Beranda Headline Perkuat KKNI, LP3M Adakan Pelatihan  Dosen

Perkuat KKNI, LP3M Adakan Pelatihan  Dosen

BERBAGI
Peserta sedang mengikuti pelatihan yang diarahkan oleh bapak Endortomo, 4/4/17 (Qurrata Ayuni/DETaK)

Radhia Humaira | DETaK

Darussalam-Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dibawah koordinasi Rektorat mengadakan pelatihan penyusunan capaian pembelajaran semester dan metode evaluasi di Event Hall AAC Dayan Dawood, Senin, 3 April 2017.

Acara ini diselenggarakan selama dua hari, 3-4 April 2017 dengan rentang waktu pelaksanaa yang dijadwalkan pukul 08.30-16.00 WIB. Peserta workshop ini merupakan dosen Unsyiah yang diwakilkan oleh masing-masing prodi agar kemudian dapat menjadi trainer atau coatch bagi prodinya. Dan LP3M memposisikan para peserta ini sebagai sebuah lembaga tempat bertanya kembali, berdiskusi, mendampingi, terkait masalah yang disebutkan.

Iklan Souvenir DETaK

Esensi dari pelatihan ini yaitu untuk lebih menguatkan kurikulum berbasis Kualifikasi Kompetensi Nasional Indonesia (KKNI) di Unsyiah. Semenjak semester lalu, Unsyiah telah menerapkan pada semua program studi di setiap fakultas untuk menyusun buku pedoman penyusunan kurikulum berbasis KKNI. Tujuannya agar setiap program studi  sinkron dan sinergi dalam menerapkan semua kurikulum yang tertera pada buku pedoman yang telah disusun, sehingga dapat memberi penguatan yang lebih dalam dan rinci terhadap uraian-uraian yang dituliskan  pada dokumen lalu.

Di samping itu, kegiatan workshop tersebut merupakan upaya praktik langsung dalam menyusun guna memperkuat susunan dokumen yang lalu. Hal ini bertujuan agar pada semua program studi akan tersedia Rencana Pembelajaran Semester (RPS) lengkap sehingga mahasiswa juga bisa mengetahui rencana pembelajaran semester yang akan berlaku.

Kegiatan ini bukan lahir karena ada masalah tertentu dalam penerapan kurikulum yang sudah diberlakukan tersebut. Namun, kegiatan ini mendukung dari sosialisasi dan peraturan menteri no. 44 tentang Penerapan Kurikulum Berbasis KKNI. Jadi, Unsyiah menyambut kebijakan dari kementrian dengan menguatkan semua item yang ada di dalam kurikulum itu, termasuk didalamnya capaian pembelajaran, Rencana Pembelajaran Semester (RPS), serta evaluasinya. Hal ini untuk menyempurnakan kurikulum yang sudah ada.

“Kita tidak membuat baru kurikulum, karena dari  pusat sendiri sudah memberitahunkan bahwa semua PTN harus menjalankan kurikulum berbasis KKNI. Jadi, kita universitas Syiah Kuala mengambil posisi untuk menerapkan itu tidak dengan serta merta tapi juga menguatkan setiap prodi. Makanya workshop ini diadakan,” ujar Sofia, selaku ketua panitia pada acara tersebut.

Acara tersebut menghadirkan pemateri Endortomo, salah satu dosen arsitektur ITS yang berpengalaman di dalam penyusunan kurikulum berbasis KKNI dan beliau merupakan tim pengembang SMPT. KKNI ini berperan sebagai penyetara mutu SDM di Indonesia dengan SDM asing di berbagai sektor.

Dalam presentasinya, Endortomo mengunggkapkan bahwa lulusan sarjana harus memenuhi kualifikasi dunia kerja, yakni memiliki jiwa visioner. Di samping itu, Universitas perlu mempunyai dan menetapkan karakter atau sikap tertentu berdasarkan lulusannya. Keterampilan umum lulusan bagi setiap program sarjana juga menjadi suatu aspek yang harus diperhatikan.

“Ini generasi sudah bergeser ya, sudah ada perubahan generasi, jadi cara berpikirnya juga harus bagus. Harus ada perubahan. Jika tidak, kita akan terus tertinggal. Dulunya, Aceh ini memang terisolir ya, namun sekarang sudah lebih maju. Aksesnya sudah mudah, keilmuan pun sudah banyak yang ke luar negeri,” papar Endartomo.

Terkait cocok atau tidaknya dalam penerapan ini, lebih lanjut lagi Ia menanggapi bahwa hal tersebut merupakan suatu yang mudah dibentuk.

“Masalah belum cocok tidaknya ini ya gampang ya. Yang penting visinya ke depan dulu, maju,” ujarnya.

Ia menyarankan kepada coucth atau tim-tim kecil yang sudah dibentuk sewaktu pelaksaan workshop, agar mampu menjadi seperti yang diharapkan. Agar lebih maju. Namun, maju disini bukan diartikan hanya sebatas bidang keilmuan, akan tetapi juga diharapkan agar mahasiswa harus dapat bekerja, harus dapat memperbaharui keadaan.

“Jadi, kita lebih kepada menanamkan benih itu untuk bisa tumbuh, bukan mencokoki benih tersebut supaya menjadi benih seperti yang lalu. Tidak, sudah lewat itu,” tutup Endortomo. []

Editor: Maisyarah Rita