Beranda Headline United Indonesia: Jangan Bubarkan Tim Alumni Paraguay!

United Indonesia: Jangan Bubarkan Tim Alumni Paraguay!

BERBAGI

Sayed Jamaluddin | DETaK

Banda Aceh – United Indonesia chapter Banda Aceh prihatin dengan nasib tim alumni Paraguay yang diambang bubar. Mereka menilai, pemerintah Aceh harus mempertanggungjawabkan penggunaan uang rakyat Rp 42,8 milyar yang sudah dihabiskan, jika ingin mengakhiri program itu.

“Kami menentang keras kalau tim ini dibubarkan. Kalau program ini diakhiri, maka pemerintah harus mempertanggungjawabkan uang Aceh Rp42,8 milyar yang sudah habis. Inspektorat Daerah harus mengaudit ini,” kata Kordinator Daerah United Indonesia Banda Aceh, Muhammad Yusuf Syahputra, Selasa (5/2/2012).

Iklan Souvenir DETaK

Komunitas supporter klub Manchester United di Aceh meminta Pemerintah Aceh, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora) Aceh untuk tidak lepas tangan tangan terhadap masalah tersebut. “Dispora tak cukup dengan menjustifikasi ketiadaan plot dana, kemudian lempar handuk.”

“Dinas harus bertanggungjawab dan mencari solusi untuk menyelamatkan tim ini jangan sampai kolaps. Apakah dengan menggandeng pihak ketiga atau bagaimana, yang jelas jangan sampai merugikan Aceh,” kata Yusuf.

Dana Rp42,8 milyar yang sudah dihabiskan untuk mendidik 30 pemain muda Aceh selama tiga tahun di Paraguay, bukan nilai yang sedikit. “Bayangkan kalau uang itu digunakan untuk membuat jalan, mungkin sampai sekarang masih bisa dirasakan manfaatnya.”

Untuk itu, menurut mereka Pemerintah Aceh harus menjelaskan secara transparan ke publik, kenapa program ini sampai tak mendapat dukungan anggaran. “Kalau mereka dianggap gagal, apa faktor yang digunakan untuk penilaian?” kata Yusuf.

“Setahu kami mereka belum bermain untuk sebuah event resmi atas nama Aceh, artinya belum bisa diputuskan mereka gagal atau tidak. Lagi pula dalam waktu yang hanya lima tahun ini sangat tidak masuk akal kalau mereka dianggap gagal. Prestasi itu butuh waktu.”

Seperti diketahui, setelah kembali dari Paraguay mereka sempat dijadikan tim PSSB Bireun. Keberhasilan membawa PSSB finish diperingkat lima Devisi Utama musim lalu, adalah hal yang luar biasa, mengingat usia dan postur tubuh mereka masih di bawah rata-rata pemain professional lainnya.

“Dengan kondisi keuangan PSSB yang sekarat, mereka secara langsung sudah membuktikan bahwa mereka pantas mendapatkan pembinaan lanjutan. Mereka memiliki potensi besar untuk terus berkembang,” tambah Yusuf.

United Indonesia Banda Aceh menilai, minimnya plot anggaran dari yang diusulkan Rp 8 milyar, adalah bukti dari ketidakseriusan Dispora dalam melobi dan meyakinkan legislatif.

“Kami yakin kalau saja Dispora Aceh memiliki konsep yang jelas dan visioner, tidak mungkin akan semiris ini. Ini patut dipertanyakan komitmen dan kemampuan orang-orang di Dispora dalam memajukan olahraga di Aceh.”

Bila pun pembinaan tim alumni Paraguay ini diakhiri, Dispora Aceh harus menjelaskan bagaimana mengembalikan uang rakyat yang sudah habis Rp 42,8 milyar. “Kalau tidak, ya harus dilanjutkan berarti. Ini sudah basah, maka basahlah sekalian.”

Dispora juga harus bertanggungjawab atas perekrutan beberapa alumni Paraguay oleh klub-klub sepakbola professional yang tanpa memberi kontribusi apa-apa terhadap Aceh.

Menurut Yusuf, para alumni Paraguay ini, jika terus dibina dengan baik, mereka akan menjadi pemain-pemain besar yang bisa memikat klub-klub sepakbola profesional.

Mereka berpotensi dikontrak dan sebagian dari nilai kontrak itu nantinya bisa dijadikan pemasukan bagi Aceh. Mereka juga bisa dipanggil kapan saja untuk membela Aceh.

“Bila mereka sudah bermain di klub-klub professional, pengalaman dan kemampuan mereka itu tentu akan mampu mengharumkan nama Aceh diberbagai ajang,” ujar Yusuf.

“Sangat disayangkan ketika program baru seumur jagung, kemudian riwayat tim alumni Paraguay ini habis. Apapun ceritanya 30 pemain alumni Paraguay ini adalah aset Aceh.”[]