Beranda Suara Mahasiswa Alumni dan BCA Kecam Aksi Skorsing Mahasiswa Unsyiah

Alumni dan BCA Kecam Aksi Skorsing Mahasiswa Unsyiah

Ilustrasi (Masridho Rambey dan Muhammad Chalid Isra/DETaK)
Ilustrasi (Masridho Rambey dan Muhammad Chalid Isra/DETaK)

Suara Mahasiswa | DETaK

Oleh Agus Rijal

Hukuman yang menimpa sejumlah mahasiswa FISIP dan Psikologi Unsyiah berupa skorsing satu semester kepada 10 mahasiswa pada tanggal 8 September 2015 yang menyelenggarakan kegiatan silaturahmi terhadap mahasiswa baru beberapa hari lalu mendapat kecaman dari berbagai pihak, setelah sebelumnya sikap skorsing dari pihak rektorat itu ramai di sejumlah media sosial, seperti twitter dan sampai dimuat di media cetak Serambi Indonesia, juga mendapat kecaman keras dari ratusan Alumni dari perantauan, salah satunya dari ratusan Alumni Unsyiah di tanah Borneo (Kalimantan) yang tergabung dalam Borneo Community of Alumni Unsyiah (BCA Unsyiah), yang disampaikan oleh anggota BCA Unsyiah Agus Rijal Alumni Angkatan 2007. Berikut adalah tulisan yang diterima detak-unsyiah.com Jumat, 9 September 2015.

Kami mengecam sikap pihak penguasa kampus Jantong Hatee Rakyat Aceh yang sampai mengeluarkan hukuman skorsing kepada sejumlah mahasiswa saat penyelenggaraan kegiatan silaturrahmi kepada mahasiswa baru, seharusnya solusi seperti ini tidak perlu terjadi di Aceh khususnya kampus nomor satu itu, kegiatan mahasiswa m2emang harus di back up dan dikontrol supaya tidak terjadi hal-hal yang melenceng dari sifat silaturrahmi itu sendiri, namun upaya pengontrol ini sudah keterlaluan, ini berlebihan ketika yang seharusnya di skor itu mahasiswa-mahasiswa pemakai narkoba, pelanggar syariat, pembunuhan, bukan mahaiswa yang menyelenggarakan silaturrahmi seperti ini, seharusnya semua pihak yang menjabat di Unsyiah bisa melakukan musyawarah dengan mahasiswa terkait solusi apa yang ingin ditempuh agar peraturan Dikti tidak cacat dan kegiatan silaturrahmi pun bisa diselenggarakan.

Seharusnya pihak penguasa kampus bisa dengan melibatkan semua pihak termasuk Alumni, apabila Rektor, Pembantu Rektor, Dekan-dekan di seluruh Fakultas di Unsyiah terkekang dengan peraturan Dikti yang mengatur larangan kegiatan mahasiswa dan akan menghilangkan jabatannya jika melakukan pelanggaran, maka hal ini bisa dibicarakan bersama, Universitas Syiah Kuala itu bukan milik Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, dan Dosen-dosen, tapi kampus itu milik Semua Kita Rakyat Aceh, Kampus itu milik orang tua–orang tua dari mahasiwa yang mendapat skorsing hingga menghanguskan SPP 1 semester.

Bayangkan bagaimana sedihnya orangtua dari mahasiswa tersebut mendapat kabar seperti itu, Kampus adalah tempat mendidik, belajar Etika, Disiplin, bermasyarakat, Kampus itu mencetak manusia yang akan memanusiakan manusia lain, bukan mencetak robot yang memiliki remote control dan bisa diarahkan kemana saja, nantilah kalian mahasiswa-mahasiswa yang akan lulus bisa merasakan sendiri di dunia kerja bagaimana fungsinya didikan robot atau manusia. Karenanya kita berharap khususnya kepada Rektor dan Dekanan di seluruh fakultas Unsyiah, cobalah untuk mencari solusi-solusi yang lebih arif, jangan terkesan emosional ketika menerapkan suatu keputusan, sikap iegas itu jangan salah diartikan dan berharap rektor membatalkan skorsing itu dan mahasiswa yang sudah di skorsing bisa kembali kuliah seperti biasa.[]

Penulis adalah Agus Rijal, Alumni Fakultas Teknik Unsyiah angkatan 2007, anggota BCA Unsyiah (Borneo Community of Alumni Unsyiah).

Editor: Riska Iwantoni

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here