Beranda Headline Pema Unsyiah: Komunikasi Politik, Manis di Bibir Lain di Hati

Pema Unsyiah: Komunikasi Politik, Manis di Bibir Lain di Hati

BERBAGI

Ferdian A Majni | DETaK

(Foto: Istimewa)

Darussalam – Pema (Pemeritah Mahasiswa) Unsyiah menggelar Seminar Kebangsaan Komunikasi Politik dengan mengangkat tema “Komunikasi Politik, Manis di Bibir Lain di Hati” juga menghadirkan pemateri DR. Ahmad Farhan Hamid (Wakil Ketua MPR RI), Fajran Zain (Pengamat Politik Aceh), dan Basri Efendi, SH (Tokoh Pemuda Aceh) di kantin Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Senin (2/3/2012).

Menjelang Pemilukada 9 April mendatang, Pema Unsyiah menilai Komunikasi Politik antar elit Aceh masih labil, hal ini terbukti dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran atau insiden-insiden yang terjadi di berbagai daerah di Aceh seperti pembakaran mobil, pemukulan dan bahkan pelemparan dan pengeroyokan tim sukses calon kepala daerah serta sejumlah intimidasi lainnya, hal ini terjadi karena interaksi sistem politik antar elit tidak berjalan dengan baik sehingga memuncukan kecurigaan antar kubu calon kepala daerah.

Iklan Souvenir DETaK

Pasca Pemilukada nanti, Pema Unsyiah menilai perlu ditentukan strategi-strategi yang akan digunakan untuk mengawal janji-janji politik kandidat terpilih untuk mewujudkan apa yang telah ia sampaikan pada saat kampanye. Jangan sampai hal-hal yang telah di janjikan oleh kandidat terpilih pada saat kampanye menjadi pembohongan publik, kita tidak ingin fakta yang terjadi dilapangan nantinya berbeda dengan hal yang dijanjikan.

Pemateri dari unsur tokoh pemuda Aceh, Basri Effendi  mengatakan hal yang perlu dilakukan masyarakat Aceh terutama pemuda dalam mengkawal janji-janji politik kandidat pasca tahapan kampanye adalah membuat kontrak politik kepada tiap kandidat terkait janji-janji yang telah ia sampaikan pada saat kampanye, selain itu ia juga menyampaikan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam mengkawal janji-janji politik tersebut. “Mahasiswa akan mendokumentasikan retorika-retorika para kandidat dalam menjual dirinya, sehingga apa-apa yang telah disampaikan akan diberikan kepada kandidat yang terpilih” ujar Basri.

Pengamat politik Aceh, Fajran Zain juga menyampaikan bahwa kondisi komunikasi politik Aceh saat ini sangat bias. Hal itu terbukti dengan melihat kenyataan bahwa para pemain politik saat menyampaikan komunikasi politiknya dengan saling menjatuhkan dan saling menjelekkan. Tentu saja hal ini merupakan permasalahan yang serius dalam komunikasi politik aceh.

Hal senada juga disampaikan oleh Farhan Hamid, kondisi politik Aceh saat ini sebenarnya kondusif aman, permasalahan yang terjadi selama ini tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat. Dilihat dari sisi apapun prospek untuk tidak meneruskan perdamaian di Aceh tidak akan mendapatkan tempat di hati semua kalangan baik itu masyarakat Aceh, masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat internasional sekalipun, orang-orang yang ingin mengganggu perdamaian Aceh akan menjadi musuh bersama Rakyat Aceh. “Bahwa setiap pasangan calon gubernur Aceh kali ini memiliki cara komunikasi politik yang berbeda, mereka juga memiliki kelebihan yang berbeda juga. Namun tentu saja rakyat harus mampu menilai para calon melalui komunikasi politiknya” tutup Farhan Hamid.[]