Beranda Artikel Laki-Laki Lebih Mudah Mengingat Rute Dibandingkan Perempuan, Mitos atau Fakta?

Laki-Laki Lebih Mudah Mengingat Rute Dibandingkan Perempuan, Mitos atau Fakta?

Ist.

Oleh: Nurul Ismi

Para peneliti seringkali mengamati perbedaan gender terkait komponen spesifik dari kemampuan kognitif, namun perbedaan gender yang paling sering dan paling konsisten ditemukan adalah pada kemampuan spasial (Reilly & Neumann, 2013). Salah satu kemampuan spasial dasar adalah wayfinding, termasuk di dalamnya kemampuan untuk merencanakan rute (ability to plan routes) dan menyusuri jalan (navigate a lansdscape) (Burke, Kandler, & Good, 2012).

Wayfinding didefinisikan sebagai sebuah kemampuan untuk mengidentifikasi sebuah lokasi dan mampu menyusuri lokasi yang tidak terlihat dalam lingkungan. Wayfinding dibutuhkan ketika kita diharuskan pergi menuju lokasi yang baru atau melewati rute yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari. Faktanya dalam sebuah studi literatur, Coluccia dan Louse (dalam Merrill, Roskos, & Steele, 2016) melaporkan bahwa 61 % penelitian wayfinding yang membandingkan performansi antara laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa wayfinding pada laki-laki lebih baik, karena memiliki kemampuan visual short-term working memory yang lebih baik dibandingkan wanita. Laki-laki lebih sering menggunakan informasi Euclidian, seperti arah mata angin, jarak yang tepat, dan lebih akurat dalam menjelaskan arah dibandingkan wanita dalam mempelajari rute yang ada di peta (Merrill, Roskos, & Steele, 2016).

Kami mengadakan survei terkait cetak skripsi. Silakan buka halaman ini.

Halpern (dalam Wilder, 1996) menjelaskan secara biologis bahwa terdapat 3 sistem yang mempengaruhi perbedaan kemampuan laki-laki dan perempuan dalam memahami rute jalan. Pertama, gen atau kromosom yang menentukan perilaku terkait gender. Kedua, perbedaan sekresi hormon seksual yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Perempuan dengan tingkat testosteron prenatal yang tinggi mendapatkan skor yang rendah pada tes kemampuan spasial. Hormon perempuan yang lebih kuat dibandingkan laki-laki juga menyebabkan perempuan secara alami lebih baik dalam tugas-tugas yang sederhana, sedangkan laki-laki lebih unggul dalam tugas yang kompleks. Mekanisme hormonal juga dipengaruhi oleh perbedaan tingkat kematangan fisik, usia pubertas, konsentrasi androgen saat pubertas, dan konsentrasi hormon kritis pada saat pubertas. Ketiga, perbedaan struktur, organisasi, dan fungsi otak, sehingga perbedaan kemampuan spasial antara laki-laki dan perempuan dapat dijelaskan dari fungsi kognitif hemisfer kiri atau hemisfer kanan di otak. Prenatal androgens pada laki-laki diperkirakan dapat memperlambat perkembangan hemisfer kiri, sehingga laki-laki lebih dominan di bagian hemisfer kanan dibandingkan perempuan, dan tugas yang berhubungan dengan kemampuan spasial berada di bagian hemisfer kanan dari otak manusia (Miller & Halpern, 2013).

Dimensi lainnya yang dapat menjelaskan mengapa laki-laki lebih mudah mengingat rute dibanding perempuan di antaranya pekerjaan, keterlibatan dalam berbagai aktivitas, dan kapasitas remediasi yang mereka miliki. Meskipun beberapa temuan menunjukkan bahwa hormon dan gen yang mempengaruhi kemampuan spasial, namun perubahan sosial dan perilaku interpersonal dapat menyediakan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan kecerdasan spasial mereka. Perspektif ini menyediakan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan fungsi kognitif yang dapat membawa mereka menuju kehidupan yang lebih produktif dalam masyarakat yang kompleks. Domain sosial dan psikologis menawarkan tempat yang baik untuk mengembangkan perubahan kemampuan spasial dalam diri individu (Wilder, 1996).

Pengalaman yang diperoleh sebelumnya juga menentukan kemampuan spasial yang lebih baik pada laki-laki dikarenakan penggunaaan strategi yang berbeda dalam mengingat rute. Laki-laki lebih sering menggunakan strategi survei atau konfigural (misalnya barat, utara, selatan, timur) yang lebih berorientasi secara spasial dalam pendekatan memahami, manipulasi, dan mengintegrasikan hubungan spasial dan rute, sedangkan perempuan biasanya menggunakan label verbal seperti arah kiri atau kanan (Wilder, 1996). Proses wayfinding laki-laki juga menunjukkan adanya peningkatan aktivasi dari wilayah memori kerja spasial di hemisfer kanan, sedangkan perempuan lebih kepada pemrosesan mekanisme verbal-analitis pada hemisfer kiri (Merrill, Roskos, & Steele, 2016). Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya terdapat fakta yang membuktikan bahwa kemampuan spasial yang lebih baik pada laki-laki menyebabkan sebagian besar laki-laki lebih mudah mengingat rute dibandingkan perempuan.

Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Unsyiah angkatan 2014, yang juga aktif sebagai Ketua PDSM Himpunan Mahasiswa Psikologi Unsyiah (Himapsi)

Editor: Dinda Triani