Beranda Headline TII Ajak Pemuda Ikut Andil Wujudkan Indonesia Transparan

TII Ajak Pemuda Ikut Andil Wujudkan Indonesia Transparan

BERBAGI
Sumber: Google

Tajul Ula | DETaK

Sumber: Google
Sumber: Google

Banda Aceh Generasi muda memiliki kekuatan yang cukup besar dalam mendukung upaya terciptanya tranparansi di kalangan instansi maupun lembaga kepemerintahan dan swasta di Indonesia, terciptanya transparansi juga berarti pencegahan terhadap prilaku korupsi.

“Butuh kerjasama pemuda-pemuda yang tersebar di berbagai dearah seluruh Indonesia dalam membantu transparansi di Indonesia saat ini,” kata Rukita yang membidangi Divisi Kepemudaan Transparency International Indonesia (TII) dalam diskusi bersama Komunitas Anti Korupsi Aceh (KAKA) pada Jumat malam, 29 Mei 2015 di Warkop Vaniasi, Batoh, Banda Aceh.

Iklan Souvenir DETaK

TII merupakan lembaga internasional non-pemerintah yang bergerak di bidang kampanye transparansi dan anti korupsi. Lembaga ini berdiri sejak 1993 dan di Indonesia baru ada sejak 2002, lembaga yang berpusat di Jerman ini, sudah memiliki chapters (cabang) hampir di 100 negara.

Namun sayangnya, menurut Rukita, saat ini mayoritas kalangan pemuda baik siswa maupun mahasiswa masih enggan peduli dan takut menuntut transparansi maupun melaporkan korupsi yang terjadi di sekeliling mereka, terutama di tempat mereka mengenyam pendidikan.

“Kendalanya, mereka merasa tidak ada keterkaitan antara ketidaktransparan dan prilaku korupsi tersebut dengan mereka,” ujar Rukita

Menurut Rukita, perlu adanya motivasi sebagai modal untuk membakar semangat mereka peduli terhadap pergerakan transparansi dan anti korupsi. Oleh karena itu, melalui Youth Program Transparency (program seperti workshop/seminar anti korupsi di sekolah dan perguruan tinggi-red), TII berupaya menumbuhkan semangat tersebut.

Rukita juga menyampaikan, Indonesia saat ini sedang dalam keadaan darurat korupsi, dari hasil riset yang dilakukan TII terhadap 170 negara, Indonesia berada di peringkat 107 negara yang paling bersih dari korupsi dengan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sebesar 34 dan ini merupakan rapor merah bagi Indonesia.

Rukita berharap, pemuda harus peduli dan berani keluar dari zona amannya untuk membangkitkan kesadaran terhadap pencegahan korupsi yang terjadi disekeliling mereka untuk Indonesia yang transparan dan bebas korupsi.

Mahmudin, Kepala Sekolah Anti Korupsi Aceh yang turut hadir dalam diskusi tersebut juga berharap, adanya pengawasan yang lebih diberikan TII dalam mendukung pergerakan pemuda anti korupsi di daerah-daerah, karena selama ini menurutnya, isu-isu korupsi di daerah cenderung putus aksesnya di tingkat nasional.[]

Editor: Riska Iwantoni