Beranda Siaran Pers Langit Cerah, Atraksi Adat Meulaot Meriahkan Sail Sabang

Langit Cerah, Atraksi Adat Meulaot Meriahkan Sail Sabang

BERBAGI
Adat Melaot di rangkaian kegiatan Sail Sabang 2017. (Dok. Panitia)

Siaran Pers | DETaK

Sabang – Langit cerah menyambut pagelaran Atraksi Budaya Adat Meulaot di Balohan, Sabang pada Senin, 4 Desember 2017. Rangkaian kegiatan Sail Sabang ini pun berlangsung meriah sejak pagi hingga sore.

Masyarakat nelayan Aceh, kata Ramli Yus Ketua Majlis Adat Aceh (MAA) Sabang, menjalankan Adat Meulaot (adat melaut) secara turun-temurun yang diwariskan nenek moyang mereka.

Iklan Souvenir DETaK

Ada tata-cara tertentu yang harus diterapkan oleh setiap nelayan berdasarkan arahan seorang Panglima Laot, termasuk dalam menangkap ikan.

Tarek Pukat Darat salah satu cara tangkap ikan tradisional. Ini peninggalan endatu untuk melestarikan alam,” jelasnya saat memberikan sambutan.

Adat Meulaot menegaskan pesisir laut tak boleh dieksploitasi siapapun sejauh jaring pukat dibentang dan sepanjang merambatnya daun tapak kuda.

“Ini hak ulayat,” sebutnya.

Tapi sekarang, tambah Ramli, Adat Meulaot mulai terpinggirkan. Hal ini menyebabkan ekosistem laut terganggu, salah satu akibatnya nelayan harus berlayar lebih jauh untuk mendapatkan ikan.

“Acara ini cukup bagus untuk menceritakan kepada generasi muda kita tentang Adat Meulaot,” sebutnya.

Budaya Adat Meulaot memang patut dilestarikan. Pemerintah daerah harus memberikan dukungan lebih kepada masyarakat nelayan agar terus melestarikan laut.

Setidaknya demikian disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Reza Fahlevi dalam sambutannya diwakili Irma Yani Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya.

“Adat Meulaot salah satu budaya Aceh yang masih dilestarikan. Kita harapkan atraksi seperti ini harus jadi event tahunan untuk menarik perhatian wisatawan ke Sabang di samping sebagai bentuk edukasi pelestarian alam,” kata Irma Yani.

Dia memaparkan, sosok Panglima Laot berperan besar dalam melestarikan laut. Panglima Laot bertugas memimpin lembaga adat laut dan menegakkan hukum terhadap sengketa laut.

M Ali Rani Panglima Laot Sabang menerangkan, peran panglima laot sudah ada sejak lama namun kelembagaan adatnya baru dijalankan dalam hampir 20 tahun terakhir.

“Panglima Laot menjadi penengah antara pemerintah dengan masyarakat nelayan, terutama jika terjadi sengketa laut,” kata M Ali yang juga Panglima Laot Lhok Balohan itu.

Atraksi Budaya

Tari Tarek Pukat di daratan dalam rangkaian kegiatan Sail Sabang 2017. (Dok. Panitia)

Atraksi Budaya Adat Meulaot dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Sabang Sofyan Adam yang mewakili Walikota Sabang.

Usai pembukaan, dilangsungkan prosesi adat dipimpin Ketua MAA Sabang, Ramli Yus. Dari panggung utama di tepi laut Gampong Balohan, dia membawa sesaji peusijuek (tepung tawar) menuju KM Jasa Laot I yang parkir di dermaga.

Ramli melakukan peusijuek kapal nelayan beserta kru sebelum berangkat menebar jala pukat. KM Jasa Laot I kemudian melempar jaring pukat darat di tengah teluk.

Saat bersamaan, kata Salman Varisi Koordinator Event Atraksi Budaya Adat Meulaot, Komunitas Seni Air menampilkan tari Tarek Pukat di daratan.

Media Hus dan sejumlah penyair lainnya membacakan syair sepanjang atraksi adat berlangsung.

Acara disela dengan Khanduri Laot yang ditandai dengan makan siang bersama. Masyarakat Balohan sendiri yang menyiapkan menu utama Kuah Beulangong.

“Ada saatnya para nelayan menggelar Khanduri Laot, dimana semua aktivitas melaut dihentikan. Khanduri ini sebagai wujud syukur atas hasil laut, dengan menyedekahkan harta dari hasil laut dan menyantuni yatim piatu,” ujar M Ali Rani, Panglima Laot Sabang.

Saat berlangsungnya Khanduri Laot, giliran trubadur Muda Balia yang menghibur pengunjung dengan hikayat Aceh. Bahkan dia sempat berbalas syair dengan Media Hus.

Atraksi Budaya Adat Meulaot diakhiri dengan lomba pancing tradisional di tepi Teluk Balohan. Lomba ini diikuti puluhan peserta se-Sabang dengan memperebutkan hadiah uang tunai. []

Editor: Maisyarah Rita