Beranda Terkini BNPT-FKPT Cegah Anak Bangsa dari Paham Terorisme-Radikalisme Melalui Kegiatan Ini

BNPT-FKPT Cegah Anak Bangsa dari Paham Terorisme-Radikalisme Melalui Kegiatan Ini

BERBAGI
Abdul Karim saat menyampaikan kata sambutan di kegiatan Literasi Digital BNPT dan FKTA Aceh 2018. 15/3/18 (Maisyarah Rita/DETaK)

Masiyarah Rita | DETaK
Banda Aceh-Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh menyelenggarakan kegiatan Literasi Digital Sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat 2018, pada Kamis, 15 Maret 2018 di Hotel Mekah, Banda Aceh.

Ketua Panitia Pelaksana, Ramdan menyampaikan bahwa tujuan penyelenggaraan kegiatan dimaksudkan untuk membentuk suatu wadah pembelajaran guna memahami bentuk-bentuk ancaman,  dan dapat bersama-sama membuat konten positif di sosial media nantinya.
“Karena faktanya media hari ini terpenuhi konten-konten negatif yang dapat mengubah pola pikir generasi muda,” ungkap Ramdan.

Kemudian lebih lanjut, pencapaian tujuan kegiatan adalah untuk mereduksi  ancaman radikalisme yang berkembang pesat di internet. Hal tersebut diperkuat oleh Kombes Pol. Ignatius Sigit Widiatmono sebagai Direktur Pembinaan Kemampuan pada  Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Indonesia.

Iklan Souvenir DETaK

Dalam kegiatan diskusi yang dihadiri oleh 105 peserta tersebut, Ignatius menyampaikan bahwa informasi paham radikalisme dan terorisme saat ini sudah dengan sangat subur merambah di ranah masyarakat, oleh karena itu diperlukan solusi sinergitas setiap elemen untuk membendung informasi yang memuat konten berbau paham berbelok.

“Kunci pertama perlunya sinergi seluruh elemen bangsa dan silaturahmi yang kuat antar pejabat dengan masyarakat, kedua penguatan kearifan lokal masyarakat, bertumpu pada tokoh masyarakat, nilai2 budaya dan kearifan lokal tidak ada yg compatible dengan terorisme dan radikalisme,” tutur Ignatius.

Menurutnya, Indonesia senantiasa didampingi terorisme sejak orde baru hingga saat ini, oleh karena itu ia berharap agar segala informasi yang diterima agar dapat disikapi dengan tindakan 3T, yakni:
Tidak begitu saja menerima
Tidak menyebarluaskan informasi begitu saja
Tidak mudah emosi dan sumbu pendek

“Bergesernya karakter masyarakat dr toleran menjadi intoleransi menjadi radikalisasi dan berakhir pada bom bunuh diri, tidak mau menerima perbedaan, menganggap diri paling benar, ini jadi efek akibat paham radikalisme,” lanjutnya.

Acara yang dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Keistimewaan Aceh, SDM dan Hubungan Kerjasama, Abdul Karim menyebutkan bahwa kecepatan informasi yang kita terima saat ini, mengakibatkan hilangnya sekat antara dunia nyata dan maya,

“Kecepatan informasi seperti koin, bisa memberi efek baik dan buruk, meluasnya hoax, cyber bullying, kuatnya ungkapan kebencian, pornografi dan kekerasan, terorisme, pedofilisme,” ujar Abdul

Oleh karenanya ia beranggapan bahwa mengampanyekan literasi digital, yang diartikan sebagai kemampuan mengakses, mengelola, mengintegrasikam, dan memfiltarasi segala informasi yang beredar di dunia digital.
“Generasi muda harus bijak untuk menyikapi pemberitaan yang beredar, berpotensi mempengaruhi brand worst untuk generasi yang belum siap, sehingga literasi digital harus ditingkatkan,” pentingya.

Abdul juga memaparkan sejumlah fakta pelaku gerakan literasi digital sejak tahun 2010, sebanyak 56,42% dimotori oleh Perguruan tinggi.
“Perguruan tinggi merupakan  motor utama gerakan littearsi, kedepannya peran ini semakin dapat ditingkatkan sebagai bentuk aplikasi tri darma perguruan tinggi,” harap Abdul segera mengakhiri sambutannya.

Terakhir, Abdul berpesan agar gerakan menggelorakan semangat literasi tetap hidup, untuk meningkatkan kesadaran publik akan penggunaan informasi digital di setiap pelosok daerah. []

Editor: Fazrina Nabillah