Beranda Siaran Pers Unsyiah Kukuhkan Tiga Guru Besar Baru

Unsyiah Kukuhkan Tiga Guru Besar Baru

BERBAGI

Siaran Pers | DETaK

Rektor Unsyiah, Samsul Rizal bersama tiga guru besar yang baru. (Dok. Unsyiah)

Darussalam – Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) kembali mengukuhkan tiga guru besar baru dalam Rapat senat terbuka yang dipimpin oleh Rektor Unsyiah, Prof. Dr, Ir. Samsul Rizal, M. Eng. Acara ini berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Selasa (24/02). Ketiga guru besar tersebut adalah Prof. Dr. Adwani, S.H.,M.Hum, Prof. Dr. drh. Darmawi, M.Si., dan Prof. Dr. Muchlisin Z.A., S.Pi, M.Sc.

Pengukuhan ketiga guru besar yang baru ini, menjadikan jumlah total guru besar di Unsyiah menjadi 44 orang. Jumlah tersebut tersebar di Fakultas Ekonomi tujuh orang. Fakultas Kedokteran Hewan tiga orang. Fakultas Hukum lima orang. Fakultas Teknik Sembilan orang. Fakultas Pertanian sebelas orang. Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan lima orang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam satu orang, serta Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan berjumlah tiga orang.

Iklan Souvenir DETaK

Rektor Unsyiah, Samsul Rizal dalam sambutannya juga mengungkapkan, meskipun terjadi penambahan jumlah guru besar di Unsyiah, namun jumlah tersebut masih jauh dari mencukupi kebutuhan yang ideal untuk sebuah perguruan tinggi. Jika dibandingkan dengan jumlah dosen Unsyiah, yang saat ini mencapai 1.506 orang. Maka persentase jumlah guru besar Unsyiah masih belum mencapai tiga persen.

Saat ini sumber daya dosen di Unsyiah masih didominasi oleh mereka yang jabatan fungsionalnya Lektor, yaitu sebanyak 34,2%. Sementara jumlah jabatan fungsional Lektor Kepala sebanyak 32,9% dan jabatan asisten ahli sebanyak 24,2%. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, maka sebagian besar dari tenaga pengajar Unsyiah, yaitu sebanyak 69,3 %, telah memiliki gelar magister. Sementara itu, hanya 24,6% yang telah menyelesaikan pendidikan doktor (S3). Meskipun demikian, saat ini beberapa tenaga pengajar Unsyiah tengah menempuh pendidikan mereka baik di dalam maupun di luar negeri.

Masing-masing Guru Besar yang baru ini menyampaikan orasi ilmiahnya di hadapan anggota senat serta hadiran yang hadir. Prof. Dr. Adwani, S.H.,M.Hum, yang tampil pertama kali, menyampaikan orasi ilmiahnya dengan judul “Perlindungan Terhadap Korban dalam Daerah Konflik Bersenjata Menurut Perspektif Hukum Humaniter Internasional”.

Lalu, Prof. Dr. Muchlisin Z.A., S.Pi, M.Sc yang tampil berikutnya menyampaikan orasi ilmiahnya denganjudul. “Refleksi Kondisi Perikanan Aceh untuk Menata dan Menyongsong Masa Depan Aceh yang Gemilang”. Selanjutnya, orasi ilmiah yang terakhir disampaikan oleh Prof. Dr. drh. Darmawi, M.Si., dengan judul “Pengembangan Teknologi Immunoglobin Yolk sebagai Alternatif Immunodiagnostik dan Pengendalian Penyakit pada Hewan dan Manusia”

Secara khusus Rektor Unsyiah menyampaikan betapa pentingnya kepakaran ketiga guru besar ini bagi Indonesia khususnya Aceh. Fokus kajian Prof. Dr. Adwani, S.H.,M.Hum misalnya, terhubung langsung dengan prespektif hukum humaniter internasional, terhadap perlindungan para korban yang berada di daerah konflik bersenjata, seperti daerah Aceh beberapa tahun lalu. “Oleh karena itu, kepakaran ini merupakan salah satu intrumen penting bagi Indonesia apalagi Aceh,” ujarnya.

Begitu pula dengan kepakaran Prof. Dr. drh. Darmawi, M.Si menjadi sangat penting saat ini. Karena berbagai permasalahan yang terhubung langsung dengan kesehatan hewan dan manusia dapat terselesaikan jika mengacu kepada keilmuan yang dimiliki Prof. Dr. drh. Darmawi, M.Si. “Paling tidak, setelah mengetahui bahwa penelitiannya tentang pengembangan teknologi antibodi utama pada ayam, dapat diaplikasikan untuk immunodiagnostik, pencegahan dan pengobatan penyakit tertentu pada hewan dan manusia,” ungkap Rektor.

Sementara itu, kepakaran Prof. Dr. Muchlisin Z.A., S.Pi, M.Sc juga sangat dibutuhkan saat ini. Alasannya, karena bidang penelitiannya berhubungan langsung dengan fokus kebijakkan pembangunan pemerintah saat ini. Yaitu pengembangan potensi kemaritiman. “Secara khusus, hasil riset ini juga sangat diperlukan untuk pengembangan sumber daya alam di Aceh,” Rektor mengapresiasi.[]

Editor: Riska Iwantoni