Beranda Terkini Rafli Kande: Demokrasi Bertentangan dengan Syariat Islam

Rafli Kande: Demokrasi Bertentangan dengan Syariat Islam

BERBAGI
Foto bersama BEM Unsyiah bersama Rafli Kande seusai materi pada kegiata upgrading BEM Unsyiah 2018. 3/3/18 (Novita Sari Sahputri/ DETaK)

Maisyarah Rita | DETaK

Aceh Besar – Rafli Kande yang diundang sebagai salah satu pembicara dalam sesi materi wawasan kebangsaan dan syariat Islam “Revitalisasi Pergerakan Mahasiswa untuk Unsyiah Bermartabat” menyampaikan bahwa demokrasi bertentangan dengan syariat Islam, pada Sabtu, 3 Maret 2018 di aula gedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sibreh, Aceh Besar.

Menurut seniman dan juga politikus ini,  demokrasi bertentangan dengan syariat Islam, karena kancah demokrasi saat ini, banyak disisipi kepentingan yang ambisius. Ia menambahkan bahwa esensi realistis, bahwa demokrasi dirasuki sebagai ajang untuk menonjolkan kepiawaian personalitas.

Iklan Souvenir DETaK

“Panggung politik itu sulit bersilaturahmi untuk menceritakan kegelisahan, harapan, dan ikhtiar untuk pengabdian ke masyarakat,” ungkap Rafli mengenang pengalamannya dimasa pemilu DPD 2005 lalu.

Menyahuti kondisional permasalahan demokrasi tersebut, Rafli memberikan solusi bagaimana agar demokrasi bisa didinamiskan dengan nilai-nilai kearifan syariat Islam.

“Korelasi antara demokrasi dan syariat Islam saya tidak paham, tapi bagaimana kita menghadapi kondisi demokrasi dengan mendinamiskan kearifan syariat Islam di dalamnya,” tambah seniman yang mendapat penghargaan sebagai Duta Perdamaian Aceh 2005 lalu.

Disela-sela pemaparannya, Rafli memberikan wejangan yang dilantunkannya melalui nyanyian.

“Hai muda, arif budiman hasilkan kemudi dengan pedoman, alat perahumu jua kerjakan, itulah jalan membetuli insan,” lantun Rafli menjaga suasana kegiatan tetap hidup.

Rafli juga turut menyebutkan bahwa semangat  mahasiswa merupakan energi untuk dirinya. Maka dari itu ia mengharapkan semangat  mahasiswa untuk tetap hidup dengan jiwa kepedulian yang alami.

“Dunia merindukan re-naturalisasi, orang-orang merindukan sesuatu yang natural, orang sudah gelisah dengan post modern, karena segala sesuatunya direkayasa,” wejang Rafli

“Orang-orang internasional menanyakan tentang suguhan ciri khas dari daerah saya, saya ceritakan tentang alaminya lingkungan dan harmonisnya tatanan kehidupan dan kebudayaan saya yang mengakar dari kaidah yang diatur oleh agama saya, orang asing tersebut langsung memotong pembicaraan saya dengan ‘Saya akan datang, karena dengan kealamian saya meyakini adanya kebahagiaan’,” pungkas Rafli yang disambut gemuruh tepuk tangan peserta bersemangat.

Sebelum mengakhiri sesi materi, Alfian selaku moderator kegiatan memberikan sejumlah motivasi untuk membangun kesadaran peserta pelatihan.

“Buta rasanya jika kuliah untuk mengejar IPK. Setiap kita punya peran untuk permasalahan yang dihadapi negeri ini,” seru Alfian sontak dengan semangat ‘Hidup Mahasiswa!’. []

Editor: Dhenok Megawulandari