Beranda Siaran Pers University Network for Peace, Momentum untuk PT Se-Aceh

University Network for Peace, Momentum untuk PT Se-Aceh

BERBAGI
Sumber: Doc. Humas Unsyiah

Siaran Pers | DETaK

Sumber: Doc. Humas Unsyiah
Dok. Unsyiah

Banda Aceh – Perguruan Tinggi (PT) se-Aceh sepakat untuk membentuk University Network For Peace. Kesepakatan ini tercapai di Balai Senat Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Kamis, 26 Maret 2015.

Pertemuan ini merupakan bentuk pertemuan lanjutan, setelah pada 20 Februari 2015 lalu Rektor Unsyiah bersama Aceh Civil Society Task Force (ACTSF) juga sudah membahas proses adanya pembentukan jaringan perdamaian kampus di Aceh guna menyamakan visi dan misi demi Aceh baru yang sejahtera.

Iklan Souvenir DETaK

Pada kesempatan tersebut, Nazamuddin selaku Pembantu Rektor Unsyiah bidang Kerjasama mengatakan bahwa perlunya peran serta semua pihak insan intelektual kampus dalam upaya menciptakan pembelajaran perdamaian.

“Selalu ada peluang konflik yang terjadi. Namun, dengan adanya jaringan ini diharapkan kita dapat mengantipasinya, sehingga proses perdamaian yang berlangsung dapat dijadikan sebuah pembelajaran dan setelah ini akan ada tindak lanjutnya,” ujarnya.

Sementara itu Sekretaris Jenderal (Sekjend) ACSTF, Juanda Jamal mengatakan, bahwa perdamaian dapat menjadi momentum dan sebagai langkah rakyat Aceh ke depan, juga sebagai refleksi yang disertai konsolidasi, reorinteasi, dan pengetahuan. Untuk itulah perlunya peran serta intelektual universitas.

“Kampus dan pemerintah harus bergerak bersama untuk membangun Aceh. Kita harapkan, ini bisa menjadi rujukan bagi daerah-daerah lain,” ujarnya yang juga sebagai Sekjend Konsorsium Aceh Baru.

Selain Unsyiah sebagai tuan rumah, PT yang hadir dalam pertemuan ini yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry Banda Aceh, Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh Besar, Universitas Jabal Ghafur (Unigha) Pidie, Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, Universitas Samudra (Unsam) Langsa, dan Universitas Teuku Umar (UTU) Aceh Barat.

Semua PT tersebut sepakat membentuk jaringan universitas untuk perdamaian. Sementara beberapa PT lainnya seperti Universitas Serambi Mekkah (USM) Banda Aceh, Universitas U’budiyah Indonesia (UUI) Banda Aceh, Universitas Muhamadiyah Aceh (Unmuha) Banda Aceh, Universitas Iskandar Muda (Unida) Banda Aceh, Universitas Al Muslim (Unmuslim) Bireuen, dan Universitas Gajah Putih (UGP) Aceh Tengah, belum menyuarakan komitmen mereka, karena tidak hadir dalam pertemuan tersebut.

Kesempatan tersebut juga dimanfaatkan oleh perwakilan universitas se-Aceh dengan memberikan masukan-masukan terhadap pemantapan dibentuknya jaringan ini. Di antaranya, jaringan ini dapat merangkul lembaga-lembaga perdamaian yang telah ada selama ini di Aceh. Oleh karena itu, perlunya partisipasi semua elemen publik terhadap perdamaian, mampu mensejahterakan dan mencerdaskan masyarakat Aceh. Peserta berharap akan adanya pelatihan-pelatihan melalui pendekatan agama, pemberdayaan pengusaha.

Cendekiawan Aceh, H. Yusny Saby, yang hadir dalam kesepakatan tersebut mengungkapkan bahwa momentum 10 tahun perdamaian Aceh harus dimanfaatkan dengan kegiatan positif dan bermakna bagi masyarakat.

“Ini momentum yang ada hanya sesaat. Momentum 10 tahun perdamaian Aceh harus dimanfaatkan dengan bijak. Maka, Inilah kesadaran intelektual Aceh untuk memperingati 10 tahun perdamaian dengan lebih bermakna,” harapnya.

Yusny juga menambahkan bahwa momentum tersebut mutlak harus menjadi peringatan untuk Aceh tentang situasi damai di Aceh. Universitas selama ini masing-masing sudah berbuat dengan caranya sendiri, tapi kali ini akan dilakukan secara bersama-sama.

Dibentuknya University Network for Peace ditargetkan untuk terbangunnya perspektif yang sama atas pentingnya memperkuat agenda perdamaian dan memastikan universitas memiliki peranan jelas untuk menciptakan perdamaian positif. Lebih lanjut, diharapkan adanya kesepatakan bersama tersebut untuk mensinergikan peranan universitas dalam proses penguatan perdamaian Aceh.

Dijadwalkan, tahap awal kerja nyata dari jaringan perdamaian ini akan digelar seminar bertemakan perdamaian dan juga akan dilakukan advokasi dengan pemerintah, agar sama-sama berperan penting dalam menciptakan nuansa perdamaian Aceh milik bersama.[]

Editor: Riyanti Herlita