Beranda Headline Menggali Budaya Aceh Lewat Buku dan Majalah Langka

Menggali Budaya Aceh Lewat Buku dan Majalah Langka

BERBAGI

Nur Irsyadiyati | DETaK

Foto: Sayed Jamaluddin/DETaK

Darussalam – Perpustakaan Unsyiah bekerjasama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpunas RI), pagi tadi memamerkan berbagai macam buku, majalah, tabloid, surat kabar serta foto langka, di Perpustakaan Unsyiah, Senin (12/11/2012).Acara tersebut, akan berlangsung hingga besok 13 November 2012.

Beberapa buku dan majalah langka yang dipamerkan, di antaranya, Soerat Chabar Tani (1927), Cultureel Indie (1940), Sinar Atjeh (1908), Bentara Negri (1916), Nieuwsblad Voor de residentie Atjeh en orderhoorigheden(1940), Bidjaksana (1960), Topographischen Dienst (1906), Muslimin (1933), Simaloer (1927).

Iklan Souvenir DETaK

“Koleksi ini merupakan satu-satunya di dunia, dan hanya ada di perpustakaan nasional (Indonesia),” kata salah satu pengawas pameran. “Ke depan buku-buku ini akan didigitalkan,” tambahnya.

Di antara koleksi langka yang dipamerkan itu, ada juga koleksi yang ditulis dengan bahasa Melayu dan bahasa Aceh, Soerat Chabar Tani terbitan tahun 1927-1928.

Pada pameran tersebut, turut dipamamerkan buku lukisan Presiden Soekarno yang dilukis oleh pelukis Istana RI, Lee Man-Fong.

“Dengan adanya pameran buku langka tersebut, kita bisa mengetahui kejadian-kejadian pada masa lalu, seperti peperangan dan siapa yang berkhianat pada sejarah tempo dulu,” kata Yuslaini, salah seorang pengunjung di pameran tersebut.

Pustakawan dari Perpunas, Rusli Muchtar, mengatakan, pameran buku dan majalah langka itu, merupakan aplikasi langsung tugas Perpunas yang telah diatur dalam undang-undang kepustakaan No 43 tahun 2007, yaitu untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

“Fungsi perpustakaan nasional, yaitu sebagai edukasi, tempat penelitian, budaya tentang masyarakat,dan juga tempat untuk menyimpan koleksi-koleksi buku,” katanya.

Selanjutnya, Rusli berharap, agar masyarakat mempunyai keingintahuan informasi pada zaman globalisasi seperti saat ini. “Siapa yang menguasai informasi, maka dialah yang menguasai dunia. Pustaka itu ibarat guru yang tertidur, jadi sekarang tugas kita yang membangunkannya” ujar Rusli.[]