Beranda Buku Man Shabara Zhafira, Mantra Menemui Impian

Man Shabara Zhafira, Mantra Menemui Impian

BERBAGI
(Dok: wikipedia)

Judul buku : Ranah 3 Warna

Penulis : A. Fuadi

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Iklan Souvenir DETaK

Jumlah halaman : 473

Tahun : Cetakan I, Januari 2011

(Dok: wikipedia)
(Dok: wikipedia)

Melengkapi mantra man jadda wajadda dari novel trilogi Negeri 5 Menara, A.Fuadi melanjutkan mantra kedua di buku Ranah 3 Warna. Buku ranah 3 warna ini merupakan buku keduanya yang menceritakan perjalanan sosok Alif di masa remajanya, mengenai kehidupan, perjuangannya dalam kesungguhan, pengabdiannya kepada orang tua sebagai seorang anak, hingga perjalanan memahami arti cinta.

Cerita bermula dari keinginan Alif untuk melanjutkan kuliah ke Institute Teknologi Bandung (ITB). Belum lagi ia memulai meraih cita-citanya itu, sudah banyak masyarakat kampungnya yang bersimpati agar ia tidak berpikir muluk untuk memilih Universitas Negeri karena latar belakangnya sebagai lulusan pesantren. Apalagi ITB merupakan kampus yang pernah menjadi tempat belajar insyinyur termahsyur favoritnya, Habibie.

Bahkan Randai, sahabat Alif sejak kecil pun meragukan kemampuannya ”Hmm, kuliah dimana setelah pesantren? Emangnya wa’ang bisa kuliah ilmu umum? Kan tidak punya ijazah SMA? Bagaimana akan bisa ikut UMPTN?”.

Alif merasa tertantang untuk membuktikan kepada mereka semua. Berbekal hasil belajarnya selama liburan, Alif pun mengikuti ujian persamaan agar bisa mengikuti SNMPTN. Kegigihan pun dimulai, berusaha untuk menjadi mahasiswa di universitas negeri.

Belum lagi genap satu semester Alif menjadi mahasiswa, ia mendapat perintah dari Amak melalui telegram untuk pulang segera ke kampung halamannya di Maninjau. Alif harus merelakan kepergian sosok Ayah dalam hidupnya. “Alif, bela adik-adik dan amakmu. Rajinlah sekolah.” Itulah amanat ayahnya yang terakhir. Setiap yang bernyawa pastilah kembali pada-Nya.

Perjalanan hidupnya di tanah rantau terasa semakin berat saja setelah kepergian sang Ayah. Ia membuat surat perjanjian dengan dirinya sendiri agar mampu menjalankan amanat tersebut.

Ya Tuhan Yang Maha Menyaksikan, Engkau telah mengatakan tidak akan memberi manusia cobaan di atas kemampuannya. Kalau begitu, semua cobaan ini masih bisa aku hadapi. Engkau tidak akan mengubah nasib kaum sebelum kaum itu mengubah nasibnya. Karena itu aku ingin mengubah nasibku dengan mencari kerja sekarang juga. Pertama supaya kuliahku tidak putus, kedua supaya aku bisa mengirim uang untuk membantu Amak dan adik-adik.”

Yang berjanji : Alif Fikri

Yang pasti menyaksikan di atas sana : Allah.

Di kisah ini Alif menemui teman-teman baru yang menjadi keluarga barunya di rantau. Mereka menamai diri sebagai Geng UNO. Pertemanan Alif, Wira, Agam, dan Memet, berawal dari kerjasama di antara mereka untuk melawan ketidakadilan senior saat ospek fakultas.

Sejak ditinggal sang Ayah, Alif sempat berada  dalam jurang keputusasaan. Namun syukurnya Alif kembali mengingat kekuatan mantra yang mampu membawanya menemui impian demi impiannya.”Man shafara zhafira,” yang artinya, siapa yang sabar akan beruntung.

Hingga akhirnya kesabaran Alief berbuah manis, impian demi impiannya mulai menjadi kenyataan. Perjalanan Alief saat menjalankan hari-harinya di Kanada, diceritakan dengan apik. Ia menjadi peserta pertukaran pelajar di Quebec. Sebuah desa kecil yang memiliki cuaca tidak terduga yang membuat ia merasakan mimpinya jadi kenyataan. Alur cerita yang dibuat dengan pola alur maju ini, menjadikan kisah Ranah 3 Warna tidak berulang dan mudah dipahami. Gaya penulisan yang mampu mengajak pembaca untuk memasuki alam cerita menjadi bagian menarik untuk memotivasi para pembaca.

Man Shabara Zhafira, mantra yang sungguh menggugah. Jadikan buku ini menjadi salah satu sumber motivasi untuk kesuksesan meraih mimpi.