Beranda Terhangat Proses Evakuasi Bangkai Paus yang Terdampar di Pantai Aceh

Proses Evakuasi Bangkai Paus yang Terdampar di Pantai Aceh

BERBAGI
Proses evakuasi bangkai paus di pantai Ujong Kareng, Aceh Besar. 14/11/17 (Muktariza [AM]/ DETaK)

Muktariza [AM] | DETaK

Aceh Besar- Sehari setelah kabar terdamparnya sekawanan paus sperma di bibir pantai Aceh, tepatnya di pantai Ujong Kareng, kecamatan Masjid Raya-Aceh Besar pada Senin, 13 November 2017 beredar, sontak kabar tersebut menjadi buah bibir khalayak ramai, mulai dari jejaring sosial hingga media kabar lainnya. Dalam laporan terakhir, 4 dari 10 paus sperma yang terdampar ditemukan mati dalam proses evakuasi pada Selasa, 14 november 2017

Hewan mamalia ini sudah mulai dievakuasi sejak siang hari setelah dipastikan mati oleh tim evakuasi pada malam hari sebelumnya. Proses evakuasi turut ditangani oleh pihak instansi terkait seperti Satgas Polda, WWF,  TNI AL dan pihak BP2IP Malahayati dan BKSDA Aceh, PSDKP, PKSL, KOFAKAHA FKH unsyiah, FKH, FKP Unsyiah, BASARNAS, dan nelayan sekitar untuk menguburkan bangkai paus. Sejak awal ditemukan,  sekawan paus yang terdampar ini memang berada dalam keadaan luka akibat gesekan karang dan 2 diantaranya dalam kondisi kurang sehat.

Iklan Souvenir DETaK

Menurut informasi yang diperoleh dari Maimunah, salah seorang warga sekitar kejadian terdamparnya paus, menyebutkan bahwa kejadian tersebut bermula pada saat seorang nelayan melihat mamalia laut ini terdampar sejak pukul 09.00 WIB pada Senin pagi, yang mana pada saat itu ombak air laut masih surut sehingga paus ini tergeletak di atas pasir bibir pantai.

Proses evakuasi dimulai dengan cara menarik ekor paus tersebut mengunakan perahu, setelah sebelumnya terlebih dahulu digiring ke tengah, menjauhi bibir pantai dan memastikan agar kulit paus tetap terjaga kelembapannya. Namun sayang, proses pengevakusi kurang berjalan dengan baik, diakibatkan banyak karang di lokasi kejadian yang mengakibatkan luka pada tubuh mamalia tersebut, hingga saat malam akhirnya 4 paus dinyatakan tewas di lokasi pantai .

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji menuturkan bahwa dari 10 paus yang terdampar ini memiliki luka akibat gesekan karang. Namun menurutnya, 2 ekor paus berada dalam kondisi sakit dan setelah proses evakuasi berlangsung dari 10 paus, 4 paus diantaranya kembali terdampar setelah sebelumnya digiring menggunakan perahu.

“Satu paus memang dalam kondisi sakit sedangkan 2 lainnya kembali terdampar dengan sendirinya, namun 1 yang terakhir kembali ke tepian secara mendadak mengampiri kawanan paus lain sehingga terdampar kembali,” jelasnya.

Setelah dinyatakan tewas pada pukul 14.00 WIB, proses penanaman bangkai paus ini dilakukan pada Selasa sore dengan menurunkan 2 alat berat untuk menarik serta mengali lubang penguburan bangkai paus. Penggalian lubang dilakukan tidak jauh dari bibir pantai tempat paus terdampar, berada pada jarak sekitar 150 m dengan kedalaman 3 m. Sebelum proses penguburan dilakukan, pihak FKH Unsyiah terlebih dahulu mengambil sampel bagian paus untuk pengecekan lanjutan.

“Dalam proses pengkuburan ini 4 bangkai paus yang terdampar ini  ditarik dari berbagai sudut dikarenakan terpencar menjadi 3 tempat sehingga diperlukan alat berat untuk mengakatnya, taksiran dari bobot masing masing paus berkisar 4-5 ton,” kata Aji.

Namun setelah paus ini diangkat hendak diletakkan ke dalam lubang penguburan,  paus tersebut masih mengeluarkan darah segar serta berbau anjir dan amis,  sehingga banyak warga yang menjauh dari bibir pantai. Diperkirakan bau tersebut berasal dari hasil pembusukan tubuh paus.

Menurut himbauan ahli Forensik di lokasi, jarak pengunjung dari paus semestinya dijaga, dengan tujuan mencegah terjadinya kontaminasi bakteri yang berbahaya. Namun, penyuluhan ini kurang efektif dan tidak mendapat perhatian dari warga yang ramai berkunjung dengan membawa anak, sehingga menjadi kurang terawasi, padahal di sekitar area sudah terpasang garis polisi juga untuk mengelilingi tubuh bangkai paus. Bahkan sehari sebelumnya, darah dari paus ini banyak bercucuran di tepi pantai dan menyebabkan larangan mandi di pantai sempat diberlakukan oleh beberapa pihak instansi terkait namun kurang diindahkan juga.

Hingga larut malam, proses evakuasi belum juga dapat terselesaikan, seluruh pihak masih berada di lokasi untuk terus melakukan proses penguburan. []

Editor: Maisyarah Rita