usia 10-14 tahun di periode yang sama, meningkat dari 10,3 persen menjadi 17,5 persen.

Seperti yang dilansir dari Tribun Pontianak, telah ditemukan juga 3 orang pelajar yang nongkrong di warung kopi masih menggunakan seragam sekolah dan tampak asyik menghisap rokok.

Fenomena serupa juga dikabarkan dari GoAceh.co bahwa ditemukan belasan siswa SMP dan SMA di Kabupaten Aceh Barat Daya berada di sejumlah kafe di kawasan pantai dengan masih menggunakan seragam dan kedapatan sedang merokok dalam razia rutin oleh personel Satpol PP pada awal Maret 2017 kemarin.

Lantas apa yang sebenarnya menjadi penyebab perilaku merokok pada pelajar saat ini?

Menurut sebuah penelitian dari Rachmat, Thaha, dan Syafar pada tahun 2013 menyebut bahwa interaksi keluarga, interaksi dengan kelompok sebaya, dan iklan rokok dapat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paavola, Vartiainen, dan Haukkala pada tahun 2004, menyebutkan bahwa keadaan sosial ekonomi orang tua yang terdiri dari tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan juga memegang peranan penting dalam perilaku merokok. Pada banyak negara berkembang, prevalensi perilaku merokok menjadi lebih besar pada kelompok sosial ekonomi rendah.

Selain itu, penelitian oleh Booker, Gallaher, Unger, Olson, dan Johnson (2004) menambahkan bahwa perilaku merokok pada remaja juga berhubungan dengan peristiwa penuh stres dalam kehidupan sehari-hari.

Stres merupakan suatu tuntutan penyesuaian yang menghendaki individu untuk meresponnya secara adaptif. Apabila individu tersebut kurang mampu mengadaptasikan dirinya dengan tuntutan-tuntutan atau masalah-masalah yang muncul, maka individu tersebut akan cenderung mengalami stress.

Finkelstein, Kubzansky, dan Goodman (2006) menemukan bahwa kejadian penuh stres yang paling sering dihadapi para remaja adalah hal-hal yang berhubungan dengan sekolah (seperti keharusan belajar untuk menghadapi ujian, dan mendapat nilai buruk), teman sebaya (seperti berdebat dengan teman), dan hal-hal pribadi (seperti gangguan tidur, keharusan bangun lebih pagi, dan sakit). Masa remaja juga merupakan masa dimana seorang individu menghadapi masalah untuk pertama kalinya, seperti masalah berat badan, jerawat, menstruasi, tekanan sekolah, kebosanan, tekanan dari teman sebaya, masalah finansial, dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut menyebabkan remaja sangat rentan menghadapi stres.

Penelitian oleh Komasari dan Helmi (2000) menemukan bahwa perilaku merokok erat kaitannya dengan kondisi emosi. Kondisi yang paling banyak menyebabkan perilaku merokok yaitu ketika seorang remaja berada dalam tekanan (stres). Konsumsi rokok ketika stres merupakan upaya pengatasan masalah yang bersifat emosional yang dialihkan terhadap perilaku merokok. Booker, dkk (2004) menemukan bahwa para remaja yang tingkat stresnya tinggi lebih mungkin memiliki tingkat merokok yang tinggi dibandingkan mereka yang tingkat stresnya rendah.  Disamping itu, Finkelstein,Kubzansky, dan Goodman (2006) menemukan bahwa tingkat stres yang tinggi berakibat terhadap meningkatnya risiko untuk merokok.

Jadi, stres memang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja.  Untuk itu, bagi para orangtua sebaiknya memahami masalah-masalah yang dimiliki remaja dan membantu remaja mengatasinya. Begitu juga dengan para remaja, sebaiknya jika memiliki masalah maka ceritakanlah pada orang-orang terdekat yang dipercaya. Selain bisa membantu mendapatkan solusi, juga akan terhindar dari perilaku tidak baik seperti merokok.

Penulis bernama Intan Novianti. Ia merupakan mahasiswi jurusan Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Editor: Mohammad Adzannie Bessania

Comments

comments